Terakhir tentang "nasab", saya tegaskan bahwa kehormatan itu tidak diwariskan. Sehingga penulis menghormati seseorang berdasarkan ketawqwaannya. Penulis sendiri mengukur standar ketaqwaan seseorang adalah jika tindak-tanduk orang tersebut tidak bertentangan dengan apa yang termaktub dalam kitab sucinya, tidak bertentangan degan nilai-nilai agama, nilai-nilai pancasila, nilai-nilai adab lokal setempat, dan lain sebagainya. Siapapun itu, tak peduli dari agama apapun, dari aliran kalam manapun, partai apapun, keturunan siapapun.
Itulah kesimpulan singkat dari empat bab inti dari topik ini. Penulis berharap sobat Renaisans bisa mencerna betul sehingga tidak terjadi adanya miskomunikasi. Pun jikalau terdapat pertanyaan atau sanggahan segala macam bisa diungkapkan di kolom komentar.
Wa Allah A'lam bi al-Shawaab
Wassalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H