Sejenak menghela nafas, sambil menikmati sejuknya lorong goa yang ditembus angin. Tepat di bawah kaki saya adalah sungai bawah tanah yang mengarah ke selatan dan sebagai hilirnya ada di samudra hindia. Kebetulan saat itu adalah kemarau, sehingga sungai mengering dan terdapat beberapa ceruk. Ikan-ikan ada yang terjebak dan menjadi buruan anak-anak desa.
[caption id="attachment_331620" align="alignnone" width="640" caption="Pemandangan dari dasar goa lueng leng (dok.pri)."]
Sesaat setelah mengembalikan tenaga saatnya berjalan munuju lueng leng. Lorong sepanjang hampir 50 meter dengan zona remang-remang menuntun langkah menuju leng. Dari kejauhan nampak mulut goa leng yang menganga. Hiasan-hiasan ornamen dinding dari batu kapur terlihat kusam. Aroma goano begitu terasa menusuk hidung dengan bau busuknya. Tiba-tiba dari langit awan sudah berubah warnanya yang semula berawan dan sesekali nampak warna biru, kini berubah abu-abu pekat.
[caption id="attachment_331621" align="alignnone" width="640" caption="Pemandangan dari atas luen leng, terlihat sebuah sungai yang akan masuk menuju leng (dok.pri)."]
Aliran sungai bawah tanah adalah daerah yang rawan dan berbahaya. Bisa saja setiap banjir datang tanpa ada peringatan, jika di bagian hulu terjadi hujan lebat. Maka sesegera mungkin meninggalkan lokasi ini dan cukup sekian kunjugan kedalam dunia bawah tanah kali ini.
Silahkan lihat videonya juga...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H