Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lari Pagi di Makati di Jalur yang Manusiawi

19 September 2014   17:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:14 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sesaat menunggu akhirnya masuk juga. Ada seorang petugas yang memeriksa tas bawan dan berkata "sir no picture". Aturan di mall ini adalah dilarang memotret, sehingga kamera bener-benar tersimpan rapat. Langkah saya langsung menuju toko sovenir yang menjajakan oleh-oleh. Mata saya melirik harga-harga yang tertempel di belakang, dan hasrat unuk membelipun pupus "terlalu mahal buat kantong saya".

14110954571644852611
14110954571644852611

Teman saya, lantas mengajak saya ketempat penjualan sovernir yang ada di mall diseberang jalan. Saya hanya berguman, pasti harganya juah lebih mahal karena bangunannya lebih tinggi dan berkelas. Saya ngikut dan nurut saja, dan anggap saja jalan-jalan. Untungnya di beberapa tempat saya sudah membeli pernak-pernik dengan harga yang lebih murah, maka belilah di tempat wisata yang dituju. Sebuah mall megah berdiri didepan saya dan teman dengan gesit memasukinya. Sepertinya dia sudah hafal dengan tempat ini dan langsung saja menuju lantai 5.

Dalam sekejab kami menemukan dan segera masuk untuk mencari pernak-pernik. Mata saya langsung berbinar, karena harganya jauh lebih murah di sini. 1 T-shirt harganya 120 peso, jika beli tiga harganya cuma 100peso. Trik pemasaran yang menarik dan saya memutuskan untuk membelinya dengan beberapa pernak-pernik yang lain. Saya terkesima dengan sebuah benda mungil yang kini belum sempat terbeli karena uang kurang 20 peso. Miniatur Jeepney, sebuah moda transportasi lokal yang sangat familiar di Filipina.

Miniatur Jeepney tak terbeli bukan berarti sampai disini, saatnya berjalan menuju terminalnya saja. Tangan ini bisa menyentuh, mengelus, mengusap bahkan bisa naik secara gratis. Kebetulan ada jeepney yang sedang menunggu penumpang. Tanpa canggung saya menceritakan keiinginan saya. Bak gayung bersambut, pak sopir jeepney malah bercerita panjang lebar sambil memperislahkan saya untuk ngubek-ubek jeepney-nya. Beberapa penumpang yang heran mungkin bersenandikan "dasar wong ndesa".

14110955231923039974
14110955231923039974

Tak lama berselang, saya harus segera meninggalkan kota ini. Tak terasa waktu cepat berlalu dan harus kembali ke tanah air. Pesawat MAS sudah menunggu untuk menerbangkan saya ke Kuala Lumpur dan kemudian lanjut ke Jakarta. Banyak pelajaran berharga dari negeri sebelah, terutama bagaimana mengelola, menjaga dan menjual obyek wisata. Kesadaran masyarakatnya akan lingkungan dan aturan cukup baik, begitu juga dengan keramahannya khas melayu. Biarlah hal yang baik saya bawa pulang sebagai buah tangan dan yang buruk saya tinggalkan sebagai pelajaran. Filipina "maraming salamat po... Yahoo fun ambassador, kementrain pariwisata Filipina".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun