Assalamu'alaikum, Sobat Renaissans.
Setelah membahas tentang pemujaan golongan dan tokoh, kini penulis ingin mengulas tentang tentang “Pemujaan Gelar”.
Jika anda telah membaca artikel sebelumnya, yaitu:
"PEMUJAAN BERLEBIHAN TIDAK SEHAT" (KATA PENGANTAR)
"PEMUJAAN BERLEBIHAN TIDAK SEHAT" (BAB I: PEMUJAAN GOLONGAN)
"PEMUJAAN BERLEBIHAN TIDAK SEHAT" (BAB II: PEMUJAAN TOKOH)
Maka, mungkin alam bawah sadar pembaca akan mengarah kepada bagaimana cara menghormati seseorang dengan ataupun tidak memandang gelar yang ia sandang dengan baik dan benar. Ingat! Baik dan benar. Bukan pemujaan yang berlebihan.
Karyawan yang menghormati bosnya, santri yang menghormati kyainya, rakyat yang menghormati pemimpinnya, ksatria yang menghormati rajanya, bukanlah sebuah pemujaan berlebih melainkan ekspresi dari rasa hormat seseorang atau bahkan kewajiban yang secara tidak langsung berada di bawah orang yang secara sah kedudukannya lebih tinggi sesuai dengan ruang lingkupnya.
Akan tetapi, yang menjadi masalahnya ialah ketika pemujaan yang ia lakukan adalah secara berlebihan entah dalam rangka takut, cinta, ataupun penghasutan.