[caption id="attachment_354130" align="alignnone" width="640" caption="Dengan kedalamam kurang dari 4m, kita langsung bisa menikmati surga bawah air pulau saonek. Hanya dengan scuba atau snorkling sudah bisa becengkrama dengan penghuni lautnya (dok.pri)."][/caption]
"Syo.. Ya Tuhan..Trima..kasih" merinding saya mendengar lagu tersebut dalam perjalanan laut menuju Raja Ampat. Mata ini tak habisnya menikmati gugusan pulau-pulau sepanjang pelayaran dari Sorong menuju Waisai. Lagu Tanah Papua begitu menghipnotis dan saat benar-benar direnungkan saya sadar sebentar lagi akan menginjak tanah yang menjadi impian banyak pelancong dari penjuru dunia, Raja Ampat.
Imajinasi kita tentang Raja Ampat pasti tidak meleset jika menyebut nama Wayag. Gugusan batu-batu gamping yang menyembul dari dasar laut yang berceceran di sisi barat pulau Waigeo. Wayag selalu menjadi magnet dan batu penjuru untuk Raja Ampat. Pesona lansekapnya benar-benar menjadi kutub tersendiri buat para pelancong. Begitu kaki sudah menginjak tanah empat raja, maka saya harus kembali bermimpi untuk merengkuh Wayag.
[caption id="attachment_354134" align="aligncenter" width="576" caption="Peta pulau saonek mondi (osm.org)"]
Untuk menginjak Wayag minimal harus merogoh dompet sekitar 17 juta untuk perjalan 1 unit kapal cepat yang berkapasitas tak lebih dari 10 orang. Wayag kecil yang biasa di sebut Pianemo sudah memiliki tarif sekita 10 juta. Saya hanya diam lemas, karena tak mungkin bisa membayar sebanyak itu. Namun Raja Ampat bukanlah Wayag atau Pianemo, namun jika jeli sejengkal tanah di sana benar-benar memiliki keindahan yang luar biasa.
Dengan mebayar 120 ribu akhirnya sebuah long boat menghnatar saya menuju pulau yang terdekat dengan Waisai. Penduduk setempat menyebutanya dengan Saonek Mondi yang artinya Saonek Kecil. Memang kecil pulau ini, karena hanya butuh waktu kurang dari 30 menit untuk mengelilinginya. Di sisi barat pulau ini terdapat pulau Saonek yang menjadi tempat singgah pertama kali penduduk Raja Ampat.
Pulau yang sepi, sebab tidak ada penduduk yang tinggal di sini. Tanpa alas kaki saya segera melompat dari long boat dan saat itu saya mencatatkan diri satu-satunya orang yang berdiri di pulau itu. Pulau dengan hutan pantai yang lebat benar-benar masih terlihat alami. Pohon kelapa, beringin, ketapang, nyamplung menjadi penghuni pulau yang nampak hijau.
[caption id="attachment_354135" align="aligncenter" width="576" caption="Saya seolah menjadi pemilik sekaligus penikmat kapling surga di bumi ini. Nampak pulau Saonek dan pesona bawah airnya yang memesona (dok.pri)."]
Byur.... saya melompat dari ujung dermaga untuk langsung melihat pesona bawah airnya. Laut dengan kedalaman sekitar 4 meter langsung membius saya untuk masuk semakin dalam. Ikan-ikan karang dengan beraneka macam warna hilir mudik mengelilingi sosok tubuh yang terengah-engah menghirup udara. Pelan-pelan saya mendekati ikan-ikan karang dengan bentuk yang unik-unik, seolah saya menjadi salah satu tukang gambar dalam film animasi Finding Nemo.
Kamera bawah air saya terus saja bekejar-kejaran dengan ikan yang sedari tadi benar-benar meledek saya agar masuk lebih dalam. Akhirnya saya mencapai dasar dan benar-benar sedang berada dalam kebun binatang dalam air. Banyak yang tidak mengetahui terumbu karang adalah hewan, sebab warna dan bentuk mereka mirip tumbuhan. Tumbuhan di laut hanya rumput laut/alga dan lamun, sisanya adalah binatang.
[caption id="attachment_354136" align="aligncenter" width="576" caption="Hamparan acropora yang memenuhi jengkal-jengkal dasar laut (dok.pri)."]