(Karya: Muhammad Dharma Refa)
Diserunya daku malam ituÂ
Dari kristal salju selamat datang terhaturkanÂ
Ah kumenggelugut, ah kubeku, ah bumi biruÂ
Kota ini, benua ini, berikut musim dinginnyaÂ
Awal jumpaku dengan kota iniÂ
Terekam dalam kenangan putih itu
Kenangan itu
Suguhkan paragraf-paragraf kisah laluÂ
Akan sedapnya cita rasa Döner Kebab
Nyaris menetes saliva ini jikalau terngiang
Tram-tram yang melaju pada relnyaÂ
Mengangkut insan yang tak satu bahasa
Toko-toko dengan nama yang asing di telingaÂ
Rewe, Lidl, Netto, Kaufland serta kawanannyaÂ
Pasar Natal berbalur tumpukan salju
Itulah kenangan termanisku
Ceritera lampau sang perantauÂ
Ribuan kilometer demi serumpun ilmuÂ
Hey, Heidelberg! Aku rindu Â
Alangkah jelasnya
Tampangmu meski tak lagi kita bersua
Sungguh nyata rautmu walau tipu fatamorgana
Rentetan arsitektur tua pun kembali menyapa
Kepada Bismarckplatz awal langkahku berbicaraÂ
Di atas Alte Bruecke biasa kutaksir kilau baskaraÂ
Tak lupa sungai Neckar yang manja di mata
Schloss Heidelberg pun kerap siaga tuk kupujaÂ
Definisi jelita yang selaksaÂ
Hey, Heidelberg! Mari sekali lagi berjumpa
Perjalanan kesana kemariÂ
Sepanjang Hauptstrasse kutengok kanan dan kiri
Butik, cafe, kedai berjejer dengan rapi
Kadang kumampir untuk sebungkus roti
Dan pastinya mengabadikan momen diri
Pemandangan dari kaca bis di senja hariÂ
Alam serta rangkaian arsitektur dalam kolaborasiÂ
Romansanya lebih dari sekedar ugahariÂ
Hey, Heidelberg! Sapa aku lagi Â
Oh, eloknya kisah lamaÂ
Rasa ingin waktu kurantau mundurÂ
Hendak kuulang rapalan mantra pujaan ituÂ
Hingga temaram hati tak sisakan nestapa abadi
Rindu dan kenanganku tak hentinya bererupsiÂ
Cerminan cintaku akan kota iniÂ
Hey, Heidelberg!Â
Aku rindu, mari sekali lagi berjumpa, dan sapa aku lagiÂ
Semimu, panasmu, gugurmu, dinginmu, kenanganmuÂ
Gemar sekali buncahkan pikirankuÂ
Sadarkah dirimu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H