Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tentang Cabut Gigi

31 Januari 2025   23:05 Diperbarui: 31 Januari 2025   23:05 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sakit Gigi (Sumber : Halaman FK UMSU)

EXODONTIA

Exodontia adalah, ilmu yang mempelajari tentang ekstraksi (pencabutan) gigi atau akar gigi secara utuh/lengkap dari tubuh, dengan trauma minimalis pada jaringan penyangga sehingga jejas pasca tindakan dapat sembuh dengan normal tanpa komplikasi baik secara lokal maupun sistemik. Berdasarkan etimologi bahasa, exodontia terdiri dari dua kata yakni exo (mengeluarkan) dan dontia (Gigi).

Seorang operator di bidang kesehatan gigi dan rongga mulut, ketika melaksanakan tindakan exodontia, harus memahami ilmu ini agar pasien dapat memperoleh layanan kesehatan yang ideal dan penyakitnya dapat teratasi.

-

Gigi

Gigi Adalah, bagian tubuh yang terletak di rongga mulut yang memiliki fungsi membelah makanan yang masuk ke dalam tubuh agar makanan tersebut dapat di cerna dengan lebih mudah di saluran pencernaan.

Gigi sendiri secara garis besar terdiri dari 2 bagian utama, mahkota dan akar. Mahkota adalah bagian gigi yang nampak di rongga mulut, sementara akar adalah bagian gigi yang tertanam dalah jaringan penyangga gigi.

Struktur gigi, secara umum sama dengan struktur tulang, namun pada salah satu bagian mahkota (enamel/email) yang merupakan bagian terluar, memiliki tingkat kepadatan dan kekerasan yang lebih baik dari tulang lain tubuh.

Enamel memiliki kepadatan dan kekerasan yang lebih karena, enamel melaksanakan tugas utama gigi, membelah makanan. Enamel juga memiliki fungsi melindungi bagian lain gigi, utamanya dentin dan ruang pulpa.

Gigi, terdiri dari 2 kelompok besar. Gigi Sulung (Gigi Susu) berjumah 20 dan Gigi Dewasa (Permanen) berjumlah 32 (Apabila tumbuh dengan lengkap). Tumbuh pertama kali pada umumnya diusia 6-9 bulan.

Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

Secara Garis Besar, pertumbuhan dan perkembangan gigi dibagi menjadi 2 fase utama. Gigi Sulung dan Gigi Dewasa.

Gigi Sulung, normalnya pertama tumbuh antara usia 6 dan 9 bulan. Diawali oleh Gigi /Seri I (Lower central incisor) Rahang Bawah dan diikuti gigi seri bagian atas (upper central incisor) di usia 8-12 bulan.

Umumnya, tahapan pertumbuhan Gigi Sulung sebagai berikut:

  1. Gigi Incisif I (atas dan bawah) pada usia 6-12 bulan.
  2. Gigi Incisif II (atas dan bawah) pada usia 10-16 bulan.
  3. Gigi Caninus/Taring (atas dan bawah) pada usia 16-12 bulan.
  4. Gigi Molar/Geraham I (atas dan bawah) pada usia 13-19 bulan.
  5. Gigi Molar II (atas dan bawah) pada usia 23-31 bulan.

Gigi Dewasa, adalah gigi yang tumbuh setelah gigi sulung. Gigi inilah yang melaksanakan fungsi pengunyahan sejak peralihan Gigi (dari Gigi Sulung) sampai dengan Usia lanjut. Karenanya, Gigi ini harus dijaga dan dipelihara dengan baik agar dapat melaksanakan fungsinya sepanjang usia manusia. Umumnya, tahapan pertumbuhan Gigi Dewasa adalah sebagai berikut:

  • Gigi Incisif I : 6-7 tahun.
  • Gigi Incisif II: 7-8 tahun.
  • Gigi Caninus: 9-10 tahun.
  • Gigi Premolar (Geraham Depan/kecil) I: 10-12 tahun.
  • Gigi Premolar II : 11-12 tahun.
  • Gigi Molar I: 6-7 tahun.
  • Gigi Molar II:11-13 tahun
  • Gigi Molar III: 18-21 tahun

Gigi Sulung, selain memiliki fungsi pengunyahan, akarnya kelak akan menjadi guidense (penunjuk jalan) bagi Gigi Dewasa yang menggantikannya. Secara karakteristik, Gigi Sulung dan Gigi Dewasa memiliki perbedaan yang antara lain:

  • Secara Anatomis, ukuran Gigi Sulung lebih kecil dan Gigi Dewasa (menyesuaikan dengan tulang anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang).
  • Warna Gigi Sulung relatif lebih putih dari Gigi Dewasa.
  • Cervical Line Gigi Susu nampak lebih Jelas dibandingkan Gigi Dewasa
  • Struktur Jaringan keras, Gigi Sulung memiliki Gigi kekompakan dan kepadatan lebih rendah dari Gigi Dewasa

Struktur gigi diatas tergantung masa neo natal (Kandungan). Karena pembentukannya terjadi sejak masa itu. Sangat penting bagi ibu hamil mempersiapkannya dengan mengkonsumsi vitamin dan zat lain sesuai dengan saran dokter/ahli kandungan.

Jaringan Penyangga Gigi

 Jaringan penyangga gigi, secara ilmiah dikenal dengan istilah jaringan periodontal. Jaringan periodontal terdiri dari jaringan lunak dan tulang penyangga. Berfungsi sebagai penyokong gigi agar gigi dapat berfungsi dengan baik. Jaringan ini terdiri dari 3 elemen penting, Gusi (Gingiva), Membran (Ligamen Periodontal) dan Tulang Alveolar. 

Gusi terdiri dari jaringan lunak yang menutupi bagian keras rongga mulut. Terkait dengan fungsi penyangganya. Pada dasarnya gusi berwarna transparan. Warna pada gusi banyak dipengaruhi oleh sirkulasi darah dan faktor intrisik dan ekstrinsik. Gusi secara anatomis terdiri dari margin (Merupakan bagian tepi gingiva yang menyelimuti gigi seperti kerah pada baju), Attached (Jaringan ini adalah bagian yang melekat pada gigi di bagian leher (Cementum Enamel Junction) dan periosteum tulang alveolar dibawahnya) yang ketiga Interdental (terdapat ruang interproksimal di bawah tempat berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk piramidal atau berbentuk seperti lembah.yang terdiri dari gusi dan tulang yang mengelilingi gigi).

Membran, atau ligamen periodontal, terletak disekeliling akar Gigi. Terdiri dari jaringan ikat antara gigi dan tulang Alveolar yang berfungsi sebagai bantalan, peredam tekanan pada saat gigi melaksanakan tindakan penguyahan atau saat gigi berkontak dengan benda asing atau gigi dari rahang yang berlainan. Fungsi ini menyebabkan daya tekan yang tercipta dapat tersebar di sebagian besar permukaan akar dan mengurangi cidera struktur keras akar dan tulang alveolar.

Tulang Alveolar, adalah struktur tulang yang terdapat pada tulang rahang yang berfungsi menyangga gigi. Bentuknya mengikuti sturktur akar masing-masing gigi yang disangga. Posisi dan daya guna fungsi gigi sangat terpengaruh dari bagaimana gigi melekat pada tulang ini. Strukturnya mirip seperti tulang pada umumnya dari tubuh.

Ilustrasi Sakit Gigi (Sumber : Halaman FK UMSU)
Ilustrasi Sakit Gigi (Sumber : Halaman FK UMSU)

Indikasi dan Kontra Indikasi Ekstraksi Gigi

Indikasi adalah faktor penyebab, yang membuat seorang tenaga kesahatan harus melaksanakan tindakan ekstraksi. Kontra Indikasi adalah faktor penyebab, yang membuat tindakan ekstraksi tidak bisa dilaksanakan, atau ditunda.

Indikasi Ekstraksi Gigi Sulung :

  • Gigi memasuki periode tanggal karena Gigi Dewasanya sudah mulai tumbuh. Normalnya, ditandai dengan proses kegoyangan akibat resopsi akar karena desakan Gigi Dewasa.
  • Gigi masih tertanam dengan kuat namun Gigi penggantinya tumbuh di area sekitarnya.
  • Ulkus, luka pada Jaringan Rongga Mulut akibat proses desakan Gigi Dewasa.
  • Kondisi Gigi yang sudah Nekrose (Mati) dan menyebabkan infeksi Rongga mulut.

Indikasi Ekstrasi Gigi Dewasa :

  • Gigi yang secara Koservasi, sudah tidak bisa dipertahankan.
  • Gigi yang memiliki derajat kegoyangan tertentu dan tidak bisa dikembalikan lagi pada kondisi normal.
  • Gigi yang dapat menjadi Fokal Infeksi bagi jaringan sekitarnya.
  • Gigi tambahan (Supernumerari Teeth), diluar dari gigi yang normal ada. Gigi ini tumbuh akibat anomali pada periode pertumbuhan dan perkembangan.
  • Gigi dengan Fraktur Akar dan tidak memungkinkan untuk di konsernasi.
  • Gigi yang Tumbuh tidak sempurna, sehingga pada perlekatan Gigi dan Gingiva dapat mengakibatkan infeksi.
  • Gigi, akibat kerusakannya, dapat menyebabkan trauma bagi jaringan disekitarnya.
  • Gigi Malposisi (Posisinya Tidak Normal) dan sudah tidak bisa dirawat secara Ortodonthi.

Kontra Indikasi Ekstraksi Gigi. Faktor penyebab gigi tidak bisa di cabut atau ditunda. Secara Garis Besar, terdiri dari faktor Lokal dan sistemik. Faktor Lokal yang dapat menyebabkan tindakan Ekstraksi Gigi ditunda antara lain:

  • Kondisi Infeksi Akut.
  • Posisi Anatomis terkait struktur jaringan lain kepala, misalnya sinus.
  • Gigi yang diketahui berlekatan dengan massa asing, seperti Tumor.

Kondisi Sistemik, yang dapat mengakibatkan tindakan Ekstraksi ditunda, terkait dengan kondisi penyakit sistemik yang apabila tindakan Ekstrasi Gigi dilaksanakan dapat memperparah sakit atau mengakibatkan kefatalan. Ketika menemui kondisi ini, seorang praktisi kesehatan gigi harus berkonsultasi dengan kolega yang memilii kompetensi. Hal ini menjadi perhatian penting karena, tindakan Ekstraksi Gigi, menyebabkan jejas luka. Hal lain, proses tindakan yang menggunakan bahan anestesi, dapat menimbulkan reaksi alergi. Kondisi psikis seorang pasien pun, dapat mempengaruhi keputusan seorang praktisi kesehatan gigi untuk melaksanakan atau menunda.

Penutup

Demikian sedikit jabaran tentang gigi dan mengapa ia harus di cabut. Terimakasih

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun