Bencana non alam berupa pandemi virus Covid-19 memberikan dampak yang sangat besar bagi umat manusia di seluruh dunia. Di Indonesia tercatat ribuan orang yang terinfeksi virus tersebut dan ratusan orang korban meninggal dunia.
Pengaruh yang lebih buruk yakni terganggunya aktivitas masyarakat dalam mencari penghidupan. Jutaan orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan sudah tidak mempunyai penghasilan.
Kesulitan ekonomi akan mempengaruhi perilaku orang sehari-hari dalam menyikapi setiap permasalahan yang terjadi. Kebutuhan primer yang tidak tercukupi seperti makan, sandang dan papan mendorong orang kadang terjerumus dalam tindakan yang tak terpuji.
Pandemi menyebabkan jumlah orang miskin menjadi bertambah karena sulitnya mencari nafkah. Potensi pertambahan penduduk miskin mencapai 12,2 juta orang.Â
Proyeksi ini dengan menggunakan asumsi bahwa penyebaran Covid-19 tak terbendung lagi dan kebijakan PSBB diberlakukan secara luas baik di pulau Jawa maupun luar Jawa, dengan standar yang sangat ketat. (Sumber)
Sudah menjadi sunnatullah dalam kehidupan ini selalu ada siang dan malam, ada kebaikan dan keburukan. Tentu saja ada orang yang hidupnya dalam kecukupan, ada pula yang diberi cobaan kemiskinan. Setiap orang tentu berusaha agar bisa terlepas dari kekurangan dan kefakiran.
Selagi roda kehidupan dunia masih berputar maka waktu siang dan malam akan silih bergantian. Allah SWT memberikan otoritas kepada kita untuk memilih jalan terbaik dengan berusaha memperbaiki nasibnya.
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya; mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya; sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Raad: 11)
Said Quthb dalam tafsir Fidzilalil Quran menjelaskan, Allah selalu mengikuti mereka dengan memerintahkan malaikat-malaikat penjaga untuk mengawasi apa saja yang dilakukan manusia untuk mengubah diri dan keadaan mereka.
Nantinya Allah akan mengubah kondisi mereka itu. Sebab, Allah tidak akan mengubah nikmat atau bencana, kemuliaan atau kerendahan, kedudukan atau kehinaan kecuali jika orang-orang itu mau mengubah perasaan, perbuatan, dan kenyataan hidup mereka.
Kemauan kita untuk mengubah takdir saat masih diberi kesempatan di dunia ini adalah bagian dari ikhtiar (pilihan) yang akan menentukan timbangan amal kebaikan di akherat kelak. Mampukah kita menjadi orang yang gemar memberi atau malah meminta?