Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kisah Pupusnya Asmara Sang Raksasa di Chocolate Hills Filipina

11 September 2014   18:38 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:00 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_358491" align="alignnone" width="640" caption="Tangisan Arogo yang menjadi bukit, salah satu keajaiban geologi di Bohol-Filipina (dok.pri)"][/caption]

Arogo, demikian sesosok raksasa yang kuat dan selalu awat muda. Suatu saat dia jatuh cinta pada sesosok perempuan yang cantik jelita dan sederhana yang bernama Aloya. Cinta yang kandas memupuskan harapan Arogo untuk mendapatkan cinta dari Aloya. Arogo merasa sedih dan gundah gulana lalu meneteslah air matanya hingga kering. Tetesan air mata itu jatuh ke bumi dan membentuk gundukan bukit yang banyak. Pada musim kemarau bukit tersebut gersang dan dinamakan bukit cokelat. Inilah legenda Chocolate Hills di Bohol-Filipina yang menjadi salah satu keajaiban geologis di muka bumi.

Dari Tagbilaran ibukota Bohol menuju Chocolate Hils berjarak sekitar 55Km. Namun saya berangkat dari sungai Loboc yang menjadi tujuan saya sebelumnya. Jalan berliku dengan kanan kiri hutan yang lebat. Beberapa kali bus harus berhenti saat menjelang tikungan, karena dari kejauhan nampak sebuah jeepney sudah memberi tanda minta jalan. Di balakang Jeepney beberapa bus yang penuh sesak dengan penumpang berjalan beriringan. Kembali bus yang kami tumpangi berjalan mendaki jalanan yang menanjak.

[caption id="attachment_358492" align="alignnone" width="640" caption="Liku jalan dari Loboc menuju Carmen yang sisi kanan kirinya penuh dengan pohon Mahono, dan inilah hutan buatan Bilar Man (dok.pri)"]

1410409649824389299
1410409649824389299
[/caption]

Jalan yang sepi dan nyaris tidak ada rumah penduduk. Seolah sedang melintas di tengah hutan lebat. Saat ini sedang melintasi hutan lindung Bilar Man. Hutan ini ditanami Mahoni (Mahagony sp) sejak tahun 1940 hingga 1960. Mahono ditanam dalam jarak tanam tertentu dengan pola yang teratur seolah memandang pohon yang sedang upacara. Beberapa sudut nampak Mahoni muda yang tumbuh di sela-sela barisan Mahoni yang tinggi menjulang.

Suara Garengpong (Cicada sp) terdengar dari sela-sela dedaunan dan menjadi indikator alam, cuaca sedang baik. Hampir 40 menit bus ini menerobos hutan homogen ini dan terus memacu kecepatannya menuju Carmen, yakni kota terdekat dengan tujuan saya yakni Bukit Cokelat. Carmen kota yang kecil dan mirip dengan Kecamatan jika dilihat dari lansekap kotanya. Dari Carmen harus berjalan sejauh 5Km menuju Berangay Buenos Aires yakni dimana bukit cokelat berada.

[caption id="attachment_358493" align="alignnone" width="640" caption="Bukit-bukit cokelat terlihat dengan jelas, ada juga yang masih berwarna hijau (dok.pri)."]

1410409768740671528
1410409768740671528
[/caption]

Sepanjang jalan saya kagum pemandangan di kiri jalan berupa tumpeng-tumpeng alam rakasasa setinggi 30-50m. Sebuah lansekap yang mempesona membuat saya terpana sehingga jendela bus ini saya buka lebar-lebar sambil rana kamera membuka dan menutup untuk mengabadikan keajaiban alam ini. Akhirnya sampai juga di salah satu bukit tertinggi dari 1.776 bukit yang tersebar 50km persegi. Sebuah tangga dari beton dengan anak tangga lebih dari 200 harus kami leati untuk menuju puncak bukit. Kaki saya gatal dan sayapun berlari dan ingin menjadi yang terdepan untuk sampai di puncak bukit cokelat.

Sesampai di puncak saya berdiri di ujung pagar dan mengabadikan pemandangan 360 derajat yang di penuhi dengan bukit-bukit berbentuk kerucut. Beberapa tulisan mencatat jumlah bukit ini bermacam-macam. Ada yang menuliskan 1.776, atau 1.247, tetapi pemandu saya mengatkan 1.268 bukit. Mana yang benar, cukup percaya saja dari pada harus menghitung satu persatu. Saat saya datang bertepatan menjelang musim kemaru, sehingga ada bukit yang sudah berwarna cokelat ada juga yang masih hijau ranum. Untuk mendapatkan nuansa bukit cokelat, maka disarankan datang tepat pada musim kemarau.

[caption id="attachment_358494" align="alignnone" width="640" caption="Tumbuhan Ilalang mendominasi sebagai perintis di lahan yang miskin unsur hara (dok.pri)."]

1410409851427256741
1410409851427256741
[/caption]

Nampak Ilalang (Imperta Cylindrica) dan beberapa semak Compositae memenuhi hampir seluruh permukaan bukit. Saat musim hujan akan berwarna hijau dan cokelat saat musim kemarau. Inilah sisi menarik dari bukit cokelat yang ada di Bohol Filipina. Salah satu keajaiban geologi dalam bentang alam Bohol. Ada beberapa legenda yang mengisahkan terbentuknya bukit cokelat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun