Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

4 Tipe Anak Magang dan Etika yang Harus Dipatuhinya

8 November 2021   00:33 Diperbarui: 8 November 2021   09:10 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siswa SMKN 3 melakukan praktik perbaikan kendaraan berupa unit mobill Suzuki APV di sekolah, Rabu (10/8/2016).| Sumber: Surya/Habibur Rohman

Tipe siswa magang

Magang adalah momen yang berarti. Banyak yang dinanti dan diimpikan. Salah satunya adalah dari kalangan Siswa SMK yang ingin merasakan dunia kerja. Magang dalam SMK lazim dikenal dengan istilah Praktek Kerja Industri (Prakerin). 

Prakerin diharapkan tidak jauh berbeda dengan bekerja dalam arti yang sebenarnya. Bak seorang karyawan yang sedang training. Temponya berlangsung dalam waktu yang singkat, kurang lebih 3 bulan saja. 

Biasanya job describtion siswa yang prakerin terbatas. Kadang oleh tempat bekerja yang sering disebut DU/DI (Dunia Usaha/Dunia Industri) diberi upah, namun banyak pula yang tidak. 

Pelajaran terpenting yang akan selalu saya bagikan kepada siswa-siswa yang akan dilepas untuk menjalani prakerin adalah agar siswa tetap menjadikan tempat prakerin di DU/DI sebuah mata air pengetahuan, sama seperti sekolah. 

Ada yang datang hanya untuk melihat, lalu sekadar mencicip-cicip saja terus pergi dan berlalu begitu saja. Namun kebanyakan hanya untuk berkumur-kumur dan kemudian membuangnya. 

Siswa diharapkan datang ke lokasi prakerin dengan rasa haus, dapat mengambil pelajaran sebaik-baiknya dan mempraktikkan apa yang sudah dipelajarinya. 

Pertama, Tipe Bunglon Gampang

Ketika siswa dikatakan seperti "bunglon" tentu akan muncul stigma pemikiran negatif. Menjadi bunglon tentu saja bukan dalam arti yang sebenarnya, namun hanya istilah yang menggambarkan karakter atau watak siswa yang tidak pernah konsisten, tidak teguh dalam pendirian. 

Banyak siswa yang akan berangkat prakerin tidak punya kemantapan hati. Saat mendengar akan ada program prakerin, senangnya bukan main. Namun, siswa tersebut hanya ikut-ikutan saja. Bahkan untuk ditempatkan di tempat yang berbeda DU/DI dengan teman gengnya sudah limbung. Siswa ini adalah tipe yang tidak bisa berdiri di kaki sendiri. Hanya ikut-ikutan arus saja. 

Kedua, Tipe Wisatawan 

Ini adalah tipe siswa yang sangat merasa rugi sekali jika momen prakerin di suatu lokasi DU/DI tidak dimanfaatkan untuk berdharma wisata. Hanya kurang lebih 3 bulan masa prakerin sudah mengenal titik awal sampai di titik akhir destinasi wisata dan fasilitas wisata yang ada di suatu lokasi DU/DI. 

Tak heran bahwa tipe siswa seperti ini selalu mempersiapkan tas yang besar, berisi kamera dan semoga bukan barang curian di lokasi DU/DI. 

Tidak fokus kepada pengembangan diri saat prakerin. Tidak mau terisolasi dari lingkungan. Akhirnya tidak kaya akan pengalaman karena memang tujuan atau apa yang ingin di capai saat prakerin hanya untuk mengisi waktu dan liburan. 

Anak magang.sumber gambar: lokadata.id
Anak magang.sumber gambar: lokadata.id

Ketiga, Tipe Orang Asing

Prakerin seharusnya menjadi kesempatan emas. Momen tepat mengawinkan materi dari bangku sekolah dengan praktik yang sebenarnya. 

Siswa dapat mengimplementasikan materi yang selama ini didapatkan di sekolah sehingga dapat diterapkan dengan baik. Dan bisa jadi menambah jenis keterampilan yang dimiliki oleh siswa agar dapat dikembangkan dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Namun siswa tipe orang asing ini akan merasa terasing di tempat prakerinnya. Selain karena bermasalah dengan adaptasi, ada dualisme yang membuat gap antara harapan dan kenyataannya. 

Bisa saja selama ini disekolah difasilitasi dengan praktik yang mantap, namun saat sampai di tempat prakrein suasana tidak seperti yang diharapkan. Siswa tidak menemukan pekerjaan yang sesuai dengan yang dipelajarinya di sekolah. Akhirnya siswa disuruh hanya bersih-bersih saja atau membeli alat-alat kantor saja.

Atau bisa jadi, selama ini di sekolah siswa tidak pernah serius untuk belajar dan praktik. Namun saat di tempat prakerin diperhadapkan dengan alat-alat praktik yang terbaru. Sehingga dia merasa gagap. Tak mampu terjun lebih jauh lagi. Toh akhirnya lagi-lagi siswa selama prakerin hanya menjadi office boy dan level pesuruh saja. 

Keempat, Tipe Missionaris

Ini adalah tipe idaman untuk siswa yang prakerin. Orang yang datang prakerin untuk berubah dan mau menularkannya kepada orang lain. Siswa tipe ini akan melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang telah disepakati dengan baik. Mematuhi setiap instruksi di tempat kerja. Menjaga nama baik sekolah, dan juga DU/DI. 

---

Siswa harus memahami benar bahwa pada saat prakerin akan selalu berinteraksi dengan orang lain, seperti karyawan di tempat DU/DI. Biasanya di tempat DU/DI tersebut akan mengalami gap generasi. Karena usia karyawan dan orang di sekitarnya didominasi yang lebih tua darinya. 

Hal tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam beradaptasi. Bagaimana siswa mampu membangun relasi di dunia kerja yang sehat. Siswa juga harus membuka diri dan cakrawala berpikir akan perbedaan budaya di sana agar jangan sampai mengalami culture shock (kejutan budaya). 

Oleh sebab itu, beretika atau santun saat prakerin sangatlah penting. Karena bisa mengangkat citra diri sendiri. 

1. Tepat waktu

Sebagai orang baru dan menumpang kerja, siapkan diri sampai di lokasi DU/DI sesuai ketentuan. Datang lebih awal kala meeting dan pulang sesuai jadwal. Tepat waktu pula menyelesaikan deadline yang sudah dibebankan. Tidak terburu-buru, tidak panik dan mampu mengerjakan segala sesuatu dengan pemikiran terbuka.

2. Proaktif

Jangan menunggu perintah sekalipun tugas telah selesai dikerjakan. Ajukan diri untuk membantu jenis pekerjaan yang lain. Bila ada yang tak dimengerti, tanyakan langsung. Dijamin, teman kerja lebih senang saat kita bertanya daripada pura-pura tahu.

3. Sportif

Tak perlu malu mengakui diri jika ada kesalahan, terima segala kritikan dan masukan untuk perbaikan diri. Akui pula prestasi unggul yang bisa ditunjukkan sesama rekan prakerin. Boleh iri, tapi jadikan kesempatan untuk refleksi pada diri sendiri. 

4. Anggap keluarga

Meski junior dan anak baru, tak perlu canggung menjalin relasi dengan yang lain. Hubungan erat dan hangat akan membantu menuntaskan tugas dengan baik. Mulailah dengan memperkenalkan diri dan lanjutkan tampil prima di segala situasi.

Saat ada masalah atau kekurangan, bantuan akan cepat diterima karena sudah dianggap keluarga. Dan tetaplah menjaga silahturahmi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun