Mohon tunggu...
Nature

Pencurian Sumber Daya Melalui Kultur Jaringan

24 Agustus 2018   03:00 Diperbarui: 25 Agustus 2018   12:29 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.pelajaran.co.id

Hallo kompasioners, pada artikel ini saya selaku penulis akan membahas tentang kerugian dari pemanfaatan kultur jaringan. Tentunya kalian pasti penasaran apalagi istilah ini sering didengar. Untuk itu artikel ini bertujuan untuk memberi gambaran seberapa besar kerugian yang ditanggung dari pemanfaatan suatu teknologi ini bila digunakan sebagai pengembangan di luar negeri.

Selamat membaca ;)

Seperti yang kita telah ketahui bahwa pemanfaatan kultur jaringan telah banyak dilakukan oleh negara maju. Kultur jaringan adalah budidaya dengan menggunakan jaringan tanaman untuk membuat tanaman baru dengan sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan memanfaatkan sel atau jaringan tanaman yang disebut eksplan. Praktik kultur jaringan ini didasari oleh penemuan Schleiden  yang mengatakan bahwa sel memiliki kemampuan autonom sampai totipotensi. Totipotensi adalah kemampuan sel yang berasal dari bagian mana saja, apabila diletakkan pada lingkungan yang sesuai, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang sempurna.

Kultur jaringan hanya dapat diaplikasikan terhadap tanaman. Kultur jaringan pada hewan juga dapat dilakukan, tetapi tidak dapat membentuk suatu individu baru. Kultur jaringan pada hewan juga lebih jarang dilakukan karena biaya yang mahal, sturktur yang lebih kompleks dibanding tumbuhan, dan faktor teknis lebih sulit. Kultur jaringan pada manusia dapat dipastikan tidak dapat dilaksanakan.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan. Beberapa diantaranya adalah hormon, gas(CO2 dan O2), faktor pertumbuhan, pH, tekanan osmosis, temperatur, medium(karbohidrat, vitamin, dan mineral). Apabila semua terpenuhi, tumbuhan dapat tumbuh dengan baik dan sehat.

Gagasan utama dari kultur jaringan adalah memperoleh tanaman dalam jumlah besar dalam waktu yang  sesingkat-singkatnya, yang mempunyai sifat sama persis dengan induknya. Induk dari kultur jaringan tentu harus didapatkan dari induk yang sehat dan baik. Eksplan yang sudah bersih dari kuman kemudian dimasukkan dalam medium bisa padat atau cair yang sudah disterilkan dengan teliti. Sel yang sudah diiris akan membentuk sesuatu bernama kalus.  Kalus kemudian dipindahkan dan akan membentuk sesuatu yang sudah kita kenal bernama plantet. Irisan yang kecil ternyata dapat membuat sesuatu yang sangat banyak.

Kultur jaringan tidak selalu membawa sebuah manfaat. Penulis tidak setuju apabila teknologi kultur jaringan dimanfaatkan negara maju untuk mengambil plasma nutfah dari Indonesia untuk dikembangkan di negaranya masing-masing. Ada beberapa alasan yang mendasari penolakan penulis terhadap pencurian plasma nutfah menggunakan teknologi kultur jaringan di Indonesia.

Pertama, pengambilan plasma nutfah dari Indonesia merupakan bukti bahwa Indonesia telah gagal untuk terus menjaga keragaman hayati yang tersebar. Indonesia merupakan negara dengan keragaman hayati terbesar kedua di dunia. Pencurian plasma nutfah dapat menghilangkan kebudayaan bangsa yang terus dijaga turun temurun.

Kedua, pengembangan di negara maju akan menurunkan pendapatan nasional. Hal ini disebabkan negara yang maju tersebut dapat menjual ke negara lain dengan harga yang lebih murah sehingga pendapatan negara kita akan menurun. Hal ini sudah terbukti dengan kita terus mengimpor barang dari luar negeri. Impor barang yang terus menerus merupakan bukti kegagalan pemerintah dalam menangani masalah ini.

Permasalahan penurunan pendapatan nasional sudah dapat kita lihat dan buktikan dari tidak kuatnya pasar kayu lapis di Indonesia. Pabrik-pabrik kayu lapis yang dulunya seperti sebuah kerajaan kini sudah hancur dan sisa beberapa saja. Pabrik itu pun akan segera tutup bahkan nasib para pekerja menjadi sebuah pertanyaan penting. Hal ini tentu karena China sebagai konsumen terbesar sudah dapat menanamnya di China dan tidak mau lagi membeli kayu lapis kita.

Ketiga, Indonesia sebenarnya sudah siap dalam mengembangkan sumber daya hayati. Hal ini terbukti dari berbagai pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah. Pihak swasta pun juga sudah turut andil dalam mengembangkan melalui berbagai lembaga yang didirikan oleh masyarakat. Pihak swasta dan pemerintah sudah sering menjalin sebuah hubungan yang baik.

Teknologi yang belum berkembang hanya dijadikan sebuah alasan kuno untuk terus maju. Indonesia sebenarnya sudah memiliki teknologi tersebut dan hanya perlu meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia).  Pemerintah harus terus mengembangkan pendidikan yang dari dulu sama saja.

Indonesia juga sudah bisa mendatangkan para ahli dari luar negeri untuk diminta membantu mengembangkan teknologi ini, tetapi harus dilakukan di Indonesia. Para ahli tersebut juga harus kita awasi karena mereka mungkin saja merupakan orang yang disuruh mencuri plasma nutfah kita. Para ahli tersebut dapat dengan diam-diam mengambil dan mengembangkan di negara masing-masing.

Peneliti kita sebenarnya telah siap dalam mengembangkan teknologi ini. Akan tetapi, mereka tidak memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan kemampuan mereka. Sampai saat ini, para peneliti kita hanya bisa gigit jari dan diam seribu bahasa karena pemerintah tidak dapat memberikan modal kepada mereka untuk melanjutkan penelitian demi kepentingan bangsa.

Indonesia bahkan tanpa kita sadari telah memiliki bank gen yang dapat menyimpan plasma nutfah di Bogor. Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya kita telah siap dalam mengembangkan di negeri kita sendiri. Bank ini haruslah dimanfaatkan dan memihak putra-putri bangsa agar dapat terus dikembangkan. Bank ini dapat memudahkan pengujian dengan berbagai teknologi untuk kepentingan masa depan. Penyimpanan benih yang disimpan di bank khusus ini tidak hanya untuk persediaan penanaman musim berikutnya, namun bersifat jangka panjang dan berkelanjutan.

Keempat, pengambilan keanekaragaman hayati juga menyebabkan keanekaragaman hayati Indonesia diklaim oleh negara-negara tetangga kita. Tentu kita sudah mengetahui bahwa tetangga kita sering mengklaim mulai dari kebudayaan sampai keanekaragaman hayati kita.

Malaysia telah banyak mencuri keanekaragaman kita mulai dari wayang kulit, batik, rendang, angklung, dan lain-lain.  Malaysia memang terkenal dengan bakat mencuri yang sudah mendarah daging. Kita tentu tidak boleh lengah dan tidak hanya menjaga keanekaragaman ini ketika sudah hampir dicuri.

Ada banyak bukti pencurian gen plasma nutfah. Salah satu pencurian plasma nutfah yang paling terkenal adalah buah durian. Jika kita selalu menganggap durian sebagai sesuatu yang spesial yang kita beri nama "Rajanya Buah", Durian Montong adalah sebuah varietas yang kita juluki "Rajanya Durian". Kita telah menganggap bahwa durian ini berasal dari negara Thailand. Durian ini memang memiliki cita rasa yang hebat bahkan dapat membuat kita mabuk kepayang. Namun taukah Anda, durian yang selama ini kita sukai ternyata plasma nutfahnya diambil secara diam-diam dari salah satu kabupaten penting di Jawa Tengah?

Ya, varietas ini memang berasal dari Indonesia. Asal mula Durian Montong adalah Durian Sukun yang diambil dari Matasih, Karanganyar, Jawa Tengah. Ada hal yang lebih miris yang terjadi bahwa pencurian ini ternyata juga merusak gen plasma nutfah kita. Hal ini terbukti dari Durian Sukun terancam punah dan jumlahnya bahkan bisa dihitung jari. Indonesia sebenarnya sudah memiliki plasma nutfah yang melimpah, tetapi hanya tinggal ditingkatkan saja.

Indonesia sebenarnya juga dirugikan melalui praktik-praktik biopirasi. Biopirasi adalah sebuah aktivitas yang dapat menyebabkan hilangnya kekayaan genetik suatu negara akibat pencurian yang dilakukan oleh pihak asing secara diam-diam, maupun penyelundupan negara asing ke negeri ini dengan dalih mengajak kerjasama agar dapat menguntungkan bersama, namun kenyataannya keuntungan pribadi yang kemudian secara perlahan-lahan mengambil keanekaragaman hayati di negara ini.  Biopirasi memiliki sasaran empuk terhadap negara-negara berkembang. Ini yang pasti terjadi apabila kita mengizinkan negara luar untuk dapat mengembangkan di negara masing-masing.

"Biarkan kekayaan alam kita tetap tersimpan di perut bumi, sampai para insinyur-insinyur kita dapat mengolahnya sendiri." Begitulah pesan Ir. Soekarno sebagai presiden pertama kita, kita harus melihat berapa kekayaan negara Indonesia tercinta ini, daratan seolah menghidupimu dan lautan seolah mengundangmu, didalamnya terdapat ribuan bahkan jutaan spesies mahkluk hidup hingga virus . Dalam sebuah lagu yang tentu kita kenal menyiratkan bahwa dengan air dan jala kita dapat hidup di tempat ini bahkan digambarkan lautan juga merupakan kolam susu yang sangat lezat. Kita juga memiliki banyak sekali tumbuhan mulai dari obat-obatan hingga untuk bahan bangunan.

Saat ini semua tinggal sebuah sejarah bagi negara kita karena kesalahan para pendahulu kita. Kita juga melakukan banyak kesalahan seperti kita lebih mengunggulkan barang dari luar negeri tanpa memedulikan produk buatan sendiri. Kita seakan seperti lupa jati diri bahwa kita adalah negara yang hebat dan akan terkenal hingga seluruh dunia. Hal ini akan semakin memudahkan negara lain untuk masuk dan bahkan merusak. Mereka dapat semakin mudah melakukan biopirasi di negara tercinta ini.

Kelompok yang paling rentan terhadap biopirasi tentu adalah kelompok-kelompok orang pedalaman. Mereka tidak terlalu tahu tentang betapa pentingnya keragaman hayati di sekeliling mereka. Banyak peneliti yang membayar mereka supaya mereka mengizinkan para peneliti tersebut untuk mengambil plasma nutfah. Pemerintah berperan penting untuk terus mencerdaskan bangsa dari berbagai praktik-praktik biopirasi.

http://www.pelajaran.co.id
http://www.pelajaran.co.id
Kelima, terkadang pemanfaatan kultur jaringan melanggar bioetika. Bioetika dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan yang terkait dengan mencari jawaban dan menawarkan pemecahan masalah dari berbagai konflik moral yang timbul dari kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran yang diikuti oleh penerapan teknologi yang terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Bioetika dibagi menjadi 2 bidang yaitu bidang kesehatan dan bidang pertanian. Pengembangan kultur jaringan termasuk dalam bidang pertanian.

Dalam ilmu agama, pengembangan bioetika terkadang melanggar eksistensi Tuhan sebagai Sang Pencipta. Apabila manusia dapat mengembangkan sesuatu yang menyamai kehebatan Tuhan maka manusia telah melanggar sesuatu yang diberi nama etika. Akal memang menjadi anugerah yang diberikan Tuhan hanya kepada manusia. Akan tetapi, manusia harus menggunakan akal tersebut untuk sebuah kebaikan dan pembaharuan positif bagi dunia. Pencurian merupakan sebuah larangan yang mutlak bagi semua agama di Indonesia.

Kultur jaringan merupakan sebuah kloning pada mahkluk hidup yang dilakukan manusia. Kultur jaringan yang gagal akan menyebabkan tumbuhan tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik. Banyak sekali hewan dan tumbuhan yang telah dijadikan kelinci percobaan.  Manusia hendaknya masih memiliki hati nurani sehingga tidak melakukan kultur jaringan dengan seenak hati tanpa rasa peduli terhadap mahkluk ciptaan Tuhan yang lain.

Keenam, pengembangan kultur jaringan di negara maju telah banyak menimbulkan kerugian tanpa kita sadari. Kerugian itu dapat benar-benar merusak ekosistem yang telah kita rawat selama ini. Ekosistem yang telah kita jaga dan harus kita wariskan kepada anak cucu dapat rusak seketika. Beberapa kerugian terhadap lingkungan itu antara lain:

  • Ekosistem akan rusak dan menganggu orang-orang sekitar

Teknologi baru bagi alam dapat merusak ekosistem . Ketika tumbuhan tidak lagi memerlukan penyerbukan dari bunga, para serangga akan punah karena tidak lagi dibutuhkan dalam membantu penyerbukan. Serangga itu bisa juga mati akibat terkena racun dari zat-zat tertentu. Pengambilan kultur jaringan bagi negara maju tentu dapat merusak ekosistem kita sendiri.

  • Keanekaragaman mahkluk hidup menipis dan akan hilang

Teknologi bioteknologi bagi tanaman terbukti dapat menghilangkan plasma nutfah yang telah kita jaga. Budidaya mahkluk hidup seperti hewan dan tumbuhan bisa punah apabila manusia hanya mementingkan mendapat hasil panen yang selalu lebih unggul dan banyak.

  • Populasi serangga akan habis dan punah perlahan tapi pasti

Serangga yang membantu penyerbukan tanaman akan menjadi punah karena tidak dianggap sebagai sesuatu yang perlu. Kita tentu sudah tahu penyerbukan bunga yang dilakukan oleh serangga jauh lebih aman  dan tidak akan menimbulkan kerusakan berarti terhadap ekosistem kita. Penggunaan teknologi seperti kultur jaringan memang bagus untuk dilakukan dan dapat menghasilkan hasil panen yang sangat banyak walaupun tanpa bantuan penyerbukan dari para serangga, tetapi kondisi ini tentu akan menyebabkan tanaman menjadi tidak tumbuh sempurna dan tidak bisa berproduksi lagi.

  • Kita tidak mendapat keuntungan jika lahan tidak terlalu luas

Sebuah produk  yang dihasilkan belum tentu menghasilkan panen apabila ditanam di tanah yang tandus. Apabila negara lain mengambil gen kita dan ternyata tumbuhan tersebut tidak dapat tumbuh tentu akan sangat merugikan kita. Hal ini bisa dipengaruhi oleh musim karena beberapa tanaman tidak dapat hidup di 4 musim(musim panas, musim semi, musim gugur, dan musim dingin)

  • Menyebabkan suatu gejala sosial bagi para petani

Ketika negara maju sudah dapat mengembangkan dan menjualnya dengan harga yang lebih murah, eksistensi kita sebagai negara agraris tentu akan terancam. Ketika eksistensi ini terancam, para petani akan semakin sulit untuk memperbaiki ekonomi mereka. Hal ini menyebabkan kesenjangan di Indonesia semakin tinggi.

Jadi, apakah kita setuju pengembangan kultur jaringan di luar negeri? Tentu saja kita tidak boleh setuju dan langsung menolaknya. Hal ini karena bisa sangat menganggu kehidupan kita dan anak cucu kita sebagai penerus bangsa. Kita tidak mau menjadi mainan kesukaan bangsa lain yang bila direbut kita hanya bisa menangis.

Dari artikel ini saya harap Anda tidak hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang betapa bahayanya apabila kita mengizinkan pengambilan plasma nutfah melalui kultur jaringan, tetapi juga ide bahwa kita harus semakin berbenah diri dan terus mengembangkan kemampuan kita untuk menjadi lebih baik lagi. Marilah kita saling berusaha untuk berkembang dan melakukan yang terbaik. AMDG!

Sumber referensi buku:

Wijayani, Ari. 2012. Teknik Kultur Jaringan. Yogyakarta: Kanisius

Sumber referensi internet

1) https://alamendah.org/2015/03/09/benarkah-durian-montong-berasal-dari-thailand/ (diunduh tanggal 18 Agustus 2018)

2) https://dosenbiologi.com/makhluk-hidup/dampak-bioteknologi-terhadap-lingkungan(diunduh tanggal 18 Agustus 2018)

3)http://hukum.umsida.ac.id/tinymcpuk/gambar/file/13.%20Bioetika.ppt(diunduh tanggal 18 Agustus 2018)

4)http://www.persmaunsil.com/2016/09/biopiracy-mengancam-keanekaragaman.html(diunduh tanggal 19 Agustus 2018)

5)https://www.thermofisher.com/id/en/home/references/gibco-cell-culture-basics/introduction-to-cell-culture.html(diunduh tanggal 17 Agustus 2018)

Sumber gambar:

1) https://www.deviantart.com/victorhugo/art/Biopiracy-81391554(diunduh tanggal 22 Agustus 2018)

2)http://www.pelajaran.co.id/2016/15/tahapan-kelebihan-dan-kekurangan-kultur-jaringan.html(diunduh tanggal 22 Agustus 2018)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun