Kemampuan TIK untuk membawa momentum segar ke pertanian tampak semakin menarik seiring dengan meningkatnya investasi dalam penelitian pertanian, minat besar sektor swasta terhadap pengembangan dan diseminasi TIK, dan bangkitnya organisasi yang berkomitmen pada agenda pembangunan pertanian.
Tapi apa sebenarnya TIK? Dan betulkah TIK berguna dan dapat memangkas biaya petani kecil dengan akses terbatas terhadap modal, listrik, dan infrastruktur? Pertama, TIK adalah perangkat, alat, atau aplikasi yang memungkinkan pertukaran atau pengumpulan data melalui interaksi atau transmisi/pengiriman.
TIK adalah istilah umum yang mencakup segala hal seperti citra radio, satelit, ponsel atau transfer uang elektronik. Kedua, TIK telah masuk bahkan ke daerah terpencil. Harganya yang semakin terjangkau, aksesibilitas, dan kemampuan beradaptasinya telah memperluas penggunaannya bahkan di pelosok pedesaan (tertinggal) yang kemungkinan besar mengandalkan pertanian.
Perangkat baru dan kecil (seperti gawai multifungsi), infrastruktur (seperti jaringan telekomunikasi seluler dan fasilitas komputasi awan/cloud computing), dan terutama aplikasi (misalnya, transfer uang atau melacak barang yang berpindah dalam rantai pasok global) telah berkembang pesat.
Berbagai pertanyaan yang diajukan petani (misalnya tentang bagaimana meningkatkan hasil panen, akses pasar, dan beradaptasi dengan cuaca) kini bisa dijawab secara lebih cepat, lebih mudah, dan dengan akurasi yang semakin baik. Banyak permasalahan juga bisa diatasi melalui dialog multi-pihak -- di mana petani, ahli, dan pemerintah dapat memilih solusi terbaik berdasarkan beragam keahlian dan pengalaman.
Jenis layanan TIK yang berguna untuk meningkatkan kapasitas dan pendapatan petani kecil berkembang dengan cepat. Salah satu contoh terbaik layanan ini adalah penggunaan ponsel sebagai platform untuk bertukar informasi melalui layanan pesan singkat (SMS).
Reuters Market Light, misalnya, melayani lebih dari 200.000 pelanggan petani kecil di 10 negara bagian di India dengan biaya sebesar US $ 1,50 per bulan. Petani menerima empat sampai lima pesan singkat per hari mengenai harga, komoditas, dan layanan konsultasi dari basis data berisi informasi mengenai 150 varietas tanaman dan lebih dari 1.000 pasar. Bukti awal menunjukkan bahwa secara kolektif, layanan tersebut mungkin telah menghasilkan pendapatan sebesar US $ 2-3 miliar untuk petani (Mehra 2010), sementara lebih dari 50 persennya telah berhasil mengurangi biaya input pertanian.
Layanan berkemampuan TIK sering menggunakan kombinasi teknologi untuk menyajikan informasi. Model ini digunakan untuk menyediakan prakiraan kepada petani lokal sehingga mereka dapat mempersiapkan strategi yang terkait cuaca.
Di lingkungan yang terbatas sumber-dayanya, penyedia layanan menggunakan satelit atau sensor jarak jauh (untuk mengumpulkan data suhu), internet (menyimpan sejumlah besar data), dan telepon seluler (untuk menyebarkan informasi kepada petani di lokasi yang jauh dengan biaya murah) -- untuk mencegah kerugian panen dan mengurangi dampak dari bencana alam.
Aplikasi lain yang lebih khusus, seperti perangkat lunak yang digunakan pada rantai pasok atau pengelolaan keuangan juga menjadi relevan dalam pertanian skala kecil. Perangkat lunak akuntansi sederhana memungkinkan koperasi untuk mengelola produksi, agregasi, dan penjualan dengan akurasi yang bertambah.
Coprokazan di Mali, yang memproduksi shea butter, menggunakan komputer bertenaga surya dengan papan ketik yang disesuaikan dengan bahasa lokal untuk memberkas catatan anggota secara elektronik. Seiring dengan sistem administrasi secara elektronik, koperasi ini berencana berinvestasi di teknologi Global Positioning System (GPS) untuk mendapatkan sertifikasi, dan menggunakan kamera video sebagai bahan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produksinya. Dari tahun 2006 sampai 2010 saja keanggotaan koperasinya tumbuh dari 400 menjadi 1.000 produsen/petani (https://www.coprokazan.org/).