[caption id="attachment_388795" align="alignnone" width="640" caption="Branjang-branjang di Rawa Pening yang menjadi sumber hidup nelayan setempat (dok.pri)."][/caption]
"dulu dari dinas perikanan sering oprasi, jika jaringnya kurang dari 2inchi akan disita, tapi sekarang sudah tidak ada" kata seorang nelayan yang sedang mranjang di Rawa Pening. Sebuah strategi untuk menjaga kelestarian ikan yakni melakukan pelarangan penangkapan ikan dengan menggunakan jaring berukuran kurang dari 2inchi atau alat tanggkap lain seperti racun dan listrik. Meskipun banyak yang kucing-kucingan dengan aparat dan tetap melakukan penangkapan besar-besaran, Rawa Pening tetap memberikan Ikan-ikan yang cukup melimpah.
Hampir setiap hari persewaan perahu di Sumurup yakni di Rawa Pening sisi timur laut selalu kehabisan persediaan perahu. Para nelayan dan penghobi mancing, saban hari berdatangan untuk mengadu peruntungan di rawa yang terbentuk dari cekungan pegunungan dari Merbabu, Telomoyo hingga Ungaran. Konon pernah tercatat ada 2.000 nelayan yang menggantungkan hidupnya di Rawa Pening. Tidak terbayangkan berapa banyak ikan yang ditangkap setiap harinya, namun anehnya seprtinya Rawa Pening tak pernah kekurangan persediaan ikan.
[caption id="attachment_388796" align="alignnone" width="640" caption="Untuk menuju branjang di tengah-tengah rawa dilakukan dengan menggunakan perahu (dok.pri)"]
Beragam cara nelayan dalam menangkap ikan di sini. Di Rawa seluas 2,670 hektar ini dengan kedalam 1 meter hingga 25-30m masing masing-masing memiliki cara tersendiri dalam menangkap ikan. Cara menangkap yang familiar adalah dengan menggunakan pancinh dengan umpan alga Spirogyra, karena jenis ikan yang ditangkap adalah herbivora. Ikan-ikan predator seperti Gabus (Canna striatus) dan Lele (Clarias sp) menggunajan udang-udang kecil.
Untuk perairan yang dangkal nelayan biasa menangkap ikan dengan "menggogoh" yakni menangkap ikan dengan menjebak dengan kurungan dari bambu yang ditancapkan begitu melihat pergerakan ikan. Untuk perairan yang dalam nelayan menggunakan jaring apung yang ditebar secara memanjang melawan arus. Untuk jalur migrasi ikan, nelayan mengggunakan bubu untuk menghadang ikan dan menjebaknya dalam perangkap yang dibuat dengan anyaman bilah-bilah bambu,
[caption id="attachment_388798" align="alignnone" width="640" caption="Salah satu branjang yang berdiri di tengah-tengah rawa (dok.pri)."]
Ada cara yang unik menangkap ikan yakni dengan cara menjebak ikan dengan menggunakan jaring yang dibentangkan secara horisontal. Jika dilaut cara menangkap ikan ini dengan nama bagan, tetapi untuk di Rawa Pening dinamakan branjang. 4 pilar bambu utama dipasang dan ditancapkan membentuk pola bujur sangkar. Masing-masing pilar dihbungkan dengan bambu secara horisontal untuk saling menguatkan, 4 pilar bambu tersebut masing-masing diberi katrol untuk menambatkan jaring yang aka dibentangkan ditengah-tengah. Sebuah rumah apung dibuat sebagai ruang kendali untuk menaikturunkan jaring dengan cara memutar dengan roda yang dioprasikan secara manual.
Jalan akan diturunkan dan dibiarkan selama 3-5 menit lalut ditarik ke atas. Jika ada ikan yang terjaring maka akan di tarik dipinggir dan diambil lalu dipindahkan dalam jaring ikan dan dimasukan dalam air agar tetap hidup. Branjang ini bisa dioprasikan 24 jam. Pada jam-jam tertentu akan diperoleh ikan yang cukup lumayan, namun kembali pada faktor keberuntungan sang nelayan. Jika beranjang tidak digunakan oleh pemiliknya, bisa disewakan pada nelayan lain dengan tarif antara 30-60 ribu perharinya atau tergantung kesepakatan. Jika berntung ikan hasil tangkapan akan sangat banyak, tetapi jika perairan sedang tidak baik, tak jarang tidak ada ikan yang terangkat.
Tidak sedikit harga yang dikeluarkan untuk membangun sebuah beranjang di tengah-tengah rawa. Pertama-tama yang dicari adalah tempat yang strategis dengan kedalaman sekitar 4m dan banyak ikan. Setelah mendapatkan tempat yang baik lalu bagian dasar dibersihkan agar tidak ada sampah yang bisa merusak jaring. Setelah tempat siap maka bambu-bambu dengan beragam ukuran akan dibawa menuju tengah-tengah rawa pening. Ongkos pembuatan beranjang dari 2,3-4 juta dan bisa bertahan sekitar 2 tahun. Secara berkala branjang dibersihkan dari sampah-sampah yang tersangkut dijaring termasuk alga yang menempel di jaring yang bisa menyebabkan lapuk.
[caption id="attachment_388799" align="alignnone" width="640" caption="Mujaer, salah satu jenis ikan hasil tangkapan dengan menggunakan branjang (dok.pri)."]
Ikan-ikan yang tertangkap di branjang biasnya Mujaer, Sepat, Betutu, Gabus dan Ikan Mas. Branjang dengan ukuran 2inchi, sehingga ikan yang berukuran kecil akan lolos dari jaring. Salah satu cara konservasi untuk menjaga ketersediaan ikan di Rawa Pening, namun kadang masih ada yang nakal juga dengan mengganti ukuran jaring ikan. Namun jika lebih bijak terhadap konservasi, maka ada pembatasan penangkapan ikan pada musim ikan memijah atau ada area tertentu yang nelayan tidak boleh masuk sebagai tempat perlindungan ikan.
Desakan ekonomi kadang harus berbanding terbalik dengan upaya konservasi. Hukum alam akan menjembatani 2 sudut pandang yang kadang kontardiksi tersebut. Alam memiliki mekanisme tersendiri yang kadang tanpa harus ada campur tangan manusia bisa mengembalikan keseimbangannya sendiri. Banyak atau sedikit ketersendiaan ikan hanyalan itungan matematis saja, tetapi alam sudah memiliki perhitungannya sendiri yang kadang tidak bisa dihitung dan dperhitungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H