Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pulau Jefman, Keindahan Alam dan Sisa-sisa Kejayaan Penerbangan

21 Agustus 2014   19:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:57 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi menyongsong tapi cuaca kurang bersahabat. Angin dan gerimis mengurungkan niat untuk memotret matahari terbit dari sisi timur pulau Jefman. Saya hanya berjalan-jalan saja di sepanjang landas pacu pesawat sambil melihat burung-burung camar yang berterbangan. Seorang bapak dan anaknya sepertinya ikut menikmati pagi ini dengan bersepeda di sepanjang jalan pesawat, sebuah kebahagian yang tidak bisa diungkapkan.

[caption id="attachment_354341" align="aligncenter" width="538" caption="Landas pacu pesawat terbang yang kini menjadi lahan kosong (dok.pri)."]

1408597013365863635
1408597013365863635
[/caption]

Akhirnya saya berjalan di ujung landasan yang berbatasan dengan pulau di sebelahnya. Konon dulu pulau itu adalah satu daratan dengan Jefam, karena dibangun bandaran maka dipisahkan dengan cara dibom. Pada saat surut bisa berjalan ke pulau sebelah, namun sayang saat itu air sedang meti/pasang. Berjalan di pesisir pantai dengan pasir putihnya sambil kaki ini menerabas padang lamun yang nampak menghijau. Ikan-ikan kecil berlarian dan beberapa ikan nampat terjebak di sela-sela karang. Seekor bintang laut nampak terdiam dan sepertinya tahu akan apa yang akan saya lakukan.

Tiba-tiba ada seorang bapak dan anaknya yang mengajak saya untuk menuju sero. Longboat dengan mesin 15pk berjalan pelan menyibak helaian lamun dan sela-sela acropora. Jaring yeng berdiri sepanjang 100m adalah tujuannya. Sore adalah alat tangkap ikan dengan membentangkan jaring sepanjang 100m lalu ujung yang mengarah ke laut dibuat ruang berbentuk lingkaran untuk menampung ikan yang tertangkap. Sistem kerja sero adalah memanfaatkan pasang surut air laut. Saat pasang ikan akan naik ke tepian, lalu saat surut akan kembali ke laut dan saat itula ikan akan masuk dalam jebakan sero dan terkumpul di ujung jaring.

[caption id="attachment_354344" align="aligncenter" width="448" caption="Iwan yang membantu ayahnya untuk membersihkan sero, dan beberpa ikan diberikan kepada saya dengan alasan sedang tidak ada ikan (dok.pri)."]

14085971011841578106
14085971011841578106
[/caption]

Sero adalah alat tangkap yang ramah lingkungan. Hanya ikan yang terjebak saja yang akan tertangkap itupun akan dipilih ikan mana saja yang akan diambil, dan sisanya akan dikembalikan ke laut. Pagi ini pak Darwis dan Iwan putranya hanya memeriksa dan membersihkan sero jika ada sampah laut yang masuk. Air yang masih pasang maka ikan belum masuk dalam jebakan sero. pak Darwis menyelam dengan menggunakan kacamata selam buatan tangan dan dengan jaring dia masuk kedasar sero. Beberapa hewan yang terjebak seperti beberapa ikan hias, bintang laut, ikan buntal di jaring dan dikembalikan ke laut. Ikan-ikan tersebut selain mengotori sero, juga tidak memiliki nilai ekonomis sekaligus menjaga kelestarian alam.

"maaf mas tidak ada ikan" kata pak Darwis saat kepalanya menyembul kepermukaan, tetapi jaringnya berkata lain. Jaringnya telah berisi beberapa ikan lema (Rastrelliger kanagurta), ikan samadar, dan gutila. Saya heran, masih saja kondisi tersebut tidak ada ikan, bagaimana jika ada ikan. Konon ceritanya saat musim ikan, jebakan sero sampai tidak muat menampung ikan dan harus di lepaskan sebagian agar bisa diambil. Sayapun mendapat ikan-ikan tersebut secara gratis dan kemudian bingung mau dibuat apa ikan sebanyak ini.

[caption id="attachment_354346" align="aligncenter" width="538" caption="Pembuatan perahu yang mengandalkan naluri dan keakuratan dalam mengukur. Gading perahu dibuat menyusul dan menyesuaikan. Dengan cara ini kapal lebih cepat selesai dibuat (dok.pri)."]

14085971971101506091
14085971971101506091
[/caption]

Kekaguman saya akan pulau ini belum usai. Di bawah pohon nyamplungan (Calophyllum tetrapterum) nampak seorang bapak sedang sibuk merakit lambung perahu. Akhirnya saya duduk sambil bertanya-tanya tentang seputar pembuatan perahu. Alangkah terkejutnya saya, saat saya menyadari dia membuat perahu seoalah seperti melukis tanpa sketsa. Dia hanya mengandalkan patokan ukuran saja sambil berimprovisasi. Berbeda dengan teknik pembuatan perahu yang terlebih dahulu membuta gading atau rangka perahu lalu membuat dinding lambungnya. Di sini membuat lambung perahu dulu lalu gading akan menyesuaikan bentuk perahu. Dia menjelaskan semua ada sisi lebih dan kurangnya, tergantung waktu, bahan dan anggaran saja.

Lambaian tangan dari pak Is sudah terlihat dari tengah-tengah lapangan terbang. Nada panggilan untuk mengajak sarapan rupanya dan sesuatu yang tidak bisa ditolak. Menu ikan bakar dan kali ini dengan pisang goreng. Jangan harap di sini ketemu dengan nasi, keran ternyata lebih enak makan ikan bakar dengan sukun atau pisang goreng. Suara deru pesawat yang melintas dan hendak mendarat di sorong sepertinya mengembalikan kenangan masa lalu. Pulau Jefman yang menyimpan kenangan yang penuh kejayaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun