Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pertanggungjawaban Para Traveller dan Blogger

31 Januari 2015   17:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:02 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_394165" align="alignnone" width="640" caption="Para travel bloger sedenga membagikan ilmu dan pengalamannya seputar dunia menulis di blog, jalan-jalan dan fotografi. hari itu juga ada yang langsung mendaftarkan dirinya di akun kompasiana.com (dok.pri)."][/caption]

"Awas jangan sampai semua apa yang ada di sini, kami duluan yang mempublikasikan dan mengenalkan pada semua orang. Seharusnya kalianlah yang mengeksplor semua potensi ini dan mengenalkan pada dunia, sebab kalian adalah pemiliknya". Kata-kata ancaman yang saya berikan kepada siswa-siswi SMK 1 Maluk, Sumbawa Barat manakala kami di ijinkan untuk berbagi ilmu dan pengalaman kepada mereka.

Usai senja kami kami sampai di Maluk, sebuah kecamatan di Sumbawa Barat sisi selatan. Kedatangan kami, bak segerombolan pengungsi karena malam itu semua barang bawaan kami untuk perjalanan selama 7 hari ada dalam gendongan kami. Malam ini kami akan menginap di rumah salah seorang penduduk yang yang bernama pak Abdul. Kedatangan kami di sambut ramah yang empunya rumah dan satu persatu kami memperkenalkan diri. Para traveller dan blogger, begitu kami menyabut segerombolan orang-orang nomaden yang berpergian  dan berpindah-pindah tempat di pelosok nusantara. Lewat Newmont Bootcamp kami diajak untuk menikmati kehidupan bersama penduduk asli Sumbawa dan berbaur bersama selama 2 hari 2 malam.

[caption id="attachment_394167" align="alignnone" width="640" caption="Dengan jontal yang selalu di tangan, pak Abdul mengajak kami mengobrol hingga larut malam (dok.pri)."]

14226750332034595037
14226750332034595037
[/caption]

Sesosok bersahaja, pak Abdul menemani kami mengobrol malam itu. Sambil mengelurkan slepen, yakni dompet berisi tembakau, cengkih, korek dan daun lontar. Slepen ini sebenarnya adalah milik para istri sebagai pembungkus pershiasan dari toko emas. Oleh para suami, slepen ini diminta untuk pembungkus rokok. Masyarakat Sumbawa menyebutnya Jontal, yakni rokok yang pembungkusnya dari dain lontar. Jika di beberapa tempat seperti di Jawa biasa membungkus rokok dengan kulit buah jagung kering, atau yang biasa disebut klobot.

Daun lontar yang sudah kering dibuat dalam bentuk lembaran segi empat. Dengan tlaten pak Abdul mengajari rekan saya Griska untuk melinting tembakau dengan daun lontar. Dengan sabar pak Abdul mengajari, walau acapkali harus di ulang karena punya Griksa ambyar. Setelah berhasil digulung kemudian diikat dengan menggunakan serat daun lontar juga, kemudian siap dibakar dan hisap. Begitulah cara masyarakat sumbawa menikmati kepulan asap rokok, dan sebuah pengetahuan baru dan mahal, ketika Griska yang penasaran mencoba menghisap jontar walau setelah itu terbatuk-batuk.

[caption id="attachment_394169" align="alignnone" width="640" caption="Rumah adat sumbawa yang masih kokoh berdiri walau sudah di himpit 2 rumah batu (dok.pri)."]

14226751411272973810
14226751411272973810
[/caption]

Pagi menjelang dari bawah pohon mangga saya melihat sebuah keanggunan Sumbawa pada masa lalu. Rumah panggung yang nampak renta, namun masih menyisakan pesonanya walau sisi kanan dan kiri adalah rumah batu. Anak-anak tangga yang tersusun rapi, berteriak menderit manakala kaki ini menapkanya untuk memasuki terasnya. Aroma kayu yang begitu pekat, membuat saya terpikat akan rumah tua ini.

Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu dengan motif rejeng, menambak eksotisnya rumah adat sumbawa ini. Sebuah bajak terpajang rapi di sisi kanan rumah yang entah sudah berapa lama tidak menyentuh sawah. Saya berkeyakinan ini adalah sebuah budaya agraris di pesisir pantasi selatan Sumbawa. Saya membayangkan betapa melimpahnya pangan manakala agraris bersanding dengan maritim.

[caption id="attachment_394170" align="alignnone" width="640" caption="Bajak yang diletakan di samping rumah panggung menggambarkan kehidupan agraris, walau di pesisir selatan Sumbawa (dok.pri)."]

1422675208752149242
1422675208752149242
[/caption]

Belum puas menikmati rumah panggung sumbawa, teriakan pak Budi membuncah lamunan saya tentang bajak di samping rumah. Pagi ini kami diminta untuk mengisi sebuah acara di SMK 1 Maluk. Jauh-jauh hari saya dan Fahmi diminta untuk memberikan pengetahuan seputar dunia fotografi dan blog. Kamera dan blog adalah senjata wajib para traveller, sebab dari situlah kami membagikan apa yang kami dapatkan selama jalan-jalan. Namun, apakah hanya cukup berbagi lewat dunia maya saja, sedangkan jelas-jelas dunia nyata juga membutuhkan. Sebuah tantangan dan tanggung jawan para traveller untuk membagikan ilmu dan pengalamannya kepada yang membutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun