sepulang burung Camar ke kota kenangan
Sang Biduan menangis di pelataran malam
aku melihat di balik awan. Menjelaga hitam
derai hujan yang tak ada akhirnya. Nyanyian
terhenti sementara. Akankah dapat kudengar lagi?
semacam mimpi yang pernah disimpan
dalam ingauan yang paling usang
Kereta masih menantimu, cinta. Di statsiun Kranji
sekarang megah dengan konstruksi. Mungkin bisa
kau lupa? Ada banyak wangi-wangi di dalamnya
bercerita tentang Gita Asmara Jingga. Ah, biasa saja
di alun-alun kota, hotel Odua, Masjid Al-Barkah
dan sate padang yang kau lahap. Aku tetap setia
dengan sop kambing dan madu Sumbawa. Tak lupa
pecel lele si David di sebelah kanan
waktu berderit, tumpang tindih di peluh pahit
bibirmu masih menempel di gelas bundar. Sedikit
kenangan disobek angin, siang dan malam;
sebagian untukmu, sebagian untukku,
sebagian untuk anak-anak kita di masa lelah
28/05/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H