Orang pandai dan penjilat, mereka berdua sama-sama adalah produk bermerek dari pabrik pengolahan yang disebut masyarakat.
Tetapi cara pengolahannya, fungsi serta kegunaan dari kedua orang tersebut sama sekali berbeda.
Pertumbuhan dari orang pandai bergantung pada pembelajaran (pendidikan), bergantung pada penempaan diri, dan bergantung pada pemikiran yang mandiri.
Timbulnya penjilat bergantung pada pemeliharaan, penjinakan, serta kepatuhan.
Oang pandai dalam membawa diri di masyarakat hanya berprinsip pada kebenaran, tidak melakukan hal-hal yang menipu diri sendiri dan orang lain.
Sedang seorang penjilat dalam membawa diri di masyarakat hanya berpedoman untuk selalu memenuhi kehendak atasan, khusus mencari muka agar bapak (atasan) senang.
Tujuan perjuangan dari orang pandai adalah mengorbankan diri demi kebenaran dan keadilan, tidak berubah hingga akhir hayatnya.
Sedang maksud operasi (aksi) dari seorang penjilat hanyalah berjuang mati-matian demi tuannya, guna melindungi kepentingan dirinya sendiri.
Kebijakan dan keberanian berakal dari orang pandai bersumber dari pemahaman dia terhadap fakta kenyataan yang ada serta kepastiannya terhadap kebenaran dan keadilan, dia memiliki sebuah kamus hidup yang selamanya tidak akan pernah habis untuk digali.
Keberanian dan siasat seorang penjilat muncul dari pengamatan air muka dari tuan (atasan)-nya serta penghafalan isyarat tangan dari atasannya, dia memiliki dua pasang mata pencuri yang khusus mengamat-amati orang lain.
Orang pandai merubah dirinya menjadi 'satu', karena dia ingin menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang manusia.