Dalam situasi ini, PSSI mengambil keputusan berani dengan mengganti Pelatih Kepala Timnas dari Coach Shin Tae-Yong - STY (beserta 9 orang asisten dan stafnya) dengan Coach Patrick Kluivert - PK (sementara akan didukung 4 orang asisten pelatih). Keputusan besar ini diambil PSSI untuk sebuah alasan, memperkuat harmonisasi komunikasi dan meningkatkan etos tim di tengah kedalaman skuad yang saat ini ada, yang secara nilai pasar berada di kelompok 7 besar Asia (jika seluruh pemain dengan nilai pasar tertinggi dipanggil  plus Ole Romeny yang akan segera bergabung).
ET selaku Ketua Umum PSSI dengan pengetahuan dan pengalaman mendalam tentang sepak bola dibandingkan hampir keseluruhan warga Indonesia tentu memiliki pertimbangan sangat, berlandas profesionalisme atasnya. Menarik untuk kita perhatikan bersama adalah istilah landasan profesional. Bukan berarti mengecilkan peran Coach  STY, saat ini seperti disebutkan di awal bahwa pemain inti Timnas Indonesia mayoritas berkiprah di berbagai liga profesional Eropa. Pakem sepak bola modern di sana saat ini didominasi 2 pola permainan utama 4-4-2 dengan kembangan menjadi 4-2-3-1 dengan pola lain berupa 4-3-3 sebagai implementasi sepak bola menyerang.
-
STY sebagai pelatih memiliki reputasi piala dunia dengan kekuatan pola permainan utama 5-3-2 atau kadang 5-4-1 (ketika harus bermain bertahan menghadapi tim yang lebih kuat secara kualitas permainan). STY dengan kultur Speed and Power pakem Korea Selatan, mampu mengantarkan Timnas di posisinya saat ini. Bagi banyak kita, STY adalah sosok paling berjasa atasnya. Akan tetapi, apabila kita dalami secara lebih lanjut, buah 6 poin ini dicapai secara penuh ketegangan akibat Indonesia bermain cenderung lebih bertahan dan mengandalkan serangan balik ketika ada peluang. Pola yang membuat Timnas antaranya dibombardir 4 gol tanpa balas oleh salah satu raksasa Asia dan dunia (Jepang). Atas kondisi taktik ini, menjadi sebuah hal wajar jika PSSI melakukan evaluasi besar demi akhirnya mengambil keputusan berani demi lebih berkembang pola permainan Timnas.
Akan tetapi hal yang harus tidak boleh kita lupakan juga adalah kekalahan saat melawan China 1-2 dimana Timnas mendominasi permainan namun harus kecolongan oleh 2 gol. Artinya pola permainan lebih menyerang memiliki kerentanan di lini belakang. Hal ini tentu menjadi Pekerjaan Rumah besar bagi Coach PK dan tim selaku penerus Coach STY.
Semoga Coach PK dan tim mampu memperbaiki segala kekurangan yang saat ini ada dengan meningkatkan kemampuan tim yang saat ini ada demi Mimpi Piala Dunia 2026 kita.
-
Mengepaklah Garudaku, Kita Bisa Jika Berjuang Dengan Sebaik Mungkin Atas Apa Yang Kita Punya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI