Berbicara tentang mural yang belakangan menjadi pembahasan fenomenal, membawa saya pada peristiwa 2 tahun yang lalu. Peristiwa saat mendaftarkan putri saya ke sekolah Taman Kanak-Kanak ( TK ) pilihannya. Banyak sekolah TK  di daerah tempat tinggal saya. Ada yang lokasinya dekat  rumah dan ada yang lumayan jauh lah. Sebelum putri saya menjatuhkan pilihannya pada TK ini, saya ,istri dan dia berkeliling loh survei sejumlah lokasi TK.  Â
Nama Sekolah TK nya adalah TK Yayasan Kemala Bhayangkari VI Kota Pematangsiantar. TK dibawah naungan kepolisian Ri. TK yang lokasinya cukup jauh dari rumah saya. Dengan sepeda motor sekitar 15 - 20 menit. Namun jarak bukan menjadi penghalang saat anak sudah suka dan semangat untuk bersekolah di sana.
" Kenapa mau bersekolah di sini sayang " ? Begitu pertanyaanku pada putriku.
" Karena sekolahnya cantik, luas dan banyak wahana permainannya Pa. Lihatlah lukisan-lukisan di temboknya Pa, Cantik sekali kan"!. Begitulah jawaban tegas nya saat menentukan pilihannya.
Memang apa yang disampaikan putri ku benar adanya. TK ini full seni mural di setiap dinding - dinding kelas dan tembok - temboknya. Â Lokasinya indah menambah suasana nyaman bahkan mungkin spot berfoto tidak kalah dengan taman. Karena nilai estetika yang tinggi , visualisasi mural menjadi berdampak positif membuat putri saya tertarik/antusias dan mau berlama-lama di sana. Begitulah setidaknya yang saya rasakan saat itu.
Dan saya memperoleh pelajaran, selain memiliki nilai estetika yang dapat memperindah lokasi (sekolah), mural juga merupakan salah salah satu media yang efektif dalam menyampaikan sebuah pesan.Â
Karena mural  dapat digunakan masyarakat sebagai media untuk menyalurkan aspirasi . Melalui mural  sosialisasi yang dilakukan lebih komunikatif untuk masuk ke ruang publik.Â
Fungsi Sosial Mural
 Semua karya seni selalu memiliki keterkaitan dengan masyarakat, karena karya itu diciptakan untuk penghayat (pengamat ). Meskipun karya itu di buat semata-mata untuk si pembuatnya, namun tentunya tak dapat dipungkiri bahwa di balik itu semua si seniman (pencipta) mengharapkan adanya sesuatu dari masyarakat akan menerimanya dengan rasa kagum dan mengapresiasikannya.Â
Dalam mengapresiasi sesuatu karya seni tak lepas dari relativisme, bergantung pada acuan dalam hal ini pengamat. Jadi tentunya masalah ini perlu mendapat perhatian. Bahwa mural akan di persepsi oleh para pengamat dengan cara pandang berbeda-beda. Karena pengamat - pengamat itu memiliki latar belakang yang tidak sama. Sehingga persepsi yang terbentuk dari stimulan yang di tangkap  dalam suasana ruang yang sama juga bisa berbeda.  Lebih dari itu, pesan dari seniman mural hampir bisa di pastikan tidak akan utuh di tangkap oleh pengamat.  Â