Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tanah Jawa Bernuansa Pulau Dewata

6 November 2014   16:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:29 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hampir setiap depan rumah ada bangunan tempat ibadah dan meletkan sesaji. Saya berpikir ini bali, ternyata Argosari (dok.pri).

[caption id="attachment_372625" align="aligncenter" width="600" caption="Nuansa pulau dewata di tanah jawa, begitu terasa saat kaki menginjak argosari (dok.pri)."][/caption] Pada awal masehi konon Hindu sudah merambah kawasan nusantara. Ada yang mengatakan bahwa Hindu dibawa oleh pedagang, tentara yang yang kalah perang, hingga para misionaris. Yang pasti Hindu telah memberi warna pada kerajaan-kerajaan besar seperti Kutai dan Majapahit. Pengaruh terbesar hindu adalah pada sekitar abad 14 manakala Majapahit berjaya. Runtuhnya Majapahit karena serangan dari kerajaan utara membubarkan kerajaan besar tersebut dan pengaruh hindunya. Beberapa cerita, mengisahkan ada rakyat Majapahit yang melarikan diri ke Bali dan ada yang diam di sekitar Bromo. Namun kisah lain berkata, di Lumajang nyaris tidak ada pergolakan apa-apa saat majaphi bergejolak. [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Pura Mandara Giri Semeru Agung, sebuah pura yang berdiri di sisi timur semeru.(dok.pri)."]

Pura Mandara Giri Semeru Agung, sebuah pura yang berdiri di sisi timur semeru.(dok.pri).
Pura Mandara Giri Semeru Agung, sebuah pura yang berdiri di sisi timur semeru.(dok.pri).
[/caption] Siang itu saya mengobrol dengan pak Marto seorang pemangku pura Mandara giri semeru agung, di Senduro Lumajang. Dia menceritakan sepenggal kisah tentang Hindu di pulau di jawa bagian timur. Menurut cerita memang ada benarnya, banyak pelarian Majapahit yang ke bali dan menetap di sana, sisanya masih bertahan di seputaran kerajaan Majapahi di trowulan. Saat itu, Pak Marto baru saja menerima tamu-tamu dari Bali yang sedang beribadah di pura mandara giri semeru agung. Konon ceritanya, pura ini adalah impian warga lumajang sejak tahun 1969 yang ingin mendirikan tempat ibadah. Jalan panjang dan banyak rintang akhirnya bisa ditempuh dan berdirilah tempat ini. [caption id="attachment_2426" align="alignnone" width="640" caption="Dari luar pagar sudah mengobati rasa kekaguman saya pada pura ini (dok.pri)."]
Dari luar pagar sudah mengobati rasa kekaguman saya pada pura ini (dok.pri).
Dari luar pagar sudah mengobati rasa kekaguman saya pada pura ini (dok.pri).
[/caption] Ada makna filosofi berdirinya pura ini, manakala disangkut pautkan dengan cerita pulau jawa yang masih masih terombang-ambing. Betara Guru memerintahkan memotong puncak mahameru di India dan menancapkannya di tanah jawa agar tenang. Maka gunung Semeru menjadi paku bumi di tanah jawa. Maka tahun 1992 di sisi timur gunung Semeru/mahameru berdirilah pura Mandara giri semeru agung. Kemegahan bangunan ini terasa saat memasuki pintu gerbangnya, layaknya masuk dalam sebuah istana kerajaan. Nuansa majapahit begitu terasa saat melihat ciri-ciri ornamen bangunan, dan benar apa yang dikatakan pak Marto. "hindu di nusantara dipengaruhi oleh kebudayaan setempat, salah satunya adalah model-model bangunan pura". Saat memasuki pelataran pura, ternyata ada sesi pengambilan gambar. Sosok mirip raja dan permaisuri dan dibelakangnya beberapa dayang mendampingi sedang terlibat dalam sebuah film. Saya tidak tahu persis kisah apa yang sedang difilmkan, yang pasti ini berkaitan dengan kerajaan hindu di tanah jawa. Saya berjalanjut melihat-lihat sisi dalam pura, namun sayang saya harus berhenti di gerbang karena hanya mereka yang beribadah yang boleh masuk dalam kawasan dalam pura. Untuk menghormati mereka yang beribada cukuplah saya dibatas luar pagar saja. [caption id="attachment_2427" align="alignnone" width="640" caption="Hampir setiap depan rumah ada bangunan tempat ibadah dan meletkan sesaji. Saya berpikir ini bali, ternyata Argosari (dok.pri)."]
Hampir setiap depan rumah ada bangunan tempat ibadah dan meletkan sesaji. Saya berpikir ini bali, ternyata Argosari (dok.pri).
Hampir setiap depan rumah ada bangunan tempat ibadah dan meletkan sesaji. Saya berpikir ini bali, ternyata Argosari (dok.pri).
[/caption] Sebelum ditempat ini, saya dua hari menyambangi desa yang mayoritas penduduknya beragama hindu. Hampir setiap rumah terdapat candi kecil sebagai tempat sembahyang dan meletakan sesaji. Saya hampir tak percaya karena saya sedang tidak ada di bali, tetapi saya baru sadar di tanah inilah umat hindu bali berasal. Aroma dupa begitu terasa, anake bebuahan di sajikan, kain di selimutkan pada badan arca, dan hiasan janur melambai-lambai terkena terpaan angin. Tanah jawa yang bernuansa bali, saya benar-benar bisa merasakan suasana pulau dewata di tanah jawa. Sayup-sayup terdengar obrolan pemuda-pemuda desa yang bergerombol didepan rumah sambil berteduh dari sengatan matahari, namun mereka tetap mengenakan sarung. Benar saja, tanah desar Argosari, yang mereka pijak memiliki ketinggian 2000mdpl dengan suhu dingin yang mencekap, tetapi bisa merasakan teriknya sengatan matahari. Para pemuda ini berbahasa daerahnya, kotanya mereka memakai bahasa tengger. Saya tidah paham dengan apa yang mereka perbincangkan, tetapi saat saya saya bertanya mereka memakain bahasa Indonesia. [caption id="attachment_2424" align="alignnone" width="640" caption="Seorang tukang sedang membuat ornamen tempat ibadah umat Hindu di Argosari, Lumajang (dok.pri)."]
Seorang tukang sedang membuat ornamen tempat ibadah umat Hindu di Argosari, Lumajang (dok.pri).
Seorang tukang sedang membuat ornamen tempat ibadah umat Hindu di Argosari, Lumajang (dok.pri).
[/caption] Di sembir desa nampak sebuah danyangan. Tempat di dengan lembah yang curam ada sebuah bangunan yang dikeramatkan oleh penduduk desa, kerena disinilah roh-roh leluhur mereka ditempatkan. Tepat dibelakangnya terdapat pura kecil yang sedang di renovasi. Salah seorang pekerja mengatakan, tempat ini digunakan untuk ngaben. Ngaben di sini bukan berarti untuk membakar jenazah, tetapi sebagai makna simbolis saja. Pemakaman umat hindu disini dengan cara di kubur, dan ngaben dilaksanakan secara simbolis dalam sebuah tata cara ibadah. Saya memperhatikan saat seorang pekerja sedang membuat wajah raksasa di dinding pura. Saat ini untuk mendapatkan batu utuh sangat susah, sehingga ornamen candi dibuat dari campuran semen dan pasir. Mereka tak lagi memahat, tetapi membentuknya layaknya mencetak. Salah seorang yang membuat ornamen candi ternyata beragama muslim, namun dia begitu lihai membuat benda-benda yang beraromakan hindu. "saya tukang, sehingga harus bisa dan tidak ada hubungannya dengan agama", saya bisa merasakan betapa profesi itu adalah menghasilkan mahakarya tanpa melihat dia beragama apa, lantas saya teringat siapa yang mendisain masjid istiqlal adalah F.Silaban yang seorang katolik. [caption id="attachment_2429" align="alignnone" width="640" caption="Masjid tertinggi di Pulau Jawa diketingian lebih dari 2200mdl, tepat di dekatnya berdiri sebuah pura (dok. Om. Gapno K)."]
Masjid tertinggi di Pulau Jawa diketingian lebih dari 2200mdl, tepat di dekatnya berdiri sebuah pura (dok.pri).
Masjid tertinggi di Pulau Jawa diketingian lebih dari 2200mdl, tepat di dekatnya berdiri sebuah pura (dok.pri).
[/caption] Langkah kaki ini membawa saya pada sebuah bangunan di dekat pura dan mendapat julukan masjid tertinggi di pulau Jawa. Mengapa demikian, karena masjid Mesjid Jabal Nur Hidayatullah ini terletak 2264mdpl dan tepat di dekatnya ada sebuah pura. Dari sini bisa melihat awan-awan yang berarak tepat dibawah sana. Kono begitu kondangnya banyak orang yang menyebut tempat ini sebagai kampung nirwana. Manakala sebuah pura dan masjid berjajar, pemeluknya hidup berdampingan dan saya tak menyangka dahulu majapahit bisa runtuh, jika mencermati salah satu versi cerita. Kampung yang indah, disebuah desa di jawa yang bernuansa pulau dewata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun