Di kota tepian air,
Aku tumbuh dan berjalan
Melewati pahit manis kehidupan
Menikmati begitu banyak kesempatan
Menjadi anak sekolah,
Menjadi gadis yang ingin memberi apa saja untuk sesama
Juga senyuman terindah untuk kedua orangtua
Menjadi pramuniaga
Menjadi apa saja
Demi kelangsungan hidup
Demi orang-orang tercinta
Demi keluarga
Demi tercipta bahagia tanpa melenggar perintah-Nya
Di kota tepian air,
Aku tumbuh dan berjalan
Melewati hari-hari dengan senyuman
Air mata juga banyak beban
Mendengar ocehan
Menerima cacian
Merasai bagaimana dibenci
Menikmati seperti apa dicintai
Dan menertawai yang seharusnya ditangisi;
Seperti hukum yang tajam ke bawah tumpul ke atas
Seperti pencuri ayam yang ditebas, tapi korupsi dibiarkan bebas
Di kota tepian air,
Aku tumbuh dan berjalan
Meraba setiap yang tampak dengan mata dan pikiran
Dengan jiwa dan perasaan
Ada kakek tua yang mengorek sampah
Bocah-bocah menjadi penjarah
Demi apa?
Demi perut yang belum terisi
Demi apa saja yang menjadi alasannya
Aku terus tumbuh dan berjalan
Menuruti kebijakan atasan
Tak peduli aku mampu atau tidak
Tak peduli bagaimana kabar tenaga
Lelah,
Peluh,
Tak membuatku berhenti
Demi sebuah cita-cita
Yaitu,
Kemengan atas kemiskinan
Tawa atas air mata
Sejahtera atas penindasan
Aku ingin menang!
Memenangkan harapan
Harapan anak-anak jalanan
Juga jiwa-jiwa di berbagai pedesaan
Aku ingin menang!
Memenangkan kemerdekaan
Kemerdekaan yang bukan sekadar teriakan
Teriakan lantang namun jauh dari kenyataan
Aku ingin menang!
Memenangkan keadilan
Keadilan merata
Bagi setiap insan
Bukan untuk dia
Bukan untuk mereka
Apalagi kamu
Tidak juga diriku
Aku bicara tentang jutaan jiwa di seluruh tanah tumpah darah; Indonesia
Bima, 15-12-18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H