Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengulik Jembatan Cinta Pulau Tidung

1 September 2014   23:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:53 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_356666" align="alignnone" width="640" caption="Menunggu cucu bermain ayunan, di sisi timur laut pulau tidung (dok.pri)."]

14095626391232572138
14095626391232572138
[/caption]

Ada 3 tempat di Pulau Tidung yang digunakan untuk membuat atau memperbaiki perahu. Kayu nyamplung menjadi bahannya dan beberapa kayu khusus yang didatangkan dari Pulau Bangka. Tak berapa lama akhirnya saya sampai di sisi barat Laut Tidung. Tumbuhan bakau hanya ada beberapa pohon dan nampak kontras dengan pasir putih dan air yang jernih. Teman saya yang datang menyusul langsung segera masuk dalam laut dengan kamera bawah airnya. Sekitar 30 menit dia mengaduk-aduk bawah laut dan mendarat dengan meringis. Hanya beberapa ikan yang dia temui. Saya hanya diam dan tak berani membandingkan dengan kampungnya di Raja Ampat sana.

[caption id="attachment_356668" align="alignnone" width="640" caption="Menemani nelayan yang menggulung jaringnya tanpa ada ikan yang terperangkap (dok.pri)."]

1409562695543829150
1409562695543829150
[/caption]

saya pun ikut-ikutan berendam sambil menikmati senja yang sebentar lagi datang. Langit sisi barat semakin temaran menandakan sebentar lagi sang surya segera amblas menuju kaki langit. Momen yang sangat dinanti-nanti bagi mereka yang hobi berburu pemandangan, terutama cahaya keemasan di ufuk barat. Berendam di laut sambil menyaksikan matahari terbenam, sambil melihat ketam-ketam berlarian tak tentu arah.

[caption id="attachment_356670" align="alignnone" width="640" caption="Ikan karang yang kebingungan mencari kawan (dok.pri)."]

140956274712685074
140956274712685074
[/caption]

Sisi barat Pulau Tidung menutup perjalanan kali ini dengan diiringi terbenamnya matahari. Berjalan menuju penginapan dalam keadaan gelap bulan pilihan yang tepat, karena jalanan hanya setapak yang kiri kanan penuh dengan ilalang. Akhirnya kami masuk di perkampungan dan selamatlah malam ini. Malam ini kami lanjutkan dengan santap malam di tepi pantai ditemani nyamuk dan gerimis.

Pagi hari, niat kaki menjemput matahari apa daya gerimis dari semalam belum juga reda. Hingga pukul 10, langit masih saja mendung. Sesaat muncullah cahaya matahari dan kaki ini bergegas menuju Tidung kecil dengan naik bentor. Kami harus mengejar waktu karena pukul 1 siang kapal akan berangkat ke Jakarta. Akhirnya kami diantarkan sampai di dekat jembatan penghubung Tidung Besar dan Kecil.

[caption id="attachment_356671" align="alignnone" width="640" caption="Jembatan cinta pulau tidung (dok.pri)."]

14095627941185388636
14095627941185388636
[/caption]

Penduduk menyebut jembatan tersebut dengan Jembatan Cinta, entah apa makna di balik nama tersebut. Kami terus mengejar waktu untuk menuju Tidung Kecil. Usai berjalan sekitar 300-an meter lewat Jembatan Cinta kami sampai di Tidung Kecil. Hutan pantai yang cukup bagus dan terjaga. Suara burung-burung liar masih terdengar menandakan ekosistem yang belum banyak pengganggunya. Di Tidung Kecil ternyata ada sentra pembibitan tanaman hutan pantai dan mangrove.

Kami tak berlama-lama di Pulau Tidung Kecil karena harus bergegas menuju Tidung Besar. Dalam perjalanan kembali, sangat disayangkan tidak mencoba melompat dari atas Jembatan Cinta yang berketinggian sekitar 6 m. Puas melepaskan adrenalin kali ini kami dipacu mengejar kapal yang akan membawa kami menuju Pulau Jawa. Kapal dengan 5 mesin masing-masing 250 pk sudah menunggu kami dan segera kami bergegas menuju kapal. Akhirnya kapal dipacu dengan kecepatan tinggi membelah laut yang saat itu sedang turun hujan. Hanya sekitar 1 jam kami berlayar untuk sampai di dermaga Ancol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun