Mohon tunggu...
Dhani Esa Mahendra
Dhani Esa Mahendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan Tegal

Saya suka memainkan alat musik dan lebih spesifik nya adalah gitar, saya tertarik dengan menulis artikel dengan tema sesuai bakat dan minat saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Merangkai Rasa Persatuan dan Cinta Tanah Air Melalui Tradisi Ledug (Lesung Bedug) Kabupaten Magetan

10 Januari 2024   10:00 Diperbarui: 10 Januari 2024   10:04 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memiliki rasa cinta terhadap bangsa sendiri adalah kewajiban setiap warga negara. Hal itu dapat diekspresikan dalam berbagai macam hal. Salah satunya adalah melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri. Indonesia memiliki beragam kebudayaan dari ujung Sabang sampai ke Merauke dengan ciri khas pada masing – masing daerahnya. Dengan adanya kekayaan budaya tersebut Indonesia memiliki kesempatan yang besar guna mempersatukan Masyarakat dengan kebudayaannya.

Sadar akan budaya sendiri adalah hal yang penting bagi setiap elemen Masyarakat di suatu negara. Kenapa hal tersebut menjadi penting? Karena jika sebagai Masyarakat tidak sadar akan kebudayaannya sendiri, siapa lagi yang akan melestarikan budaya tersebut. Bisa saja kebudayaan tersebut dapat diakuisisi oleh bangsa lain yang mau dan mampu untuk melestarikannya. 

Maka dari itu, kita sebagai Masyarakat bangsa tercinta bangsa Indonesia juga tidak mau jikalau salah satu dari berbagai kebudayaan dan tradisi yang menjadi kekayaan bangsa dan sudah diturunkan dari generasi ke generasi diakuisisi oleh pihak luar yang notabene tidak ikut andil dalam proses Sejarah budaya tersebut.

Salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia di tanah jawa adalah Ledug (lesung bedug) yang berasal dari kabupaten Magetan Jawa Timur. Lesung bedug merupakan tradisi kesenian musik yang memadukan dua alat musik (Lesung dan Bedug) sebagai komponen utama yang diiringi dengan alat musik lain membentuk suatu keselarasan dalam lagu guna menyambut perayaan tahun baru islam. Dahulu, tradisi ini digunakan untuk mengiringi lagu – lagu tradisional dan cerita – cerita dari Masyarakat lokal sebagai hiburan dikala senggang.

Muhammad Hanif dalam sebuah penelitiannya berjudul Kesenian Ledug Kabupaten Magetan: Studi Nilai Simbolik dan Sumber Ketahanan Budaya, menyebutkan bahwa, sejarah terciptanya kesenian ledug tidak bisa dipisahkan dari Mamit Slamet. Tradisi ini dicetuskan oleh beliau pada tahun 2003 yang kemudian diadakan secara rutin tiap tahunnya. Mamit Slamet beserta rekannya Menyusun sebuah kesenian yang mencerminkan keadaan atau jati diri Masyarakat Magetan. Mereka mampu memadukan 2 komponen alat musik yang unik. Lalu kenapa lesung dan bedug dipilih menjadi komponen utamanya?

Lesung merupakan alat yang digunakan untuk menumbuk padi yang nantinya memisahkan gabah dan beras. Alat ini memiliki Panjang kurang lebih 1,5-2 meter dengan lebar 50 cm dan kedalaman mencapai 40 cm. Memiliki bentuk menyerupai perahu dan terbuat dari kayu satu batang pohon yang utuh. 

Sedangkan bedug sendiri biasanya digunakan untuk memberi tanda bahwa telah masuk waktu sholat. bedug juga memiliki berbagai macam ukuran namun tetap dengan bahan yang sama yakni batang kayu sebagai tabungnya dan kulit hewan sebagai penutup lubang kayu agar ketika dipukul memiliki suara.

Dalam kehidupan sehari – hari Masyarakat kabupaten Magetan yang mayoritas beragama islam dan memiliki pekerjaan sebagai petani, lesung dan bedug menjadi alat yang penting pada zaman dahulu. Aktivitas menumbuk padi guna memisahkan gabah dan beras ini hanya dilakukan oleh ibu – ibu dengan alunan ketukan nada yang unik dari tumbukan lesung. Aktivitas ini dilakukan dari dini hari sampai menjelang subuh yang ditandai dengan suara bedug. 

Hal itulah yang menginspirasi Mamit Slamet untuk menciptakan sebuah kesenian yang akhirnya diterima baik oleh pemerintah kabupaten Magetan. Sekarang, tradisi ini dilestarikan sebagai festival musik tahunan yang dihadiri berbagai sanggar seni dari berbagai daerah di kabupaten Magetan.

sumber : www.lontarmadura.com
sumber : www.lontarmadura.com

Menurut Muhammad Hanif dalam penelitiannya tersebut, tradisi ini memiliki makna bahwa manusia harus menjalani kehidupan dengan saling berhubung dengan Tuhan. 2 sisi dimensi ibadah yakni vertikal (bedug) dan horizontal (lesung) harus saling bersinergi. Sebagai manusia harus memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesama dan hubungan hati yang selaras dengan Tuhan. Karena makna yang sangat mendalam ini, generasi muda khususnya pemuda kabupaten Magetan seharusnya mau dan mampu dalam melestarikan kesenian ini sampai generasi selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun