Bekerja di bidang sains, mengajar, meneliti, mengabdi, hingga narasumber di berbagai lapisan organisasi, memaksa teleskop dan terompet keilmiahan di hias terus. Saya dan rekan dosen lainnya terpesona dengan cara kerja intelektual dalam mendaraskan pengetahuan. Jempol buat kebebasan individu, halangi kepentingan individu, begitu pesannya.
 Â
Dosen memiliki kesamaan, yakni kesadaran kuat bahwa setiap kantor dan kantin senantiasa dalam kondisi tegang. Apakah ini buruk?, terlalu dini menjawabnya. Â
Misal, jelang jam istirahat siang, bawahan siap-siap menukar kertas laporan dengan kopi gosip. Apa yang dirancang di kantor, terbongkar di kantin. Apa yang dibisikkan di kantin, terdengar di kantor.
Mata-mata ditebar, blok kanan-kiri terpampang jelas. Tangan kanan tidak tahu apa yang di tunjuk tangan kiri. Kaki kiri tidak paham, ke mana langkah kaki kanan. Akal bergeser ke rasa. Perilaku terbelah, ada yang loyal pada atasan, ke mana atasan ke sana lubang hidung menoleh. Ada yang loyal pada organisasi, kerap di kambing hitamkan. Ada yang loyal pada diri sendiri, sukanya diam dan siap-siap hengkang, kantor lain menanti.
Ini terjadi, karena setiap dinding kantor dan kantin di pasang CCTV yang berkuping tipis, lebar, dan sensitif. Mungkin juga, budaya feodal masih menyelimuti organisasi, takut tali kudanya pudar. Ataukah, atasan buruk sebagai pimpinan, baik sebagai teman. Apakah ikan busuk memang di mulai dari kepala? Apakah itu penyebabnya? Nyaris, namun bukanlah. Hehehe.
Apakah skandal telah mewarnai kantor dan kantin? Apa kita doyan membawa masalah rumah tangga (pribadi) ke kantor (publik), apa emosi diri mengalahkan argumen. Banyak sekali sudut pandangnya. Apakah lelaki di kantor merasa terhina disaingi perempuan?
Jawabnya, bukan itu. Tatkala anda luka diri, di tinggal pacar (lelaki), apa yang mesti dilakukan, apakah menyalahkan masa lalu, lantas menjual semua barang mantan pacar, dan anda klaim, bahwa semua lelaki adalah berandal. Tatkala anda di marahi atasan, karena anda pegawai baru, lantas anda menghakimi, bahwa semua atasan adalah agresif.
Yang pasti, dan mendekati benar, segala perseteruan di atas adalah tentang "DIRI", bukan orang lain. Bila kantor tentang optimisme, maka kantin tentang pesimisme, itu bagus demi kemajuan. Bila suka tentang penyesalan, maka duka tentang kemuliaan. Luka diri adalah obat mujarab untuk menata masa depan. Setiap diri ada hantunya, SENDIRI namanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H