Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengulik Hutan Pantai dan Dasar Lautan Waiwo

25 Juni 2014   20:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:58 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_344738" align="alignnone" width="640" caption="Begitu kaya dan terjaganya kawasan ini, maka saat air surut seorang anak bisa dengan mudah menemukan ikan nemo.(dok.pri)."][/caption]

Gadis kecil dengan dengan riang berlari menuju sebuah kubangan. Dengan cekatan dia mengaduk-aduk air yang terjebak oleh fenomena air meti. Dengan sebuah gelas plastik sisa air mineral dia mengambil sesuatu. Sebuah pemandangan luar biasa yang saya saksikan seumur hidup. Dari jarak kurang 20 meter dari pantai gadis kecil ini bisa mendapatkan ikan anemon (Premnas biaculeatus).

Saya termenung di bawah rimbunnya pohon Ketapang (Terminalia catapa), dan daunnya menjadi kanopi bak payung raksasa. "Bagaimana bisa ikan berwarna merah muda itu mudah ditemui, bukankah biasanya berada di gugusan bunga karang anemon," saya baru tersadar jika ini raja ampat. Saya berada di selatan Pulau Waigeo tepatnya di Pantai Waiwo.

[caption id="attachment_344739" align="alignnone" width="640" caption="Hutan pantai yang masih alami menjadi tempat berteduh yang sangat nyaman (dok.pri)."]

1403676775670573773
1403676775670573773
[/caption]

Waiwo berjarak sekitar 7 km dari pusat Kota Waisai. Jalan aspal dan berkelak-kelok menjadi rute menuju pantai indah ini. Tebing-tebing kapur dipangkas, rawa-rawa ditimbun untuk membuka akses menuju pantai ini. Kebetulan jalan menuju Pantai Waiwo satu arah dengan bandar waisai yang saat ini sudah beroperasi.

[caption id="attachment_344740" align="alignnone" width="640" caption="Peta menuju Waiwo di Pulau Waigeo (google map)."]

1403676827461012839
1403676827461012839
[/caption]

Memasuki pintu gerbang Waiso Dive Resort, maka hutan pantai akan menyambut. Lokasi yang dipertahankan alami menjadi nilai tambah pantai ini. Nyaris tidak ada yang modern, namun inilah menariknya pantai ini. Rumah-rumah panggung berukuran kecil menjadi tempat singgah dan menginap bagi wisatawan. Hitungan tarif di sini dikenakan per kepala dan rerata harganya 600 ribu per malam.

Kebetulan saat saya datang air laut sedang meti. Meti dalam bahasa setempat adalah air surut. Awalnya saya tidak tahu banyak orang-orang bilang air meti, lama-lama tahu juga apa makna di balik kata meti. Pantai yang sepi pengunjung, benar saja pantai ini menjadi milik saya dan beberapa teman yang berkunjung.

[caption id="attachment_344743" align="alignnone" width="640" caption="Saat air laut surut (meti) banyak ikan terjebak di kubangan-kubangan air (dok.pri)."]

1403676936464885295
1403676936464885295
[/caption]

Pasir putih yang luas, ombak yang tenang dan pemandangan hutan pantai sungguh menawan. Saya berjalan menyusuri pantai entah mengapa saya tergelitik dengan makhluk crustaceae yang lari dan manuvernya begitu lincah. Hewan bercangkang ini sepertinya ingin mengajak bercanda, namun saya lebih tertarik pada padang lamun.

Bangsa Alismatales mendominasi batas-batas pantai dengan perairan dangkal. Kita lebih familiar dengan padang lamun yang ekosistemnya di perairan hangat dan berpasir. berada di kawasan pasang-surut membuat tumbuhan ini bak makhluk amfibi. Tumbuhan inilah yang menjadi pembatas daratan dan terumbu karang. Ibarat hutan di dasar laut, maka padang lamun menjadi mikrokosmos bagi hewan-hewan air yang mencari perlindungan, memijah dan mencari makan.

[caption id="attachment_344745" align="alignnone" width="640" caption="Karang acropora menyembul di kawasan pasang surut (dok.pri)."]

14036770061120734408
14036770061120734408
[/caption]

Tak sabar rasanya ingin segera masuk dalam lautan kaca. Air dengan yang jernih seolah bisa melihat makhluk-makhluk aneh di dasar perairan. Waiwo Diver Resort menyediakan fasilitas bagi para penikmat dunia bawah air. Untuk penyelaman dikenakan tarif 500 ribu sedangkan untuk snorkling 50 ribu sepuasnya.

Akhirnya tubuh ini terhempas juga ke dasar perairan. Jernihnya air dan dangkalnya terumbu karang membuat badan ini hampir telungkup di hamparan arcopora. Terumbu karang mirip tumbuhan kaktus ini begitu melimpah di lokasi ini dan menjadi indikator perairan yang baik.

[caption id="attachment_344747" align="alignnone" width="640" caption="Terumbu karang bertebaran saat masuk ke dasar perairan (dok.pri)."]

14036770641105278812
14036770641105278812
[/caption]

Semakin ke dalam karang-karang semakin beraneka macam jenisnya. Karang keras dan karang lunak terhampar seluas mata memandang. Ikan-ikan karang dengan kulit tubuh berwarna-warni berseliweran ke sana kemari. Paling menggelitik saat bertemu dengan rumbai-rumbai anemon dan berharap ikan belang oranye segera keluar.

Di dasar perairan berceceran hewan-hewan laut yang unik. Bintang laut dengan malasnya tiduran di sela-sela karang dengan bentuk tubuh yang jelek karena tidak simetris lagi. Timun laut atau teripang nampak tenang-tenang saja, mungkin dalam hatinya dia merasa aman karena tidak memiliki nilai ekonomi.

[caption id="attachment_344749" align="alignnone" width="640" caption="Salah satu spesies teripang yang bisa ditemui di perairan Waiwo (dok.pri)."]

1403677131747765654
1403677131747765654
[/caption]

Waktu juga yang harus menghentikan melihat surga bawah air ini. Saat muncul di permukaan langit sudah kelabu dan rintik hujan, maka saatnya kembali menjadi makhluk terestrial. Waiwo mungkin saat ini langkah kaki berhenti, suatu saat kan kembali kuselami. Repihan Raja Ampat salah satunya ada di sini, waiwo.

Video bisa dilihat di sini...

selamat menyaksikan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun