Selaku seorang pendidik, perundungan di sekolah  yang dilakukan  antar siswa sudah sering di jumpai dan di carikan solusi. Namun ternyata faktanya, perundungan juga terjadi di tempat kerja yang dilakukan oleh sesama orang dewasa.Â
Perundungan di tempat kerja ternyata lebih sulit di deteksi. Perundungan di tempat kerja berupa kekerasan baik secara fisik, verbal, sosial maupun psikologi yang bisa dilakukan oleh atasan, maupun teman kerja ( yang dilakukan perorangan maupun berkelompok) membahayakan kondisi emosi  dan fisik korbannya.Â
Seorang mantan siswi saya pernah ditolak kerja sebelum melamar pada salah satu toko retail yang sedang open reqruitment ke sekolah kami. Siswi ini dikatakan " gope" yang akronim dari gomuk pendek. Awan di daerah sini menerjemahkannya sungguh suatu penampilan yang tidak menarik. Â Kamu tak bakalan bisa diterima menjadi kasir. Miris sekali hati saya dengan sikap orang-orang di sekitar saat itu. Saya menjelaskan bahwa sikap mereka salah. Hanya karena menurut kita itu fakta, bukan berarti kita jadi boleh menghina orang seenaknya. Â
Saya mengajak siswi itu berkomunikasi , ternyata sungguh dia tidak punya rencana  sama sekali untuk melamar di sana.Â
" Saya sadar diri Pak, memiliki tubuh pendek, selain itu saya juga kurang suka kerja yang berdiri terus Pak !"Â
Saat itu jelas saya turut prihatin dengan verbal bullying yang dialaminya. Mendapat hinaan karena postur tubuhnya. Di depan banyak temannya pula. Mungkin sakitnya tidak seberapa, namun rasa malunya itu. Mungkin akan sampai lama terus diingatnya.Â
Namun saya sangat salut dan bangga dengan sikapnya. Dia terus percaya diri. Dan jika terus mengasah kemampuan diri, saya yakin dia pasti bisa bekerja di suatu tempat yang seleksinya tanpa persyaratan tinggi badan, ya mungkin di sebuah perkantoran. Dan ternyata itu terbukti.Â
Saya mendapatkan banyak pelajaran dari kejadian mantan siswa saya ini. Pertama, Dalam melawan perundungan, kita bertarung bukan untuk menjadi pemenang atau kalah, tetapi untuk menghormati diri sendiri. Dan yang kedua adalah bahwa ternyata korban perundungan juga bisa bangkit( tidak kehilangan kepercayaan diri ).
Bagaimana caranya siswa itu meresponi dan move on dengan perundungan? Berikut poin-poinnya.
Pertama, Ignore ( Mengabaikan ) perilakunya.Â