Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jog-Art Embung Seninya Yogyakarta

27 Juni 2014   20:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:35 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perasan dalam ruang pameran seperti menikmati kemacetan di tengah-tengah jalan malioboro menjelang akhir pekan. Tumpah, teraduk-aduk dan semua menyatu dalam kekaguman. Dari sesuatu yang paling sederhana tentang papan reklame dipinggir jalan yang dibuat apa adanya hingga penggunkan teknologi trimatra dalam animasi. Pesan-pesan tersirat disampaikan dengan luwes namun teges tanpa tedeng aling-aling, maka disini letak kekuatan sebuah karya seni. Para penampil begitu lugas seolah tanpa ada resiko dibelakangnya saat berani memamerkan apa yang menjadi ide seninya. Ratusan lebih caleg dikumpulkan dan ditata sedemikian rupa dalam wujud imaji dwimatra dalam ukuran milimeter setiap pas fotonya. Unik dan menggelitik, dan orang awam akan berkata "kurang gawean" / kurang kerjaan.

[caption id="attachment_345141" align="alignnone" width="640" caption="Wajah-wajah celeg yang semula seukuran baliho bermeter-meter kini disamakan dalam ukuran milimeter (dok.pri)."]

1403851905313699470
1403851905313699470
[/caption]

Para penyaji tak hanya di dalam negeri saja, ada pula penyaji dari manca seperti dari; Belanda, Singapura, Australia dan Jepang. Perkembangan teknologi kini membuat bias batasnya dengan seni, sebab perpaduan keduanya menghasilkan sebuah mahakarya. Secara konvensional, seni mural masih menggunakan media cat dan dinding kini sudah merambah dengan penggunaan animasi trimatra yang bertajuk Nirvana. Teknologi tak lagi menjadi konsumsi kaum teknokrat, tetapi para seniman bisa menuangkan kegelisahan hatinya dalam bentuk karya.

[caption id="attachment_345142" align="alignnone" width="640" caption="Para penikmat seni dengan berekspresi (dok.pri)."]

14038519601210336505
14038519601210336505
[/caption]

Waktupun berlalu dan tak terasa sudah di pintu keluar. Kembali saya tertawa akan mahakarya yang saya analogikan kabinet goni. Bak barisan para mentri yang berpotret didepan istana lengkap dengan simbol kenegaraan. Barisan rupa-rupa unik dengan tatapan tanpa kedip memberikan pesan yang menggelitik. Yogyart ruang berekspresi dengan nuansa seni yang hanya dinikmati dengan hati, datanglah anda sudah di nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun