Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lari Pagi di Makati di Jalur yang Manusiawi

19 September 2014   17:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:14 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Matari belum juga menunjukan batang hidungnya, namun gedung-gedung pencakar langit sudah nampak jelas mana kala lampu-lampu mulai dipadamkan. Pukul 05.00 dari balik jendela kamar di lantai 14, secangkir teh hangat ini mengawali langkah untuk mencorat-coret jalanan di Metro Manila. Bukan berniat vandalisme, tetapi menggambar rute jalanan dengan menggunakan GPS dengan berlari. Langkah yang ringan setelah semalam menikmati sajian budha bar yang membuat tubuh terkapar. Jalanan masih sepi lalu lalang kendaraan, tetapi mereka yang lari pagi memenuhi trotoar jalanan.

Saya terkesima dengan kota ini yang bersih, rapi dan nyaman. Sepertinya saya tidak menemukan tong sampah, artinya kesadaran orang untuk mengurus sampahnya sendiri sudah ada. Trotoar yang luas tanpa ada bangunan kaki lima, benar-benar memberikan kenyamanan bagi pecinta jalan kaki. Papan petunjuk yang jelas benar-benar sangat membantu, begitu pula dengan rambu-rambu lalu lintas. Pagi ini saya benar-benar dimanjakan oleh suasana jalanan kota metropolitan ini.

[caption id="attachment_360039" align="alignnone" width="640" caption="Benar-benar menikmati menjadi seorang pejalan kaki (dok.pri)."]

14110953061169237899
14110953061169237899
[/caption]

Langkah kaki saya semakin kencang, karena saya tidak perlu kawatir akan kondisi jalanan. Tidak membayangkan jika saya lari di jalan kampung, meleng sedikit saja bisa tersangkut atau tersambar kendaraan. Berlari di jalan ataupun trotoar sama-sama memiliki kenyamanan dan keamanan yang baik. Trotoar mungkin diprioritaskan buat mereka yang jalan kaki, sedangkan yang ingin memacu kecepatan larinya bisa di jalan aspal.

Saya melihat GPS dengan kecepatan lari rerata 5-6menit/km dan sangat nanggung untuk berhenti gegara harus meyeberang jalan. Di depan sana melaju truk barang dan perhitungan saya saya bisa menyebrang sebelum truk lewat. Namun yang terjadi sebaliknya, saya lebih baik berhenti menunggu truk lewat, tetapi truk juga berhenti. Saya memadang kepala truk yang bersamaan sopirnya nongol sambil mengacungkan jempol saya dipersilahkan menyebrang duluan. "Salamat po" saya berteriak pada sopir sambil melambaikan tangan dan dibalas dengan suara klakson. Kejadian ini berlulang-ulang saya alami, tidak hanya mobil besar, mobil bertipe city car pun demikian memperlakukan pejalan kaki sama baiknya.

14110955882008264181
14110955882008264181

Usai menempuh 5Km saja berjalan-jalan saja di jalanan protokol sambil melihat aktivitas orang-orang di sini. Hampir mayoritas yang turun dijalan adalan berolah raga, dan sialnya tak ada yang jualan makanan atau minuman. Hewan-hewan piaraan tak mau ambil ketinggalan. Anjing beragam ras ikut serta di samping tuannya yang terengah-engah berlari. Sungguh suasana pagi yang menyehatkan dan prilaku orangnya yang begitu memanusiakan manusia, pertanyaan saya "apakah cuma ada disini saja..?".

1411095388293797364
1411095388293797364

Tak lengkap jika berkunjung di negeri orang tanpa buah tangan. Saatnya menuju pusat oleh-oleh di Manila yang berjarak tak begitu jauh dari tempat saya menginap. Bukannya hendak memborong oleh-oleh, tetapi melihat ada apa di sana. Fiesta market, adalah tempat pertama yang saya tuju untuk melihat ada apa saja disana. Beragaman makanan, bunga hias dan keperluan sesehari tersedia di sana, sepertinya ini mirip dengan pasar modern.

Tiba-tiba saya ikut saja antrian di depan sebuah pusat perbelanjaan di samping Fiesta Market. Pusat perbelanjaan di sini buka mulai pukul 10. Saya kira ada apa, karena banyak yang mengantri untuk masuk kedalam. Begitu hendak sampai di pintu, saya keluar dari barisan karena melihat petugas sedang mengecek ID card. Ternyata barisan yang saya ikuti adalah antrian karyawan di pusat perbelanjaan tersebut yang hendak masuk kerja.

Setelah sesaat menunggu akhirnya masuk juga. Ada seorang petugas yang memeriksa tas bawan dan berkata "sir no picture". Aturan di mall ini adalah dilarang memotret, sehingga kamera bener-benar tersimpan rapat. Langkah saya langsung menuju toko sovenir yang menjajakan oleh-oleh. Mata saya melirik harga-harga yang tertempel di belakang, dan hasrat unuk membelipun pupus "terlalu mahal buat kantong saya".

14110954571644852611
14110954571644852611

Teman saya, lantas mengajak saya ketempat penjualan sovernir yang ada di mall diseberang jalan. Saya hanya berguman, pasti harganya juah lebih mahal karena bangunannya lebih tinggi dan berkelas. Saya ngikut dan nurut saja, dan anggap saja jalan-jalan. Untungnya di beberapa tempat saya sudah membeli pernak-pernik dengan harga yang lebih murah, maka belilah di tempat wisata yang dituju. Sebuah mall megah berdiri didepan saya dan teman dengan gesit memasukinya. Sepertinya dia sudah hafal dengan tempat ini dan langsung saja menuju lantai 5.

Dalam sekejab kami menemukan dan segera masuk untuk mencari pernak-pernik. Mata saya langsung berbinar, karena harganya jauh lebih murah di sini. 1 T-shirt harganya 120 peso, jika beli tiga harganya cuma 100peso. Trik pemasaran yang menarik dan saya memutuskan untuk membelinya dengan beberapa pernak-pernik yang lain. Saya terkesima dengan sebuah benda mungil yang kini belum sempat terbeli karena uang kurang 20 peso. Miniatur Jeepney, sebuah moda transportasi lokal yang sangat familiar di Filipina.

Miniatur Jeepney tak terbeli bukan berarti sampai disini, saatnya berjalan menuju terminalnya saja. Tangan ini bisa menyentuh, mengelus, mengusap bahkan bisa naik secara gratis. Kebetulan ada jeepney yang sedang menunggu penumpang. Tanpa canggung saya menceritakan keiinginan saya. Bak gayung bersambut, pak sopir jeepney malah bercerita panjang lebar sambil memperislahkan saya untuk ngubek-ubek jeepney-nya. Beberapa penumpang yang heran mungkin bersenandikan "dasar wong ndesa".

14110955231923039974
14110955231923039974

Tak lama berselang, saya harus segera meninggalkan kota ini. Tak terasa waktu cepat berlalu dan harus kembali ke tanah air. Pesawat MAS sudah menunggu untuk menerbangkan saya ke Kuala Lumpur dan kemudian lanjut ke Jakarta. Banyak pelajaran berharga dari negeri sebelah, terutama bagaimana mengelola, menjaga dan menjual obyek wisata. Kesadaran masyarakatnya akan lingkungan dan aturan cukup baik, begitu juga dengan keramahannya khas melayu. Biarlah hal yang baik saya bawa pulang sebagai buah tangan dan yang buruk saya tinggalkan sebagai pelajaran. Filipina "maraming salamat po... Yahoo fun ambassador, kementrain pariwisata Filipina".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun