Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Gegap Gempita Pasar Remu Sorong

1 Oktober 2014   20:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:46 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_363022" align="alignnone" width="640" caption="Ikan asin beragam jenis ikan juga disajikan ditempat ini. (dok.pri)."]

14121461561686201317
14121461561686201317
[/caption]

Banyak hal yang bisa saya saksikan dari keunikan pasar ini sekaligus ketimpangannya. Teman saya yang sedang menyelesaikan tesis pernah meneliti tentang para pedagang di pasar remu dan  pasar di Jayapura. Penelitian mereka mencoba mengungkap, mengapa penduduk lokal menjadi pembeli ditempat sendiri atau menjadi pedagang kelas kecil. Jika diperhatikan para pedagang di pasar remu sebagian besar adalah pendatang. Banyak mereka yang dari Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Para penduduk lokal biasanya menjadi pedagang kecil, penjaga kios atau menjadi kuli panggul.

Kesimpulan penelitian teman saya adalah faktor budaya dan pendidikan. Ada asumsi yang mengatakan "makan hari ini yan cukup hari ini, sebab besok bisa cari lagi". Mereka merasa di sediakan alam yang melimpah, sehingga semua tersedia. Bagi pendatang terutama pedagang, mereka harus menjadi penyintas agar bisa terus bertahan, dengan menabung, investasi dan perhitungan yang jeli. Warga pendatang memiliki paguyuban yang saling mendukung satu sama lain, berbeda dengan warga lokal yang masih mengotkankan dirinya. Pernyataan ini hanyalah kesimpulan sementara berdasarkan observasi dan wawancara.

[caption id="attachment_363023" align="alignnone" width="640" caption="Penduduk asli yang menjajakan hasil pertanian di tepi jalan, nampak kontras dengan para pendatang yang memiliki modal dan menempati kios-kiso pasar (dok.pri)."]

1412146211732073457
1412146211732073457
[/caption]

Jika melihat fakta ada benarnya juga, mengapa penduduk lokal sepertinya menjadi pembeli di supermarketnya sendiri. Memang benar, faktor pendidikan dan pola pikir harus di rubah manakala jaman dan waktu sudah berubah. Ketimpangan inilah yang menarik untuk dikaji. Perjalanan ini berkahir manakala apa yang saya cari sudah ketemu, yakni sebuah potret dan cerita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun