[caption id="attachment_389792" align="alignnone" width="640" caption="Candi Barong dilihat dari pinti masuk (dok.pri)."][/caption]
Sung surya yang semakin condong ke barat membuat sesosok bayangan pohon terlihat lebih besar dan panjang. Momen seperti inilah yang ditunggu Om Inu, saya memanggilnya demikian usai berkenalan dengannya. Dengan kamera mirrorless dia memotret bayangan pohon dan mengkombinasikan dengan latar belakang dengan puncak dan persepktif dinding candi. Sore ini bersama seorang dokter jiwa yang mengabdikan kepakarannya di salah satu rumah sakit di Magelang, kami mencoba mengulik tentang kemegahan candi Barong. "dia mas Wien, dokter kandungan di panti Rapih Yogya" om Inu menunjuk temannya yang sudah sedari tadi berada di pelataran candi.
Candi Barong, salah satu nama candi yang tidak familiar bagi para pejalan atau pelancong. Di dalam selebaran atau buku-buku pariwisata, nyaris tidak ditemukan nama candi ini, karena mungkin dari sisi pariwisata belum memiliki nilai ekonomi. Namun dalam lembaran-lembaran sejarah, candi ini masuk dalam bangunan cagar budaya. Bagi seorang pecinta fotografi seperti om Inu dan Wien, candi ini adalah favoritnya dalam menyalurkan hasrat memutar lensa dan menekan tombol rana. Tidak salah, beberapa candi yang tidak terkenal menjadi incaran para fotografer, dengan alasan; tempat yang eksotik, sepi pengunjung dan masuk tidak dikenakan tarif.
[caption id="attachment_389793" align="alignnone" width="640" caption="Bangunan utama Candi Barong(dok.pri)"]
Sejenak saya menikmati bagian luar candi yang mirip sebuh benteng dengan dinding yang berdiri condong ke dalam. Dindong batu yang sudah mulai ditumbuhi lumut berdiri kokoh seoaha tak tergetarkan oleh beberapa pesawat terbang yang mengudara rendah, kerena hendak mendarat di lanud Adi Sutjipto yang berada di sisi barat candi. Rumput nan hijau dan sangat terawat dan beberapa pohon besar yang tumbuh rindang membuat candi ini terlihat begitu eksotis. Sejenak saya membaca "pengunjung harap lapor", hanya buku tamu yang kami ini dan setelah itu kita bebas mengekplorasi candi unik ini. Sungguh sangat murah untuk sebuah bangunan bersejerah dan memiki nilai seni yang tinggi.
Pelataran candi yang sangat luas yakni 90 x 63 m, hampir selebar lapangan sepak bola. Pintu masuk yang ada di sisi barat, membuat bayangan tubuh saya begitu gagah makala kaki mulai menapak memasuki pelataran candi. Angan saya mulai terbang membayangkan tentang masa lalu tentang kemegahan candi ini. Berjalan pelan melewati tatanan bebatuan yang tersusun rapi dan menaiki anak tangga untuk menuju pelataran yang ke dua. Pelataran yang kedua berukuran 50 x 50 m dengan jeda ketinggian 3-4m. Kaki ini tak sabar untuk menuju teras yang ketiga dengan ukuran 25 x 38 m dengan melewati sebuah gapura.
[caption id="attachment_389794" align="alignnone" width="640" caption="Panorama Candi Barong (dok.pri)."]
Dari titik tertinggi terlihat luasnya halaman candi ini. Imajinasi saya membawa juah ke peradaban eropa seperti ruang teater di Cappadokia-Turki. Sebuah bangunan candi dengan pelataran yang luas menghadap ke barat dengan 2 teras yang berundak. Menjelang senja dengan cahaya sang surya yang merona dengan sajian pertunjukan tetarian di pelataran candi. Lamunan saya sirna, dan tidak mungkin seperti apa yang saya bayangkan kerena semestinya peruntukan candi bukan seperti itu.
[caption id="attachment_389795" align="alignnone" width="640" caption="Salah seorang pengunjung yang baru saja turun dari candi utama (dok.pri)."]
Candi Barong merupakan candi Hindu, yang secara administratif terletak di dsn.Candisari-Bokoharjo Kec. Prambanan. Nama Barong di ambil karena adanya hiasan kala/raksasa di relung tubuh candi. Keberadaan candi ini seperti apa yang dituliskan dalam prasasti Ratu Baka-856M. Dalam bahasa sansekerta di ceritakan "seorang raja bernama Sri Kumbaja atau Sri Kalasodbhava yang membangun tiga 'lingga', yaitu Krttiwasalingga dengan pendamping Dewi Sri, Triyarbakalingga dengan pendamping Dewi Suralaksmi, dan Haralingga dengan pendamping Dewi Mahalaksmi".
Dalam prasasti Pereng-863M juga di ceritakan "pada tahun 784 Saka (860 M) Rakai Walaing Pu Kumbhayoni menganugerahkan sawah dan dua bukit di Tamwahurang untuk keperluan pemeliharaan bangunan suci Syiwa bernama Bhadraloka. Para ahli berpendapat bahwa Sri Kumbaja atau Sri Kalasodbhava adalah Pu Kumbhayani dan bangunan Syiwa" dan bangunanyang dimaksud adalah candi Barong.
[caption id="attachment_389797" align="alignnone" width="640" caption="Seorang penduduk sedang melintas di pelataran candi sambil menggendong rumput ternak (dok.pri)"]
Candi Barong memiliki perbedaan dengan beberapa candi yang ada di sekirtanya. Peruntukan candi ini adalah sebagai tempat pemujaan kepada dewa Wisnu dan Dewi Sri. Berbeda dengan kebanyakan candi Hindu yang bisa melakukan pemujaan kepada dewa Syiwa/Syiwaistis. "Setiap bangunan candi memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri,walaupun memiliki fungsi yang hampir sama" kata om Wien yang mencaritakan kepada saya tentang kecintaanya mengunjungi dan memotret benda-benda cagar budaya terutama candi. Menjelang sore, kami menghabiskan waktu dibawah pohon sembari mendengarkan cerita dari Om Inu dan Wien, seperti para cantrik dengan sang begawan kandungan dan pandita orang gila.
[caption id="attachment_389798" align="alignnone" width="640" caption="Nyantrik dengan mereka yang sudah malang melintang di dunia candi-candi (dok.pri)."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H