Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ramadhan kali ini datang ditengah umat manusia sedang menghadapi pandemi global virus Corona. Kondisi yang tak pernah terduga karena penyebaran Covid-19 sudah merambah ke 210 negara sejak awal tahun. Hingga saat ini belum ditemukan vaksin untuk melawan Coronavirus.
Pandemi membuat kita menjadi cemas dan khawatir terinfeksi virus yang telah menelan ribuan korban meninggal dunia. Jumlah kasus wabah virus corona (COVID-19) terus bertambah seiring berjalannya waktu. Menurut Worldometers hingga Rabu (22/4/2020) pukul 09:00 WIB, sudah ada 2.556.745 orang yang terinfeksi di 210 negara dan wilayah. Dari total itu, kematian akibat COVID-19 mencapai 177.619 kasus dan sembuh sebanyak 690.393 orang.
Di Indonesia, data yang dipaparkan pemerintah hingga 22 April 2020, pukul 12.00 Wib, jumlah kasus positif virus Corona bertambah 283 orang sehingga total mencapai 7.418 kasus. Sementara pasien yang sembuh bertambah 71 orang menjadi 913 orang. Sedangkan untuk kasus meninggal bertambah 19 sehingga mencapai 635 orang.
Dampak yang lebih dahsyat dirasakan oleh masyarakat dengan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah mengharuskan kita mematuhi aturan yang disyaratkan guna mencegah penyebaran virus Corona. Sudah sebulan sholat jumat berjama’ah di masjid ditiadakan, kegiatan beribadah supaya dilakukan di rumah. Berbagai acara keagamaan; seperti majlis taklim, tabligh akbar dan beragam acara yang mengundang kerumunan banyak orang tidak diperkenankan.
Denyut aktifitas perekonomian masyarakat terganggu karena keharusan melakukan physical distancing. Banyak orang yang kehilangan mata pencaharian, sulit untuk memenuhi kebutuhan keseharian karena tak ada lagi penghasilan. Bahkan, kini pemerintah tegas melarang warga untuk melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman sejak hari pertama Ramadhan.
Sungguh, Ramadhan bulan penuh berkah yang kita nantikan, tahun ini harus dijalani dengan cobaan keprihatinan. Ramadhan berasal dari akar kata yang berarti “membakar”. Penamaan ini karena ketika terjadi perubahan nama-nama bulan, yang kemudian dikenal dengan nama Hijriyah, penduduk Mekkah menamai bulan-bulan sesuai dengan suasana iklim yang di alami saat itu atau sesuai tradisi yang dilakukan. Ramadhan berarti membakar karena ketika itu suhu udara demikian panas membara.
Ujian pandemi yang datang menimpa kita semua terjadi atas kehendak Allah SWT. Bencana wabah Corona dikala Ramadhan adalah kuasa Sang Maha Pencipta. Ketika pandemi Corona masih menghantui kita di bulan Ramadhan, tentu karena Allah SWT ingin menegur hamba-Nya. Sebagai orang yang beriman kita mestinya bisa mengambil hikmah dari merebaknya virus Covid-19 di bulan penuh berkah.
Biasanya setiap Ramadhan ramai dengan ajakan untuk memperbanyak ibadah dan seruan kebaikan lewat tausiah. Sungguh suatu bulan yang penuh berkah. Rasa haus dan lapar terobati dengan melimpahnya konsumsi batin berupa ibadah dan sajian ilmu.
Begitu pun ketika tiba waktu berbuka puasa (iftar), apapun yang disantap selalu saja terasa nikmat, melebihi rasa hidangan restauran yang mahal harganya. Suasana gembira melaksanakan puasa dipadu dengan rasa lapar dan haus mendatangkan kenikmatan luar biasa ketika iftar tiba.
Adakah keindahan Ramadhan masih bisa kita nikmati ditengah musim pandemi?
Kementerian Kesehatan telah menetapkan pedoman pembatasan sosial berskala besar (PSBB) guna cegah meluasnya penularan Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2. Saat PSBB diberlakukan warga mesti melakukan peliburan aktivitas. Pemerintah menerapkan pembatasan proses bekerja, belajar dan kegiatan keagamaan dengan menggantinya di rumah atau tempat tinggal.
Pembatasan mengharuskan semua tempat ibadah ditutup untuk umum. Hal ini tentunya menjadi kendala bagi kaum muslim untuk melaksanakan sholat terawih berjama’ah di masjid/musola. Sebuah ritual yang menjadi syiar tahunan setiap Ramadhan. Suasana bahagia menggelar buka puasa bersama menjadi sirna karena adanya larangan orang berkumpul dalam jumlah yang banyak.
Kewajiban menjalankan puasa Ramadhan yang diperintahkan oleh Allah SWT bertujuan agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Puasa mengajarkan kita tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tapi yang lebih penting melatih diri agar mampu menahan hawa nafsu. Terlebih dalam kondisi yang serba dibatasi kadangkala kita gampang tersulut emosi.
Kesulitan mencari nafkah ditambah godaan duniawi yang sering kita alami semakin terasa menyiksa. Puasa menjadi jalan penyelamatan harkat dan martabat kita sebagai makhluk cipataan Allah yang paling mulia. Maka kehadiran Ramadhan sebagai anugerah terindah dengan adanya Lailatul Qadar harus kita syukuri walaupun dalam kondisi seperti di penjara.
Di bulan Ramadhan kita harus bisa menahan diri dari perbuatan-perbuatan tercela baik secara verbal maupun non-verbal. Para wanita hendaknya menghindari kebiasaan bergosip atau bergunjing. Daripada melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri sebaiknya momen Ramadhan dimanfaatkan untuk memperbanyak beribadah. Menghiasinya dengan bertadarus atau membaca Alquran, berdzikir, bermuhasabah dan amalan baik lainnya.
Keistimewaan bulan Ramadhan telah dijelaskan dalam riwayat Bukhari dan Muslim, yaitu apabila datang bulan Ramadhan pintu-pintu langit dibuka, sedangkan pintu-pintu neraka akan ditutup, dan setan dibelenggu. Maknanya para setan tidak bersungguh-sungguh menggoda kaum muslimin seperti yang mereka lakukan di bulan lainnya, karena umat manusia sibuk beribadah. Sebagian para setan, yaitu dari jenis pembangkang di antara mereka dibelenggu dengan puasa yang berfungsi menekan dorongan syahwat atau dengan bacaan Al-Quran dan zikir.
Ramadhan adalah bulan mulia di mana kesempatan berbuat amal kebaikan terbuka. Tidak ada bulan dimana pintu kebaikan dibuka seperti di ramadhan yang memiliki banyak pahala, seperti sahur, zakat infaq sedekah dan beragam kebaikan lainnya. Bencana virus Corona di bulan Ramadhan harus mampu menguatkan keimanan dan ketaqwaan. Menjadi pendorong kesalehan diri dan sosial agar kita terhindar dari keganasan virus yang mematikan.
Kabut pandemi Corona masih menyelimuti alam semesta meski Ramadhan telah tiba. Wabahnya menjadi ancaman dan menebarkan ketakutan bagi setiap orang. Namun, hadirnya Ramadhan membuka pintu pengharapan bagi orang-orang yang beriman. Jangan sampai kecemasan virus Covid-19 membuat kita takut akan kematian. Ramadhan momentum terbaik bagi kita untuk meraih ampunan, andaikan saat ini kita tutup usia dapat berpulang tanpa beban dosa.
Yakinlah setiap kesulitan pasti ada kemudahan karena sesungguhnya di dalam setiap kesempitan pasti ada kesempatan yang lapang, selalu ada jalan keluar dalam setiap kesulitan dan permasalahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS Ash-Sharh: 6). Semoga datangnya Ramadhan menjadi jalan bagi Corona untuk segera pulang. Wallahu a'lam bis-shawab.**
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI