Karang lunak dan keras benar-benar menggoda saya. Acropora yang runcing bak jalanan makadam yang menbentang, sedangkan karang otak menjadi batu-batu raksasa dengan mulut-mulut kima yang mengagan di setiap sisinya. Karang-karang lunak sedari tadi terus saja menari-nari mengikuti pergerakan arus laut. Ikan-ikan cantik yang mungil nampak menyelinap di balik anemon yang terus saya bergoyang.
[caption id="attachment_354137" align="aligncenter" width="576" caption="Hari ini saya tak mau menghabsikan taman firdaus di bumi ini, sebab di sana masih banyak. (dok.pri)."]
Pesona laut raja ampat memang sudah kondang di segala penjuru dunia. Di sebuah pulau kecil yang jarang dilirik orang saya merasa berada dalam sebuah taman lengkap dengan penghuninya. Impian saya tentang Wayag atau Pianemo sepertinya sirna sudah saat sata benar-benar kerasan menikmati surga bawah air di sini. Dari pulau mungil ini saya kembali teringat lagu tanah Papua yang mengalun indah. Hanya rasa syukur bisa di ungkapkan dari setitik surga yang tercecer tersebut. Syo.. Ya Tuhan..Trima..kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H