Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manusia-manusia Batu Dari Gunung Kidul

7 Januari 2015   17:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:38 2488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_389065" align="alignnone" width="640" caption="Lereng gunung ijo yang di kikis dan digergaji untuk diambil batunya. (dok.pri)."][/caption]

"Tarik... tarik... tarik..." teriak Sunardi kepada temannya yang sesaat menghentikan ayunan 'dandang-nya' di atas tebing batu setinggi 20m. Pagi itu Sunardi mengirimkan bekal sarapan kepada temannya dengan cara menambatkan pada tali yang terbuat dari ban bekas. Dengan sigap temannya menariknya sambil terus mengelap peluh yang terjun bebas ke dasar tebing. Sesaat kemudian Sunardi mencari jalan memutar, karena dia tidak biasa naik tebing dengan seutas tali. Suasana pagi di penambangan batu lereng Gunung Ijo, Prambanan-Sleman. Dari sinilah dihasilkan batu-batu indah, dinding batu, patung, ukiran batu, dan ubin batu penghias bangunan-bangunan mewah berasal.

Dari kejauhan batuan sedimen terlihat jelas manakala lapisan penutup berupa tanah humus sudah terkelupas. Imajinasi saya melayang jauh membayangkan zebrawall di Tembagapura, karena motif batik batuannya mirip. Persamaannya, di Tembagapura adalah sebuah pertambangan modern, namun di lereng Gunung Ijo juga pertambangan namun masih di kelola secara tradisional. Saya habis pikir bagaimana tanah bengkok di Dusun Groyokan ini dipangkas habis dengan pola-pola kubus dan balok.

[caption id="attachment_389066" align="alignnone" width="640" caption="Dari atas bukit yang ditambang terlihat gunung merapi berdiri di sisi utara (dok.pri)."]

1420599911969285246
1420599911969285246
[/caption]

Dari atas bukit yang berlapiskan rumput hijau nampak gunung Merapi berdiri tegak berselimutkan halimun tipis. Sebuah pemandangan kontras manakala menengok sisi kiri bukit yang terbelah sedalam lebih dari 40 m. Di sebrang nampak lahan subur yang dijadikan sawah dan kebun sayur mayur. Lereng Gunung Ijo di kab. Sleman-Yogyakarta ibarat sebuah gunung batu yang dilapisi tanah subur. Tak salah jika di lereng gunung-gunung ini lahan pertanian begitu mendominasi. Di sisi lain berdiri juga peninggalan sejarah seperti Candi Ijo, Candi Barong, Candi Banyu Nibo dan masih banyak candi yang masih tertimbun tanah. Dari bukit ini nampak pesawat yang terbang rendah bersliweran hendak naik atau turun karena di sisi bawar adalah bandara udara Adi Sutjipto. Namun yang menarik adalah dinding batu yang berdiri kokoh namun secara pelan dikikis habis.

[caption id="attachment_389067" align="alignnone" width="640" caption="Seorang penambang nampak dengan lincah memanjat dinding batu dengan bantuan seutas tali yang terbuat dari ban bekas (dok.pri)."]

1420599980385570680
1420599980385570680
[/caption]

Dengan lincah seorang penambang naik ke dinding batu sambil memanjat dengan berpegangan pada seutas tali dari ban bekas. Tali yang elastis memantul-mantulkan tubuh kekarnya saat kedua ujung telapak kaki berpijak untuk membantu memanjat. Dalam hitungan detik, tubuh yang lincah itu sudah bertengger di atas tebing batu. Sebilah bambu yang menjadi acuan ukuran di goreskan pada batu yang akan ditambang. Setelah membuat pola lalu digali dengan menggunakan sebuah 'dandang' atau beliung. Beliung merupakan alat utama yang bentuknya mirip kapak dengan mata kapak yang melintang.

[caption id="attachment_389068" align="alignnone" width="640" caption="Dengan "]

1420600040615980973
1420600040615980973
[/caption]

Pola yang sudah terbentuk lantas di kikisnya membentuk balok atau kubus sesuai dengan pesanan. Biasanya ukuran balok 100x50x50cm, bahkan ada pesanan khusus yakni kubus ukuran 300x300x300cm yang akan digunakan sebagai patung. Jika sisi samping balok sudah terkikis maka tinggal mencungkil bagian bawahnya dengan menggunakan pahat lalu mendongkraknya. Setelah itu sebuah balok besar akan dijatuhkan dari ketinggian 20m, dan sampai bawah bawah hebatnya masih utuh.

Disela-sela kesibukan menggergaji tebing batu, Sunardi masih bisa bercanda sambil sesekali menghisap rokok kreteknya, acapkali tangannya sibuk dengan ponselnya manakala ada pesan masuk. Dia berkisah manakala tanah bengkok atau tanah desa ini sudah ditambang sejak tahun 1985, dia sambil menunjuk sebuah lapangan sepak bola di bawah tebing. Dia juga menunjuk sebuah air terjun mungil hasil limpasan air dari sawah di atas tebing batu. "Sore hari biasanya banyak anak-anak muda berfoto di sini" kekeh dia yang sepertinya aneh melihat ada yang berfoto di lokasi galian.

[caption id="attachment_389069" align="alignnone" width="640" caption="Wajah Sunardi begitu sumringah manaka pesan singkat itu datang berupa pesanan batu berbagai ukuran (dok.pri)."]

14206000961249520892
14206000961249520892
[/caption]

Wajah Sunardi begitu sumringah pagi ini karena ada pesanan batu-batu ukuran 50x50x50cm. Batu berbentuk kubus yang dihargai 30ribu perbuah itu dipesan oleh sebuah hotel yang dibuat menjadi hiasan. Dia begitu bersemangat pagi ini, karena ada rejeki di dinding-dinding tebing yang siap dihantam dengan dandangnya. Saya iseng bertnya dengan potensi bahaya bekerja di atas ketinggian dan tebing yang curam, sebab mereka tanpa pengaman tali tubuh dan pelindung kepala. Mereka bekerja bermodalkan keberanian, kebutuhan dan harus nekat dan selama ini sejak tahun 1985 belum ditemui kecelakaan fatal. Pembicaraan usai manakala dia berpamitan untuk naik ke tebing karena pesanan batu sudah menunggu.

Suara gergaji begitu memekakan telinga. Entah berapa desibel suara yang dihasilkan, yang pasti gendang telinga terasa menyakitkan. Beberapa karyawan nampak biasa saja bekerja, ternyata telinga mereka sudah tersumpal dengan kapas. Bongkahan-bongkahan batu besar siap untuk digergaji menjadi lempengan-lempengan tipis dan halus. Inilah industri pengrajin batu alam yang memproduksi batu-batu hias untuk ornamen bangunan.

[caption id="attachment_389070" align="alignnone" width="640" caption="Batu-batu yang ditambang lalu dibentuk disini dengan cara digergaji (dok.pri)."]

14206001602015414545
14206001602015414545
[/caption]

Sebuah forklift nampak terhuyung-huyung mengangkat sebongkah batu besar. Lalu dengan pelan, batu berbentuk bulat tersebut diletakan dan disambut 3 pekerja yang sudah siap dengan linggisnya masing-masing. Batu besar mirip menhir yang biasa digendong Obelix digelindingkan dalam lori kecil. Batu lalu di ukura dan dibuat pola untuk digergaji. Sebuah gergaji mesin berbentuk cakram sudah berputar kencang dengan guyuran air yang mengalir deras. Dengan perlahan 2 pekerja mendorong bongkahan batu tersebut untuk dibelah menjadi lapisan-lapisan tipis.

[caption id="attachment_389071" align="alignnone" width="640" caption="Berbagi jenis batu diproses hingga menghasilkan beragam bentuk batu untuk hiasan bangunan (dok.pri)."]

14206002211119176387
14206002211119176387
[/caption]

Beragam jenis batu siap untuk digergaji di sini. Beragam bentuk batu hasil gergajian batu diproduksi sesuai dengan pesanan. Hasil tambang batu di Gunung Ijo sebagian besar dikirim ditemapat penggergajian batu yang letaknya sekitar 500m dari pertambangan. Saya lantas mengerti darimana dan bagaimana proses batu-batu yang menghiasi rumah-rumah mewah dan hotel bintang itu berasal dan didatangkan.

VIDEO ADA DI SINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun