[caption id="attachment_397722" align="aligncenter" width="560" caption="Pemandangan langka melihat pelabuhan ada pesawat yang hilir mudik, pemandangan ini mungkin hanya ada di pantai Benete, Sumbawa (dok.pri)"][/caption]
Semilir angin laut di pantai Benete menghapus hawa panas khas pesisir. Di bawah  teduhnya kanopi dedaunan Waru laut  (Thespesia populnea) saya duduk santai sembali menyaksikan sea plane yang hilir mudik di hangar PT.NNT. Sebuah pemandangan langka ada pesawat hilir mudik dari pelabuhan, seharusnya kapal dan inilah istimewanya pantai Benete di Sumbawa. Tak lama berselang seorang pramusaji mengantarkan segelas sari buah naga yang berwarna merah merona. Sajian minuman yang aneh, sebab buah yang sangat tidak familiar kerena buah asal meksiko ini kebanyakan ditemukan di pecinan, sebab orang tiong hoa biasa menggunakan sebagai sesaji.
[caption id="attachment_397723" align="aligncenter" width="515" caption="Pantai Benete-Sumbawa yang berhadapan langsung dengan pelabuhan rakyat dan PT.NNT (dok.pri)."]
Sembari menikmati minuman segar ini, otak saya berkecamuk sendiri mencari tanda tanya dari mana asalnya buah ini. Apakah di Sumbawa Barat ada pecinan, di Pantai Benete sebagian besar pedagangnya adalah orang Tiong Hoa..?. Hipotesa saya yang asal menduga terbantahkan oleh salah seorang karyawan PT.NNT yang kebetulan sama-sama menikmati sari buah naga. Sebentar lagi saya di ajak pak Budi untuk melihat dari mana asalnya buah naga tersebut.
Pulau Sumbawa terbentuk dari dasar laut yang terangkat. Daratan yang tandus, berbatu gamping, panas, dang gersang. Suasana itulah yang tergambar dalam benak saya manakala saya duduk di samping pak Budi yang sedang menyetir mobil. Tetiba mobil berbelok di sebuah gang kecil, dan terbukalah mata saya tentang pikiran saya sebelumnya. Hamparan sawah menghijau, ada beberapa yang sudah menguning dan sisanya sedang dibajak. Tanah yang tandus dalam pikiran saya tak sepenuhnya benar, karena apa yang saya lihat benar-benar nyata.
[caption id="attachment_397725" align="aligncenter" width="510" caption="Dari sinilah salah satu asal buah naga di Sumbawa, di kebun comdev PT.NNT (dok.pri). "]
Akhirnya mobil berhenti di Comdev PT.NNT. Inilah jawaban yang selama ini saya tanyakan dari mana asalnya buah naga tersebut. Tiang-tiang yang berjajar rapi dengan jarak tertentu, bergelayutan pohon buah naga mirip dengan barisan raksasa medusa upacara. Lengan-lengan buah naga mengeluarkan buah yang ranum berwarna merah jambu, benar-benar sungguh menggoda. Dari sinilah sebagai buah naga yang diperjual belikan di masyarakat.
[caption id="attachment_397727" align="aligncenter" width="464" caption="Menikmati buah naga segar yang baru saja dipetik dari pohonnya (Dok.pri)."]
Saya menduga Buah Naga di sini adalah spesies Hylocereus costaricensis atau Hylocereus polyrhizus, karena memiliki ciri daging buah berwarna merah dan merah pekat. Saya benar-benar terkagum dan tidak menyangka dasar laut yang penuh dengan buah naga. Tak berselang lama, seorang petugas dengan membawa golok memetik buah naga langsung dari pohonnya dan membagi-bagikian. Rasa yang manis benar-benar mencengkram lidah, daging buah yang lembut memanjakan gigi agar tak perlu berlama-lama untuk mengunyah namun sayang juga untuk segera ditelan, dan warna merahnya mencecar seperti drakula belepotan menghisap darah korbannya.
[caption id="attachment_397729" align="aligncenter" width="578" caption="Anggur, nbuah yang tak lazim di Sumbawa juga dikembang biakan di sini (dok.pri)."]
Bebuahan lain yang dikembang biakan di comdev seperti; Srikaya, Sirsat, Anggur, Rambutan, Durian , Jambu biji, Nangka dan lain sebagainya. Yang kembali membuat saya kagum, PT.NNT lewat CSRnya membagi-bagikan bibit buah-buah tersebut secara gratis. Beberapa pakar pertanian didatangkan ditempat ini juga untuk memberikan pelatihan pertanian kepada para penduduk di sekitar lingkar tambang atau diluarnya secara gratis. Tidak hanya bibit, ada juga pembagian pupuk kompos dan organik secara cuma-cuma.
Mata saya tertuju pada bangunan mirip bola raksasa, yang sepertinya adalah reaktor biogas. Benar dugaan saya, sebab ada proyek percontohan untuk biogas, namun mangkrak begitu saja sebab tidak ada yang setor tinja. "Bagaimana mau buat biogas, sapinya saja dilepas liarkan begitu saja. Dulu kita sempat minta pemilik sapi untuk dititpkan di sini, pemiliknya cukup kasih makan, lalu kita olah kotorannya menjadi bio gas dan pupuk kandang. Sepertinya di sini belum siap dengan mengkandangkan sapi" kata seorang petugas comdev yang tertunduk melihat reaktornya tidak bereaksi sama sekali gara-gara sapi tidak mau buang air besar di sini.
[caption id="attachment_397730" align="aligncenter" width="551" caption="Reaktor biogas yang ditinggal para sapi-sapi yang sengaja dilepas liarkan (dok.pri)."]
Program lain yang menarik adalah hutan rakyat. Dana CSR di gelontorkan untuk membuat bibit tanaman hutan seperti; jati, jabon, mahoni, gamal, kayu hitam dan lempayan. Tanaman hutan ini nantikan bisa dijadikan tabungan bagi masyarakat setelah sekian tahun ditanam. Selain sebagai tabungan, pohon ini juga bisa menjadi penyokong lingkungan yang tandus agar bisa menciptakan mikroklimat yang baik untuk lingkungan. Perakaran bisa mencegah erosi, dedaunan bisa menambah masa tanah lewat mulsa, dan dahan bisa menjadi naungan satwa-sataw liarnya.
Perjalanan berakhir ditepi sawah yang sedang di garap. "Sawah di sini tidak kenal musim, dan setiap tahun bisa menanam padi. Dalam setahun sudah bisa panen 2-3 kali, dari awalnya yang hanya bisa 1 kali itupun hanya tadah hujan". Kata seorang petani yang benar-benar bisa berpuas menanam padi. Semenjak di bangungnnya beberapa embung dan bendungan oleh PT.NNT dan pembuatan saluran irigasi, sangat membantu sektor pertanian terutama sawah. Dulu hanya mengandalkan hujan, kini mereka setiap saat bisa mengolah tanpa harus kawatir kekurangan air, kata Pak. Budi yang bercerita sambil memotret.
[caption id="attachment_397731" align="aligncenter" width="511" caption="Pembangunan bendungan dan beberapa embung kecil sebagai antisipasi saat musim kemarau berkaitan dengan persediaan air untuk pertanian (dok.pri)."]
Dalam benak saya, apak maksud dari semua ini. Apakah hanya sebatas pencitraan dalam wujud dana CSR Â untuk masyarakat sekitar, ternyata tidak hanya itu alasannya. "masyarakat butuh uang, masyarkat butuh makan, masyarakat butuh kenyang, itulah salah satu alasanya dibangunnya sarana dan prasarana ini. Mereka tidak harus kerja ditambang yang memerlukan keahlian kusus yang katanya penghasilannya menjanjikan. Mereka bisa bekerja dengan kemampuannya, dan dari perusahaan memberikan dukungan. Beberapa lahan tidak produktif, kami buka menjadi sawah dan ladang. Sungai-sungai kering, kini sudah di aliri air, dan semua kebutuhan masyarakat untuk bekerja kami coba penuhi.
"Tidak selamanya tambang beroprasi, suatu saat nanti saat tambang sudah ditutup masyarakat bisa mandiri, terutama dari sektor pertanian, dan kehuatanan, selain pendidikan, industri kecil dan pariwisata. Kami fokuskan pada pertanian, kerena sebagian besar adalah petani. Itulah alasannya dibangun beberapa sarana dan prasarana, sekaligus pembekalan ketrampilan. Bisa lihat, dulu buah naga hanya di televisi, tetap sekarang sudah bisa dinikmati" pak Arie sebagai salah satu humas PT.NNT menjelaskan dari pertanyaan saya. Warisan sebelum tambang ditutup, adalah menciptakan kemandirian masyarakat lewat beberapa sektor, salah satunya pertanian agar semuanya punya uang, bisa makan dan kenyang.
[caption id="attachment_397732" align="aligncenter" width="444" caption="Dulu daerah ini adalah lahan non produktif, kini di ubah menjadi sawah dan ladang dengan penambahan irigasi sehingga setahun bisa panen 2-3 kali (dok.pri)."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H