Level Awareness terkait dengan proses sadarnya manusia tentang pentingnya peranan kesiapan mental dalam mengarungi lautan kehidupan. Ketika kita sudah menyadari betapa penting peranannya, maka kita akan berupaya mati-matian untuk mengenali mental diri melalui watak dan potensi lahiriah yang kita miliki. Pada umumnya, upaya untuk menemukan watak dan potensi lahiriah ini dapat memakan waktu yang relatif cukup panjang. Namun, jika sudah menemukannya, maka rasa percaya diri kita seringkali akan menuntut untuk segera mengepakkan sayap dan mengangkasa di langit yang biru.
Mengarungi langit biru sambil menikmati indahnya aneka estetika alam dari ketinggian tentu saja sangat menggembirakan. Namun di balik kegembiraan itu ada resiko yang mengintai. Oleng karena tertiup angin kencang atau hampir menabrak gunung lalu jatuh sewaktu-waktu menjadi resiko yang dapat mengancam jiwa. Untuk dapat mencegah terjadinya resiko tersebut, maka selain kesiapan mental, diperlukan pula kematangan emosi.
Kematangan emosi dapat diibaratkan sebagai Mode Autopilot dalam sebuah pesawat. Dengan mengaktivasi Mode Autopilot ini, maka secara otomatis, pesawat akan dikendalikan oleh sistem sehingga kita dapat menikmati birunya langit dan aneka estetika alam dengan lebih leluasa, dan tentu saja tanpa adanya kekhawatiran akan jatuh terjerembab ke daratan.
Matangnya emosi seseorang dapat membuat orang itu mampu menyikapi segala tekanan yang datang dengan penuh ketenangan, arif dan bijaksana. Alih-alih menganggap tekanan itu sebagai musuh, ia malah memperlakukannya laksana seorang Guru yang sedang bertamu untuk memberi petuah kehidupan.
Kematangan emosi berfokus pada level Advance. Pada level ini kita dituntut untuk dapat berenang menyelami lautan hingga ke dasarnya. Sulit bukan? Ya, memang. Harus diakui bahwa upaya pematangan emosi bukan pekerjaan yang gampang. Bahkan dalam prosesnya saja bisa dipenuhi dengan pelbagai resiko yang dapat mengancam jiwa seperti tenggelam, kehabisan oksigen, serangan predator laut seperti ikan hiu, dan lain sebagainya. Namun, atas nama kematangan emosi, maka semua resiko itu harus kita cegah dengan cara belajar!
Salah satu tujuan diturunkannya manusia ke muka bumi ini pada dasarnya adalah untuk belajar. Oleh sebab itu, jika kita khawatir akan tenggelam ketika menyelam, maka pelajari dan pahami teknik-teknik untuk berenang. Kuasai semua tekniknya, kemudian praktikkan. Masih merasa ragu dan khawatir dengan resiko tenggelam ketika mempraktikkannya? Praktikkan pada kolam yang cetek terlebih dulu.
Resiko dalam proses mematangkan emosi selanjutnya adalah habisnya persediaan oksigen dalam tubuh ketika menyelam. Setiap makhluk hidup membutuhkan pasokan oksigen agar dapat tetap hidup, tidak terkecuali dengan kita, manusia. Ketiadaan oksigen dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan manusia menemui ajalnya.
Kemajuan teknologi dalam realitas dunia saat ini telah membuat manusia berhasil menemukan cara agar dapat menyelam hingga ke dasar lautan. Ditemukannya perlengkapan selam meliputi: Masker, Regulator, Wetsuit dan Drysuit, Weight Belt, Fins, hingga Tabung Oksigen menjadi solusi untuk menginjakkan kaki di dasar lautan. Aktivitas penyelaman ini sekarang dikenal dengan istilah SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus) Diving. Aktivitas selam satu ini tergolong sebagai salah satu jenis olahraga. Selain perlengkapan SCUBA, ada pula satu perlengkapan selam lain bernama ADSÂ (Atmosfer Diving Suit) yang khusus digunakan untuk mengerjakan pelbagai pekerjaan bawah laut seperti observasi, penyelamatan, pembangunan, dan lain sebagainya.
Ya, kini untuk dapat menyelam hingga dasar laut tanpa khawatir kehabisan persediaan oksigen adalah dengan mengenakan perlengkapan selam. Agar dapat menyelam dengan aman kita diwajibkan pula untuk memahami segenap prosedur yang berlaku. Mengingat besarnya resiko selama menyelam, maka prosedur yang merupakan kumpulan kaidah dalam dunia penyelaman tidak bisa tidak dipatuhi. Karena kalau Anda mengabaikannya, maka jangan terkejut jika Anda melihat Malaikat Maut nekad menyelam demi menjemput ajal Anda! Apakah Malaikat Maut memiliki kapabilitas untuk menyelam? Tanyakan saja hal itu ketika Anda sudah bertemu dengan dirinya.
Frekuensi yang tepat dan durasi yang cukup dalam latihan adalah salah satu kunci untuk sampai pada kemahiran. Mahir berarti sangat terlatih. Seseorang yang mahir dapat dikatakan sebagai orang yang menguasai segala aspek dan materi suatu hal, baik teori maupun praktiknya. Selain itu, repetisi dalam latihan turut menjadi kunci agar kita terbiasa dengan setiap latihan yang telah dilakukan sehingga kita tidak menganggap latihan itu sebagai beban.