Pada setiap fase hidup kita semua merasakan apa itu perubahan. Perubahan disini dalam arti sempit yang mengacu pada perubahan mental. Mental menurut KBBI "sesuatu yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia". Mudahnya, perubahan ini kita rasakan dari kita masih duduk di Sekolah Dasar hingga sekarang yang sudah memasuki fase dunia kerja.
Perubahan-perubahan itu membuat pergeseran sikap dan watak seseorang dari childish menjadi maturity. Tapi apakah pernah kamu merasa hanya stuck di dalam suatu fase? Yang otomatis membuat kita tidak merasakan perubahan sikap dan watak dalam diri kita? Tentu mental yang sedari tadi kita bicarakan ini dinamis, artinya bisa berkembang bila individu tersebut mau mengembangkannya.
Saat kalian memasuki dunia sekolah atau bahkan perkuliahan hidup kalian tidak akan terlepas dari yang namanya bentuk organisasi. Apa memang organisasi itu hanya yang memiliki nama ? Seperti suatu kelompok, komunitas, atau badan eksekutif? Tahukah kalian kalau tubuh sendiri merupakan suatu organisasi yang harus dikelola? Dimulai dari diri sendiri mengelola tubuh sendiri sedimikian rupa sehingga menghasilkan tubuh yang sehat.
Bagaimana mengelola organisasi yang ada di luar tubuh kita? Lalu hubungannya dengan mental apa? Mental kuat akan membentuk pribadi yang kuat. Pribadi yang kuat akan membentuk pemimpin yang kuat. "Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mencetak pemimpin baru " ini kata Ridwan Kamil.
Dulu semasa kuliah saya menemukan rumah singgah ternyaman selama saya hidup 21 tahun ini. Rasa kekeluargaanya, solidaritasnya, justru yang dirindukan adalah aktif diskusi dan mempertahankan argumennya. Setelah hampir tiga tahun lebih saya tidak tau kondisinya walau sesekali pernah berkunjung kesana tapi merasa ada yang berbeda.
Rumah singgah itu kini berdebu, tak terurus, sudah tak ada kehangatan di sana. Apakah ini kegagalan saya di masa lalu? Apakah memang saya tidak bisa membentuk generasi penerus yang membuat rumah singgah itu tetap seperti dulu? Zaman memang sudah berubah, budaya yang kita "kami" bentuk sudah luntur bahkan hilang. Sedih sesungguhnya saat melihat keadaan tragisnya sekarang. Namun apadaya saya tak punya kuasa apapun untuk membuat rumah singgah itu kembali seperti dulu.
Generasi sekarang lebih individualis dan hanya mementingkan kepentingan pribadi. Perkataan ini saya kutip dari seorang sahabat saat masa perjuangan kami dulu "bukankah dosa meninggalkan rumah yang banyak umatnya atau milik kepentingan umat" saat amanah itu lengser ke generasi penerus tentu ada beribu harapan yang disematkan untuk mereka, namun apa ? sekarang ditinggalkan begitu saja.
Revolusi mental disini sangat penting, apakah kalian yang merasa diamanahkan terkekang dalam mental anak-anak yang tidak mau berkembang? Apakah kalian tidak bisa membedakan mana kepentingan mana prioritas dan mana kewajiban? Hidup tidak selalu memenuhi kewajiban sendiri. Saat kita belajar menerima tanggungjawab dari orang lain disitulah kita akan belajar bagaimana merevolusi mental tersebut. Apabila masih dipertanyakan apa pentingnya? Lihatlah sekitar kamu cukup kuatkah kamu menghadapi "the real world".
Dunia tidak butuh generasi menyek-menyek yang sekali dibentak langsung mengadu ke orang tua. Dunia butuh manusia yang kuat tahan banting dengan cacian, makian, dan umpatan buruk lainnya. Manusia yang selalu bangkit setelah semua itu diterima. Suatu hal biasa yang saya rasakan saat saya melakukan kesalahan, bahkan hingga dipermalukan di depan orang banyak pun pernah. Setelah semua itu yang harus dilakukan adalah terus memperbaiki, jadikan kritik itu kekurangan yang harus segera diperbaiki bukan dijadikan dendam yang membuat kalian benci.
Hal ini juga untuk pembelajaran kita semua bahwa semakin bertambahnya umur kita harus semakin belajar bagaimana cara bertanggung jawab saat diberi "amanah" lebih. Pada akhirnya memang rumah singgah itu tetap terlantar dan saya rasa akan tetap seperti itu dalam beberapa generasi.
Dhany Ardyansyah