Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kali Mancur, Air Terjun Tanpa Pengunjung

11 Februari 2015   22:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:24 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_396217" align="aligncenter" width="512" caption="Kali Mancur salah satu air terjun yang jarang di kunjungi (dok.pri)"][/caption]

Dari kejauhan samar-samar terlihat butiran-butiran air yang terhempas dari ujung tebing. Gemuruh suara air yang membentur bebatuan begitu jelas terdengar dibalik suara tetesan air hujan yang menghantam kanopi dedaunan. Saya hanya bisa terpana memandang air terjun yang sepertinya sama sekali tak tersentuh oleh manusia. Dari tepi jalan saya mencoba meraba-raba dimana akses untuk menuju kesana. Mata ini hanya terjebak pada sebuah sungai dan jalan setapak yang tidak begitu jelas, yang akan menghantarkan saya menuju jeram air terjun.

Awalnya dari sebuah perjalanan penuh rasa penasaran tentang sebuah dusun kecil yang letaknya di lereng gunung Telomoyo di Jawa Tengah. Dusun yang bernama Karang Bawang adalah dusun tertinggi di gunung Telomoyo yang barada hampir 1500 mpdl. Dusun ini melambung namanya gegara pada tahun 2000an di grebeg polisi karena diberapa lahan pertaniannya dijadikan ladang ganja. Lokasi yang tersebunyi karena berada di tengah-tengah hutan dan lembah tepat di sisi timur laut gunung Telomoyo menjadi lokasi yang aman untuk berladang ganja. Akhirnya kisah tanaman bernama ilmiah Canabis sativa ini terendus aparat, kemudian dipanen rame-rame dan dimusnahkan, dan melambung lah nama Karang Bawang.

[caption id="attachment_396218" align="aligncenter" width="512" caption="Salah satu sudut dusun Karang Bawang. Nampak tanah longsor tepat disamping rumah (dok.pri)."]

14236422471240355064
14236422471240355064
[/caption]

Dusun yang hanya dihuni sekitar 50KK ini memang susah dijangkau, karena jalurnya yang susah dan menanjak. Yang membuat saya begitu penasaran adalah pesona lansekapnya yang luar biasa sebab menghadap bentang alam yang memikat. Dari sini bisa memandang luasnya rawa pening, bukit-bukit indah dengan lapisan halimun yang tipis dan hamparan gunung-gunung. Sepertinya cuaca memang belum bersahabat, begitu kaki berpijak turun kabut disertai hujan rintik. Kembali jakan licin akibat tanah yang terbawa air masuk ke badan jalan. Mungkin suatu saat harus bermalam di dusun indah ini.

Perjalanan ini belum usia manakala sedang menikmati lekak-lekuk jalanan yang menikung tajam terdengar suara air yang deras dan di kejauhan sana pucuk air terjun melambai-lambai. Spontan saya den rekan berhenti kembali rasa penasaran ini muncul. Sejenak memandang sisi kiri jalan untuk mencari petunjuk menuju arah air terjun tersebut, namun tak ada satupun yang kami dapatkan. Nikmatnya sebuah petualangan adalan meraba-raba jalan untuk pertamakalinya menuju sana.

[caption id="attachment_396219" align="aligncenter" width="512" caption="Jalan menuju air terjun yang banyak tanaman kopi arabica (dok.pri)."]

14236423211644413904
14236423211644413904
[/caption]

Sebuah jalan setapak menjadi pilihan saya, sedangkan teman saya memilih menyusuri tepian sungai dan tujuan kami sama yakni air terjun. Perlahan saya menyibak-nyibak tangkai dan daun dari pohon Kopi Arabica yang ditanam begitu rapat. Kanopi dari kopi-kopi memayungi saya dari rintik air hujan yang sudah lama mendera. Lantai hutan yang lembap, licin, penuh seresah menjadi hambatan saat berjalan. Terpeleset atau terpersok menjadi bumbu-bumbu menuju ari terjuan. Sebuah sengai kecil berhasil kami lewati dan jeram air terjuan mulai terlihat. Teman saya ternyata lebih dulu menjangkau air terjuan yang kami tuju.

Sebuah air terjun yang nyaris tanpa pengunjung. Hanya ada jalan setapak yang tidak begitu jelas dan kadang membuat tersesat. Mungkin paling mudah adalah lewat tepian sungai, namun sangat berbahaya pada saat hujan karena ada banjir bandang yang datang tiba-tiba. Sejenak saya berdiam sambil memandang hempasan air dari bawah hingga ke atas. saya menaksir ketinggan air terjun ini sekitar 50m, dan debit air cukup besar untuk seukurannya.Buih-buih air tak terasa membasahi pakain dan membuat kamera basah kuyup. Namun ada sebuah harga yang harus dibayar untuk sebuah perjalanan, petualangan dan keindahan alam.

[caption id="attachment_396220" align="aligncenter" width="512" caption="Hujan yang cukup lebat membuat debit air terjun ini besar, mungkin itu salah satu alasan orang tidak mengunjungi tempat ini saat tidak musim penghujan (dok.pri)."]

14236423761595902773
14236423761595902773
[/caption]

Langit makin gelap dan hujan makin lebat, saatnya kami undur diri dari lokasi ini. Perjalanan pulang jauh lebih mudah dan tak berapa lama sudah sampai ditepi jalan. Pada perjalanan pulang, sesaat kami bertanya-tanya apa gerangan nama air terjuan tersebut. Setelah beberapa orang kami tanya pada warga dusun Sepakung Wetan-Banyu Biru , akhirnya kami menemukan jawaban pada seorang ibu-ibu penunggu warung "itu kali mancur dari sungai watu gapit, tidak ada orang yang kesana mas dan tidak ada jalan, tidak usah kesana" beliau berkata.

Video ada di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun