Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meski Kerap di Bully Harus Tetap Percaya Diri

5 September 2021   05:15 Diperbarui: 5 September 2021   05:58 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selaku seorang pendidik, perundungan di sekolah  yang dilakukan  antar siswa sudah sering di jumpai dan di carikan solusi. Namun ternyata faktanya, perundungan juga terjadi di tempat kerja yang dilakukan oleh sesama orang dewasa. 

Perundungan di tempat kerja ternyata lebih sulit di deteksi. Perundungan di tempat kerja berupa kekerasan baik secara fisik, verbal, sosial maupun psikologi yang bisa dilakukan oleh atasan, maupun teman kerja ( yang dilakukan perorangan maupun berkelompok) membahayakan kondisi emosi  dan fisik korbannya. 

Seorang mantan siswi saya pernah ditolak kerja sebelum melamar pada salah satu toko retail yang sedang open reqruitment ke sekolah kami. Siswi ini dikatakan " gope" yang akronim dari gomuk pendek. Awan di daerah sini menerjemahkannya sungguh suatu penampilan yang tidak menarik.   Kamu tak bakalan bisa diterima menjadi kasir. Miris sekali hati saya dengan sikap orang-orang di sekitar saat itu. Saya menjelaskan bahwa sikap mereka salah. Hanya karena menurut kita itu fakta, bukan berarti kita jadi boleh menghina orang seenaknya.  

Saya mengajak siswi itu berkomunikasi , ternyata sungguh dia tidak punya rencana  sama sekali untuk melamar di sana. 

" Saya sadar diri Pak, memiliki tubuh pendek, selain itu saya juga kurang suka kerja yang berdiri terus Pak !" 

Saat itu jelas saya turut prihatin dengan verbal bullying yang dialaminya. Mendapat hinaan karena postur tubuhnya. Di depan banyak temannya pula. Mungkin sakitnya tidak seberapa, namun rasa malunya itu. Mungkin akan sampai lama terus diingatnya. 

Namun saya sangat salut dan bangga dengan sikapnya. Dia terus percaya diri. Dan jika terus mengasah kemampuan diri, saya yakin dia pasti bisa bekerja di suatu tempat yang seleksinya tanpa persyaratan tinggi badan, ya mungkin di sebuah perkantoran. Dan ternyata itu terbukti. 

Saya mendapatkan banyak pelajaran dari kejadian mantan siswa saya ini. Pertama, Dalam melawan perundungan, kita bertarung bukan untuk menjadi pemenang atau kalah, tetapi untuk menghormati diri sendiri. Dan yang kedua adalah bahwa ternyata korban perundungan juga bisa bangkit( tidak kehilangan kepercayaan diri ).

Bagaimana caranya siswa itu meresponi dan move on dengan perundungan? Berikut poin-poinnya.

Pertama, Ignore ( Mengabaikan ) perilakunya. 

Ini adalah tindakan dasar, apa yang membuat bullies tetap membully  bisa jadi respon kita. Semakin ita ladeni, makin bahagia dan merasa menang dia. Contohnya, kalau ada yang ngetawain kita, cobalah ikutan tertawa. Kalau ada yang sarkas, bilang saja terima kasih. Poinnya kita tidak memberikan power kita ke[pada dia dengan merasa kalah atau kecil .

Kedua, Menceritakan kepada orang yang bisa membantu. 

Sebelum kita membicarakannya dengan orang lain, kita bisa coba membicarakannya denagn orang yang merundung kita. Apa masalahnya, dan apa yang sebenarnya dia harapkan dari kita. 

Tetapi jika berbicara dengan pelaku intimidasi sudah bukanlah suatu pilihan, maka kita carilah orang yang tepat untuk mendengarkan kita. Bisa manajer atau seseorang dari departemen lain.

Jelaskan bagaimana masalah tersebut mulai mengganggu kinerja kita. Tapi janganlah terlalu berharap bahwa masalah ini akan seketika selesai setelah membicarakannya dengan 0rang lain. Tapi setidaknya kita telah membuat pengaduan yang bisa lebih menjaga kita.

Opsi terakhir, kita bisa menggunakan lembaga swadaya yang bisa membantu memediasi persoalan kita. Dengan mengikuti prosedur formal yang telah diatur.

Ketiga, Belajar berkomunikasi yang Asertif

Asertif maksudnya adalah kita tegas dan jelas dalam menentukan posisi. Terutama jika bertemu dengan bullies, tunjukkan kalu kita percaya diri dan tidak pernah takut bertemu dengan dia.

Kita harus tegas menagatakan tidak kalau diajak dan diminta melakukan sesuatu yang memang tidak kita inginkan. 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun