Salam Kompasianer !!
Setelah lama berpuasa menulis, bukan karena kehabisan ide dan bahan, tapi karena sempat malas karena konflik sepakbola tanah air yang berkepanjangan dan tak kunjung usai, maka ijinkan saya mulai menulis lagi demi menyuarakan isi hati pesepakbola usia muda yang walau mulai berkurang asanya tapi paling tidak masih menyimpan harapan akan hidupnya kembali pembinaan sepakbola tanah air khususnya pembinaan usia muda.
Seperti yang sudah beberapa kali saya sampaikan, bahwa pertarungan kepentingan sepakbola di Indonesia ini bagaikan perkelahian dua ekor gajah besar yang sedang emosi dan mengamuk.
Gajah 1 merasa bahwa gajah 2 melakukan kesalahan dan harus dilumpuhkan atau dimusnahkan.
Sementara gajah 2 merasa tidak bersalah dan melawan gajah 1 habis habisan.
Maka terjadilah pertarungan mati-matian dan brutal memperebutkan daerah kekuasaannya. Mereka bertempur habis-habisan.
Lantas, setelah bertarung cukup lama, siapakah yang menang atau siapakah yang kalah?
Ternyata yang sedang sekarat adalah PELANDUK, yang berada diantara dua makhluk besar dan kuat tersebut.
Apakah kedua gajah itu prihatin akan keselamatan di pelanduk? Sampai saat ini belum ada yang memperhatikannya karena sibuk berkelahi.
Namun, untungnya di hutan itu tidak hanya dihuni oleh gajah-gajah besar saja. Ada makhluk berakal bernama MANUSIA yang datang menyelamatkan pelanduk kecil tersebut. Dirawatnya pelanduk itu, diobati lukanya, dan ditempatkan sementara di tempat yang aman sampai gajah-gajah itu berhenti berkelahi atau salah satu gajah itu MATI.....
Â
Bersambung...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H