Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Megahnya Bandung Bondowoso dan Misteri Ratu Boko

13 September 2011   01:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:00 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinginnya udara pagi dan sapuan lembut kabut tipis mengantarkan kaki disebuah pelataran candi. Mahakarya karya masalalu yang masih utuh dan berdiri megah, seolah menjadi bukti akan peradaban masa lalu. Ungkapan kagum akan pesona fragmen-framen bebatua penuh filosofi kehidupan. Ribuan kisah yang terta penuh harmoni menghiasi dinding-dinding candi lewat relief-relief yang bermakna. Mungkin ribuan lembaran kertas tak cukup untuk menceritakan kisah-kisah dibalik misteri artistiknya tatanan batu karya Bandung Bondowoso.

Berawal disaat Bandung Bondowoso menyerang kerajaan Boko, hingga menewaskan Rajanya. Dibalik kemenangan Bandung Bondowoso, ada cerita menarik disaat panglima perang tersebut jatuh cinta pada putri dari kerajaan Boko, Roro Jonggrang. Namun gayung tak bersambut pada Bandung Bondowoso, sehingga Roro Jonggrang mengajukan syarat agar bisa dijadikan istri. Sebuah permintaan yang mustahil, karena 1000 arca harus dibagun dalam semalam. Kekuatan cinta tak menghalangi langkah Bandung Bondowoso untuk membangun seribu candi dalam semalam. Bala dari dimensi lain dikerahkan untuk membuat candi demi candi agar genap menjadi 1000. Cinta memang tidak bisa ditukar dan dipaksa, sehingga dua insan yang belum berjodih saling mencari cara sendiri-sendiri. Roro Jonggrang yang cemas karena candi sudah berjumlah 999 buah dan waktu masih cukup untuk membangun sebuah arca. Akhirnya Roro Jonggrang meminta warga agar menumbuk padi dan membakar jerami. Suara lesung yang bertalu-talu dan kokok ayam yang melihat ada cahaya dan suara mulai terusik dan berkokok. Bala lelembut Bandung Bondowosa yang melihat dan mendengar cahaya dan keriuhan warga lari untuk kembali ke alamnya sebab hari sudah menjelang pagi. Amarah Bandung Bondowos tak tertahankan, akhirnya orang yang dicintai dikutuk menjadi penggenap candi ke-1000.
Photobucket
Photobucket
Sebuah bukit di sisi Selatan candi Prambanan menarik perhatian disaat senja mulai beranjak. Sebuah bukit dengan ketinggian 196mdpl berdiri megah sebuah istana tepat di puncak bukit. Istana Ratu Boko yang dibangun sekitar abad 9 oleh Dinasti Syailendra. Sebuah bangunan uang penuh aroma misteri disaat kaki memasuki pintu gerbangnya. Hingga saat ini, para arkeolog masih berusaha mengidentifikasi, apakah Candi ratu Boko apakah taman sari, istana, benteng, dan atau tempat pemujaan. Dari atas bukin disekitar pelataran Candi, seluas mata memandang akan dimanjaka eksotosme Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sisi utara menjulang tinggi Gunung Merapi yang penuh legenda dan di samar-samar nampak Candi Prambanan. Menjelang senja disaat sang surya mulai tenggelam di ufuk barat, temaram senja mulai mekar. Cahaya hangat disaat matahari mulai masuk peraduan adalah saat-saat yang ditunggu. Usai sangsurya tenggelam masih ada satu mommen yang tidak boleh terlewat, yakni golden sunset. Walau di ufuk barat sudah semakin gelap, namun awan yang menaungi candi merona kemerahan dan semburat cahaya terpancar.
Photobucket
Photobucket
Prambanan dan Boko, dua peninggalan sejarah dibalik misteri dan mitos yang ada. Biarlah misteri di balik dua bangunan megah semakin mempercantik warisan leluhur. Cerita-cerita yang telah terkuak penutun kehidupan semestinya menjadi falsafah kehidupan yang berasal dari pengalaman nenek moyang. Pagi hari dengan kabut tipis dan sore hari dengan cahaya merona menjadi suguhan Prambana dan Candi Ratu Boko, Yogja yang tak pernah berakhir. Salam DhaVe foto-foto silahkan klik di sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun