Nusa Tenggara Barat (NTB), yang terdiri dari Pulau Lombok dan Sumbawa, merupakan wilayah di Indonesia Timur dengan karakteristik iklim yang cenderung gersang dan rentan terhadap kekurangan air. Letak geografisnya yang berada di zona kering, dipadu dengan curah hujan tahunan yang rendah, menjadikan NTB sangat tergantung pada manajemen sumber daya air yang efektif. Perubahan iklim global yang menyebabkan pola cuaca tidak stabil dan perubahan ekstrem, seperti peningkatan suhu dan perubahan distribusi curah hujan, memperburuk situasi ini. Dengan kondisi ini, NTB menghadapi tantangan besar dalam mengelola ketersediaan air, terutama dengan adanya ancaman kerusakan daerah aliran sungai (DAS) yang semakin parah.Â
Perubahan iklim berdampak signifikan terhadap siklus hidrologi di NTB. Data menunjukkan bahwa curah hujan di NTB mengalami penurunan yang signifikan selama beberapa dekade terakhir. Menurut laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di NTB mengalami penurunan rata-rata tahunan sebesar 10% selama dua dekade terakhir, yang berimbas pada berkurangnya ketersediaan air di wilayah ini. Selain itu, peningkatan suhu global juga berkontribusi pada evaporasi yang lebih tinggi, yang menyebabkan pengurangan cadangan air tanah dan penurunan kualitas air.
Kerusakan DAS di Pulau Lombok dan Sumbawa sangat mencolok. Pemetaan yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengungkapkan bahwa lebih dari 60% DAS di NTB mengalami kerusakan berat, yang berpotensi memperparah kekurangan air. Kerusakan ini disebabkan oleh deforestasi, konversi lahan menjadi area pertanian tanpa memperhatikan aspek konservasi, dan pencemaran dari kegiatan industri.
Untuk mengatasi dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air di NTB, diperlukan pendekatan yang menyeluruh dan terintegrasi. Beberapa solusi strategis meliputi:
1. Inventarisasi Sumber Air: Melakukan inventarisasi tempat pengambilan air baku untuk air minum dan daerah irigasi yang terdampak kenaikan muka air laut sangat penting. Ini melibatkan identifikasi dan pemetaan sumber air yang rentan terhadap dampak perubahan iklim serta merancang upaya penanganannya, seperti pembangunan dinding penahan air dan sistem pemantauan kualitas air yang lebih baik.
2. Perbaikan Jaringan Hidrologi: Mengupgrade jaringan hidrologi di tiap wilayah sungai untuk memantau perubahan ketersediaan air dan meningkatkan pengelolaan sumber daya air. Hal ini mencakup instalasi sensor dan teknologi pemantauan untuk mendeteksi perubahan dalam waktu nyata, serta memperbaiki infrastruktur yang ada untuk memastikan distribusi air yang efisien.
3. Pengembangan Infrastruktur Penyimpanan Air: Melaksanakan program pembangunan situ, embung, dan waduk sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2008. Infrastruktur penyimpanan ini dapat digunakan untuk menampung air di musim hujan dan menyediakan cadangan air di musim kemarau. Pembangunan ini harus disertai dengan perawatan dan pengelolaan yang baik untuk memastikan keberlanjutannya.
4. Pengelolaan DAS dan Konservasi: Meningkatkan daya dukung DAS dengan melaksanakan konservasi lahan melalui metode mekanis dan vegetatif. Ini termasuk pembuatan terasering, sumur resapan, dan penanaman vegetasi untuk mencegah erosi dan meningkatkan resapan air ke dalam tanah.
5. Teknologi Recharging dan Pemulihan DAS: Mengembangkan teknologi dam parit pada alur sungai untuk meningkatkan kapasitas tampung air dan memperlambat laju aliran. Selain itu, pemulihan DAS secara bertahap harus dilakukan dengan memperhatikan kualitas air dan koordinasi antar daerah.
6. Adaptasi dan Manajemen Bencana: Mengembangkan sistem manajemen risiko bencana seperti banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Ini mencakup pembangunan infrastruktur pengendalian bencana, sistem peringatan dini, dan kapasitas manajemen risiko bencana.
7. Teknologi Pengolahan Air dan Penggunaan Air Laut: Mengembangkan teknologi untuk memanfaatkan air laut menjadi air minum serta melakukan daur ulang air. Teknologi ini harus diperkenalkan dan diterapkan secara luas untuk mengurangi ketergantungan pada sumber air tawar yang terbatas.