Senjapun datang, namun bukan semakin sepi tetapi semakin ramai suasana pantai ini. Alunan musik di putar kencang oleh pengelola pantai semakin menambah semarak suasana pantai ini. Lambaian tangan seorang pengelola memaksa saya mendekat dan harus menikmati jamuan tanda persaudaraan. Makan siring pinang, demikian budaya Papua yang hingga saat ini masih terus ada. Setangkai bunga sirih jantan (Piper betle) yang dicocol dengan kapur dari gerusan kerang-kerang laut menjadi tahapan pertama dalam makan siring pinang. Setelah itu baru buah pinang (Areca catechu) dikupas lalu dikunyah kulitnya. Air liurpun berubah menjadi merah dan dimulailah menikmati sensasi menyirih. Rasa pahit, sepat namun rahang ini enggan berhenti untuk mengunyahnya, seperti rasa addiktif.
[caption id="attachment_345548" align="alignnone" width="640" caption="Pantai Saleo salah satu tujuan wisata di Waisai dengan segala pesonannya (dok.pri)."]
Rona senja semakin menjadi-jadi tak kala sang surya semakin condong ke barat. Mungkin saat yang ditunggu-tunggu, tetapi ada daya rintik hujan mulai berdatangan. Raja ampat kadang tak kenal musim, kapan saja bisa datang hujan dan suasana bisa berubah. Saatnya kembali ke gazebo dan sambil "crot" meludahkan ludah merah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H