Mohon tunggu...
Dhaniar Mudita
Dhaniar Mudita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Mengulas Pasar Milas, Surganya Bumi dan Pangan Lestari

12 Juli 2018   02:17 Diperbarui: 12 Juli 2018   11:10 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu Pasar Milas (dokumentasi pribadi)

Mungkin tidak banyak yang mengetahui keberadaan Pasar Milas. Saya sendiri baru mengetahui pasar ini dari seorang teman kuliah suami yang aktivis pecinta lingkungan. Begitu mendengar bahwa ini adalah pasar khusus makanan lokal organik dan vegetarian, saya langsung tertarik. 

Apalagi pada waktu itu ada undangan untuk mengikuti kelas singkat pembuatan roti sourdough di sana. Wah, saya langsung mengajak anak dan suami untuk berkunjung! Jaraknya pun kebetulan tidak jauh dari kontrakan kami, hanya sekitar 2 km.

Pasar Milas diadakan setiap hari Rabu dan Sabtu mulai jam 10 sampai jam 2 siang. Disebut Milas sebab pasar ini memang digelar di halaman Restoran Vegetarian Milas. Pasar ini terletak di jalan Prawirotaman IV 127B (belakang Bank BNI, Jalan Prangtritis). 

Dari jalan utama, tempat ini agak tersembunyi dan tertutup, jadi kami agak kesulitan mencari lokasinya walaupun berbekal panduan google maps. Setelah berhasil menemukan Pasar Milas dan memarkir kendaraan di luar, kami berjalan masuk. 

Suasana di dalam Pasar Milas sangat kontras sekali dengan kondisi luar yang hingar bingar. Kami seakan memasuki sebuah kebun besar yang jauh dari peradaban, sebab banyak sekali pepohonan yang menutupi bagian gedung restoran (yang ternyata arsitektur di sini berkonsep semi terbuka). 

Pantas saja kalau tempat ini diulas oleh Lonely Planet (buku panduan perjalanan dan penerbit media digital terbesar dunia) sebagai sebuah taman rahasia (a secret garden restaurant). Restoran ini memang memiliki halaman yang luas, dan di area depan terdapat semacam teras paving beratap bambu. Di sanalah berjajar dengan rapi meja-meja kecil di kanan kiri, tempat mitra-mitra penjual menjajakan produk mereka. 

Kami menemui banyak produk yang luar biasa memanjakan mata pencari makanan lokal dan sehat, diantaranya: roti dan kue kering bebas gluten, seperti kukis kelor, kukis sorghum, cake sorghum. 

Ada kopi lokal yang baru diseduh dari biji kopi yang digiling di saat itu juga. Ada sayur-mayur segar (daun kelor, mint, bunga kecombrang, murbei, markisa) dan smoothies, jajan pasar bebas gluten (mie ongklok dari tepungsingkong), onde-onde ubi ungu, tempro alias kombinasi tempe kedelai lokal dan combro, tahu organik), aneka mie kering bebas gluten, keju, yogurt, dan mayonnaise vegetarian, homemade jams dan kombucha (produk fermentasi teh), es krim vegan (khusus produk ini, penjualnya bule bernama Ismail), sabun, sampai shampoo dan body butter yang ramah lingkungan sebab dibuat dari bahan alami dan bebas residu kimia.

Berdasarkan info di instagram, kita memang bisa belanja kebutuhan harian di Pasar Milas, terutama aneka sayuran dan buah-buahan non pestisida kimia, bahan pangan lokal, dan makanan minuman olahan rumahan dan artisan yang menyehatkan. 

Pasar ini tidak menyediakan kantong plastik alias berkonsep zero waste, jadi pengunjung dihimbau untuk membawa wadah dan atau botol serta kantong belanja sendiri. Jika tidak membawa, biasanya mereka juga sudah menyiapkan kemasan bebas sampah, alias menggunakan bungkus daun pisang yang diikat dengan serabut pelepah pohon pisang.

Sebelum acara pelatihan membuat roti sourdough, kami menyempatkan diri untuk menjajal beberapa produk di Pasar Milas. Saya langsung tertarik membeli smoothies saat melihat tumpukan sayuran segar lokal yang ada. Pilihan saya adalah smothies kombinasi pisang, kelor, murbei, dan markisa. Sayuran yang dijual rupanya sesuai dengan panen kebun saat itu. 

Setelah diblender, segelas smoothies segara saya nikmati sembari tetap jongkok di depan meja kecil penjual. Asik sekali berinteraksi langsung sambil menikmati smoothies yang sangat segar. Sisanya saya tempatkan dalam botol yang sengaja saya bawa dari rumah. Saya juga mampir ke lapak penjual cake dan kue kering bebas gluten, dan membeli sebungkus biji bunga matahari yang telah dikupas dan flax seed. 

Niat hati ingin membuat cake dengan topping kedua biji tersebut. Setelah puas berbelanja dan mencicipi beberapa menu, saya pun beranjak ke dalam restoran untuk mengikuti kelas singkat pembuatan roti sourdough (roti adonan asam).

Roti sourdough sendiri adalah roti yang dibuat tanpa menggunakan ragi instan (Saccharomyces) sebagai agen pengembang. Roti ini dibuat dari ragi liar yang secara alami berasal dari tepung, umumnya dari jenis Candida milleri dan Lactobacillus. 

Caranya? Dengan membiarkan tepung terfermentasi oleh udara sekitar. Karena alami dan prosesnya lama, roti ini diklaim sebagai roti yang sehat dan mudah cerna. Selain tanpa ragi instan, pembuatan roti sourdough kali ini menggunakan bahan-bahan alami: biji beras merah, gula kelapa, minyak kelapa, dan seperlunya terigu yang diputihkan (bleaching). 

Saya belajar berproses dan sejenak melupakan hal-hal yang berbau instan. Di kelas ini muncul kesadaran kuat akan pentingnya membuat asupan makanan yang alami demi jiwa dan tubuh yang lestari!

Setelah selesai mengikuti kelas, saya menghampiri suami dan anak yang ternyata masih asyik njajan dan duduk di sebuah gubuk kecil dekat pintu masuk Pasar Milas. Mereka ternyata asik menikmati nasi hijau beras coklat dan es dawet sembari bercengkerama dengan seorang bapak dan anaknya yang berwajah blasteran.

"Itu tadi siapa Yah?" tanya saya dalam perjalanan pulang.

"Bapak itu tadi ternyata pendiri Milas", jawab suami. 

Berdasarkan obrolan suami dengan beliau, ternyata Milas bukan sekedar restoran atau pasar vegetarian. Milas merupakan komunitas yang memiliki misi mendukung petani organik lokal dan artisan makanan olahan. 

Milas bergerak di bidang restoran vegetarian, playgroup, handicraft gallery, community market, organic shop, dan enviromental education. Saya pun semakin tercengang dengan info tersebut. 

Sepertinya kecil, tapi ternyata komunitas ini bergerak secara kontinyu dan sangat mengedepankan konsep kehidupan yang berkelanjutan (sustainable living) serta tetap eksis di tengah gempuran makanan kekinian yang jauh dari kata alami dan sehat.

Pantas saja sebagian besar pengunjung yang adalah para bule yang haus akan ke-khas-an produk pertanian Indonesia, terutama yang organik dan vegan. Saya sangat bersyukur sempat berkunjung ke Pasar Milas, sebab darisana saya jadi mengetahui aneka produk makanan lokal yang belum pernah saya temui sebelumnya (kombucha? Siapa sangka ada jenis minuman probiotik dari teh yang bebas susu?mie ongklok dari singkong?Sampai keju vegetarian, wow!).

Saya berdoa, semoga misi Pasar Milas menjadikan bumi dan pangan lestari akan segera terwujud di banyak daerah di Indonesia!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun