Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesona Selatan Pulau Sumbawa

4 Februari 2015   23:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:49 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_394919" align="aligncenter" width="461" caption="Saya terkesima dengan Sumbawa sisi selatan. Pantai Rantung, untuk pertama kalianya saya bisa menikmati tenggelamnya sang surya setelah hampir seminggu di sini (dok.pri)."][/caption]

Saya tersadar jika tempat remahan cangkang kerang yang saya injak ini dahulunya adalah dasar laut. Oleh aktivitas tektonik dasar laut ini terdesak hinggga menyembul ke permukaan. Namun, kekuatan vulkanik juga berperan manakala pulau yang saya pijak ini penang menggemparkan dunia pada tahun 1815, yakni meletusnya Gunung Tambora. Benar saya saya sedang melayangkan padangangan ke hamparan samudra biru dari tanah Sumbawa.

Dari kejauhan nampak samar-samar papan selancar terhempas ombak laut selatan dan tak berapa lama kemudian menyembul seseorang. Di sumbawa ada sebuah pantai yang menjadi favorit para penikmat ombak sebagai arena berselencar. Pantai tropika di sisi timur menjadi ajang pecinta ombak ini untuk membelai gulungan air ini dengan papan selancara. Di sisi barat ini para nelayan masih sibuk merapikan jaring-jaring ikan yang akan ditebar sesaat lagi.

[caption id="attachment_394920" align="aligncenter" width="512" caption="Dengan speargun, pemuda ini barusaja berburu ikan-ikan karang. Sebuah momen di pantai Tropika (dok.pri)."]

1423042128674697767
1423042128674697767
[/caption]

Dari sela-sela ombak di pantai munculah seseorang dengan speargun di tangan kanan, sedang tangan kiri sudah bergelantungan ikan. Dengan mengenakan wet suit dan kaca mata selam dia baru saja berburu ikan di dasar laut selatan yang tak jauh dari pantai. 3 buah pemandangan kontras di pantai Tropika; berselancar, memanah ikan dan mereka yang sudah bersiap angkat saut.

Beberapa orang asing nampak santai menikmati senja sambil bersandar di sebuah gazebo. Mereka adalah para peselancar yang barusan berjibaku dengan ombak dan berusaha untuk menaklukannya dengan cara meliak-liuk di atas papan. Menjelang petang kami sama-sama menikmati pemandangan alam, namun sayang kabut hitam keburu datang. Malampun datang, seraya berharap esok akan kembali di tempat ini.

[caption id="attachment_394922" align="aligncenter" width="512" caption="Para peselancar sedang menikmati gulungan ombak di pantai Tropika (dok.pri)."]

14230422301286839927
14230422301286839927
[/caption]

Daun spinifek yang mulai menguning menunggu saatnya untuk terlepas dari tanggkainya lalu meminta sang bayu untuk menggelidingkannya di atas hamparan pasir putih. Senja ini di pantai Rantung di Sumbawa Barat sisi selatan, seekor anjing nampak bermalas-malasan, sepertinya sudah bosan dengan keindahan yang ada. Saya masih antusias untuk menunggu detik-detik terbenamnya sang surya yang hendak merangkak menuju peraduannya.

[caption id="attachment_394923" align="aligncenter" width="512" caption="Di pantai Rantung, seorang nelayan menangkap ikan dengan pancing yang kenurnya di ikatkan pada pelampung yang nantinya akan membawa ke tengah laut. Nampak dia sedang menunjukan hasil pancingan pertamanya (dok.pri)."]

1423042285609951283
1423042285609951283
[/caption]

Di bibir pantai dengan ombak yang deras, nampak seorang nelayan yang dibantu anaknya sedang menarik-narik tali pancing. Usahanya berjalan dari ujung ke ujung pantai sambil menarik pelan kenur yang sudah di pasang mata kail model rawai dengan umpan udang dari karet membuahkan hasil. Seekor ikan berhasil dia daratkan, dan dengan girangnya dia menyambut ikan pertamannya senja ini. Kembali kenur di gulung, lalu bagian ujungnya yang sudah diikat dengan pelampung dilemparkan ke laut agar ombak menyeretnya ke laut. Salah satu teknik memancing dari pantai berombak besar.

Juntaian sulur dari Ipomoea pescaprai menjulur kesana kemari bahkan hingga ada yang hendak melilit batang roset batang Pandan laut. Saya berdiri di pematang pasir yang bibirnya sudah terabrasi untuk melepas semua pandangan ke samudra luas. Bukit-bukit karang yang sudah tegerus ombak mengirimkan sinyal-sinyal imajiner menjadi bayangan kepala hiu yang nongol dari batuan. "itu mulut hiunya, dekatkan kemara di sana tepat orang yang sedang berjalan" kata pak Budi yang menemani saya untuk sunset hunting. Sekilas mulut hiu menjadi bingkai pada subyek yang hendak di bidik. "saat-saat tertentu matahari bisa dimakan hiu saat sunset" kembali pak Budi memamerkan momen yang tak bisa saya bayangkan betapa cantiknya lansekap senjat itu.

[caption id="attachment_394924" align="aligncenter" width="512" caption="Ikon pantai Rantung, yakni batu mirip kepala hiu (dok.pri)."]

1423042424907898161
1423042424907898161
[/caption]

Pantai Rantung, demikian nama pantai yang di ambil dari nama sebuah kafe. Di timur tempat ini ada pantai Yoyo, juga di ambil dari nama kafe yang berdiri di tepi pantai tersebut. "Mungkin untuk menemakan sebuah pantai, perlu didirikan kafe atau kedai makanan dulu ya...?" kelakar saya pada pak Budi yang masih gusar mencari sudut tembak yang menarik. Akhirnya kami berjalan sendiri-sendiri mencari lekuk-lekuk pantai rantung.

Sumbawa sebuah pulau yang dianugerahi pesisir yang eksotis. Sisi selatan akan berhadapan langsung dengan samudra hindia, sisi utara dengan laut bali sedangkan barat dan timur berupa selat. Akhirnya setelah hampir 1 minggu di sumbawa saya mendapatkan matahari terbenam yang begitu memukau. Sinar kuning semburat bekilauan nampak kontras dengan mega mendung yang berwarna kelabu yang sebelumnya hampir memupus harapan sore ini.  Perlahan sang surya tenggelam menuju kaki langit di belahan bumi barat.

[caption id="attachment_394925" align="aligncenter" width="512" caption="Ombak pantai Maluk yang tidak begitu besar bisa membuat siapa saja yang datang untuk berenang (dok.pri)."]

1423042840483071720
1423042840483071720
[/caption]

Salah satu pantai yang banyak dikunjungi adalah pantai Maluk. Pantai ini ramai karena memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Akses jalan yang bagus, pertokoan dan beberapa rumah makan. Pantai yang sebagaian sisi sudah di pasang penghalau ombak ini banyak digunakan untuk bersantai. Ombak yang tidak sebesar pantai Tropika atau Rantung bisa menjadi pilihan untuk berenang di laut. Bagi yang hendak berolah raga, dipantai ini terdapat lapangan voli pantai. Sambil menunggu matahari bisa menghabiskan waktu dengan berolah raga.

Bagi penikmat kuliner, maka pantai Maluk adalah pilihan yang tepat. Beberapa kedai makanan menyediakan makanan laut, tetapi sayang jika tidak mencoba makanan khas Sumbawa, yakni Rarit. Rarit adalah dendeng sapi yang dibumbui dan dipotong-potong. Jika di Sumbawa diberi nama Rarit, maka jika di Sumba dinamakan Sei. Berwisata kuliner sambil menikmati pesona lansekap, sebuah pilihan jika berkunjung ke SumbawaBarat.

[caption id="attachment_394926" align="aligncenter" width="512" caption="Di pantai Maluk bisa berolah raga sambil menikmati senja (dok.pri)."]

1423042904458661232
1423042904458661232
[/caption]

Malam berlalu, namun belum usai berbicara tentang pesona Sumbawa. "mari kita memotret pelabuhan Benete, sepertinya newmont sedang bongkar konsentrat" kata Pak Budi dan langsung saya iyakan. Dari Pantai Rantung di Sekongkan, kami berkendaraan menuju maluk dengan waktu tempuh sekitar 45 menit. Tepat pukul 10 malam kami sudah di pelabuhan rakyat di Benete. Baru saja meletakan penyangga kaki tiga untuk kamera, petugas keamanan mengusir kami karena pelabuhan hendak di tutup.

[caption id="attachment_394927" align="aligncenter" width="576" caption="Menikmati suasana malam di pantai Benete. Lampu-lampu dari pelabuhan PT.NNT yang sedang memindahkan konsentrat dari gudang ke kapal barang (dok.pri)."]

14230429461766889803
14230429461766889803
[/caption]

Akhirnya pantai Benete yang tak jauh dari pelabuhan menjadi pilihan kami, walau harus tertutup dengan bangunan pelabuhan. Malam ini kami ingin melukis nyala lampu-lampu pelabuhan milik PT.NNT dan kapal besar pemuat konsentrat. Lampu-lampu berpijar menerangi sudut-sudut pelabuhan sekaligus memandu belalai sabuk roda berjalan memuntahkan konsetrat dari gudang menuju lambung kapal. Malam ini saya rela membakar sensor saya hampir 3 menit untuk merekam pemandangan pelabuhan, walau kadang harus berkompromi dengan nyamuk.

Video ada di SINI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun