Tabungannya udah cukup dari jadi sales, trus dia resign, merantau ke kota mengejar mimpinya jadi aktor teater. Dia tampil sukses di panggung perdananya. Lama-lama dia ngerasa nggak sreg di dunia teater. Di usia 24 dia pengangguran, miskin, dan tuna wisma.
Dia mulai introspeksi. Dia ingat kalau pas SMA dulu dia jago banget public speaking tanpa usaha terlalu banyak. Dia mulailah mengajar public speaking. Di kelas pertamanya, di pertemuan pertama, mendadak dia kehabisan materi sebelum waktu habis. Putar otak, akhirnya dia punya ide menyuruh muridnya melakukan impromptu speech. Dan di situ dia menemukan metode baru public speaking. Dia nemu zona nyamannya. Dia sekarang terkenal sebagai penulis buku-buku bestseller tentang public speaking dan self-help.
3. Fase berkomitmen
Kita udah masa bodo dengan hal yang kita nggak jago. Kita udah nggak perduli lagi sama cita-cita yang nggak bakal terwujud dalam waktu dekat. Kita mulai meninggalkan hobi dan kegiatan yang buang-buang waktu. Biasanya kita mulai fase ini di umur menjelang 30an.
Kita mulai berani ninggalin temen yang racun dan nggak ada untungnya, malah menguras energi, pikiran dan bikin stres. Kita mulai fokus ke temen dan orang-orang terdekat yang nggak racun, yang bikin kita nambah ilmu, yang menjadikan kita lebih positif. Mungkin kita tetap menjaga hubungan dengan orang yang sempat racun, tapi kita nggak akan naruh energi disitu.
Fase ini berakhir dengan kita ngerasa udah nggak ada lagi yang bisa kita capai. Kita udah ngerasa tua dan capek. Mending tidur di rumah, main solitaire atau nonton netflix, atau bikin minuman favorit, terus diminum sambil menikmati pemandangan matahari tenggelam. Biasanya fase ini berakhir menjelang pensiun, tapi bisa juga dialami sebelum umur itu.
4. Fase mewariskan ilmu
Kita udah jadi mentor dan dijadikan teladan sama banyak orang. Kita udah selesai mendapatkan apa yang udah kita usahakan. Kita sadar udah nggak ada energi untuk lanjut di fase komitmen. Disinilah fase 4 dimulai, yaitu mewariskan ilmu ke generasi berikutnya.
Kita pengen ilmu kita dipelajari oleh para pemula. Mungkin dengan ngasih motivasi panjang lebar, biar para junior nggak salah langkah. Kita ngerasa harus membagikan semua ilmunya sebelum kita pikun atau meninggal. Mungkin beberapa anak muda yang masih di fase 2 nggak ada yang mau dengerin kita. Kalau kurang puas untuk mewariskan ilmu, orang fase 4 bisa juga menulis buku sebagai salah satu hobinya.