Mohon tunggu...
Dhani K
Dhani K Mohon Tunggu... -

Muslim Women love to watch very much

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memangnya Harus?

25 Juli 2014   19:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:15 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haduh pagi-pagi begini masih mendengar berita tentang inflasi di pasar yang memang kayaknya bakal selalu ada. Dan gak akan pernah berhenti selama masih ada “tradisi” di Indonesia.

Jadi, memang ada tradisi di Indonesia selain yang namanya Lebaran yang akan ada setiap tahun, bahwa yang namanya hari raya harus beli barang “baru”. Baru... hmmm... harus ya?

Saya to the point saja, dengan yang ada di pikiran saya. “HARUS?“

Kalau lebaran beli baju baru. Harus?

Kalau hari raya beli sepatu baru. Harus?

Yah saya tahu itu sudah jadi tradisi yang terjadi di negara kita tercinta ini. Tapi ada kan hal yang bisa di tolerir?

Saya tidak ingin menyalahkan hari raya Lebaran, atau Hari Raya yang lainnya yang seperti Natal. Memang sewajarnya bila ada suatu hari raya kita tiba kita sudah sepantasnya merayakan. Ada keperluan yang memang pasti akhirnya di beli untuk keperluan hari raya, seperti ketupat ,kue dan daging. Mungkin hal tersebut tidak bisa dihindari. Tapi mungkin kita berusaha untuk lebih ber hemat? Kita bisa kok hanya membeli yang perlu-perlu saja. Saya ulangi lagiYANG PERLU-PERLU saja.

Untuk makanan yang lainnya yang memang tidak harus di beli ya bisalah kia tdak harus beli banyak-banyak. Kalau baju dan sepatu, ya bisalah gak harus yang baru. Kalau merasa tidak bisa, dengan blog ini saya mencoba untuk memberi tahu Anda, atau lebih tepatnya menghimbau. Sebaiknya Anda harus membiasakannya, atau membuat diri Anda Harus bisa Ber Hemat.Anda Harus membuat diri anda BISA untuk membeli yang seperlunya. Demi Kebaikan Anda juga.

Bila saya memberitahu keadaan inflasi yang terjadi saat ini penyebabnya ada banyak. Akan panjang lebar bisa saya mencoba untuk menjelaskan. Akan tetapi, Anda, saya, kita , sebagaikonsumen adalah salah satu faktor yang bisa mempengaruhi inflasi sebenarnya.Para pedagang yang dengan seenaknya menaikan harga hingga samapai angka yang terbilang keterlaluan. Biasanya ini terjadi di hampir semua lapisan pasar yang ada. Dari pasa ryang modern hingga pasr yang murah. Tetapi ini memang paling banyak terjadi di pasar-pasaryang tempatnya bis dibilang biasa saja atau lebih banyak menjual barang-barang murah seperti adanya pasar tradisional.

Kalau ditanya kenapa naik nya tinggi banget. Bilangnya karena Ramadhan, karena Lebaran. Kaalau Ramadhan terus kenapa?.Kalau Lebaran terus kenapa?Kenapa harus hariraya yang disalahkan ? Ingin sayaberikan wejangan kepada para pedagang itu agar gak seenak jidad naikin harga. Padahal alasan yang biasanya terjadi saat hargabarang naik, seperti stock kurang, itu tidak terjadi sebenarnya. Mereka sebenarnya sudah menyiapkan stock di jauh-jauh hari, yang memang dipersiapkan untuk moment-moment seperti ini. Jadi kenapa harus naik?. Lalu adasatu lagi alasannya, agar dapet THR. Pedagang merasa THR atau“bonus “ yang mereka dapat adalah dari moment-moment seperti ini.Trus masalahya harga yang mereka patok tinggi itu supaya jadi THR buat mereka akan melekat terus kan? Tidak akan mungkin harga itu kembali seperti semula. Jadi sama saja seperti “THR” selamanya untuk si pedagang.

Tetapiini memang sudah menjadi siklus sebenarnya yang terus melingkar membentuk lingkaran. Pedagang naikin harga, minta THR, sampai harus menzalimi konsumen. Karena alasan memberibarang yang juga naik. Para pedagang itu juga sama seperti kita yang ingin membeli kebutuhuan hidup juga. Tapi karena semuanya juga pada naek, akhirnya mereka memakai jurus seperti itu. Masalahnya mau sampai kapan di Indonesia begini. Bisa-bisa harga akan selalu naik tiap tahun kalau begini terus.Ingin saya katakan kepada mereka. Mas, Mba, BU ,Pak, coba HEMAT. Mereka ngerti kan ya kata hemat itu maskudnya apa. Ini juga yang saya wejangkan kepada pembaca artikel. Saya kira dengan situasi seperti sekarang yang sudah dijelaskan tadi diatas , sebenarnya kita sebagai konsumen bisa sebagaipenentu. YA, ANDA sebagai PENENTU.Dan sebenarnya ini harus dilakukan.

Karena kalau saya beri penjelasan kepada para pedagang, say pikir merakjuga gak terlalu peduli, karena mereka juga ingin untung.Saya pikir di luar negerisepertinya tidak terjadi sampai separah ini.Kalau Anda juga setuju bila ini sudah parah, berarti Andabisa menerapkanhidup dengan membeli seperlunya. Karena kalau jarang yang membeli karena harga mahal, para pedagan akanmenajdi rugi kan? Dan akhirnya bisa memaksa mereka untuktidak seenaknya menaikan harga lagi atau menurunkan harga. Hopefully.

Seperti kalau Ramadhan yah beli makan untuk buka atu sahur yah, yang seperlunya saja. Yang untuk lebaran yah gak harus baju baru juga gak apa-apa kan? Kecuali sepatu sama bajunya sudah pada sobek-sobek semua.Untuk makanan selama hari raya, saya pikir itu bisa dibeli di jauh-jauh hari, sebelum harganya naik lagi seperti di awal- awal abulan puas. Tetapi sekali lagi, berushalah mebeli seperlunya. Membeli itu boleh, tetapi kita tahu PRIORITAS. Kita tahu mana yang memang harsu di beli kren ada barag yang tidak bisa dihindari untuk di beli, tetapi kita juga tahu sampai batas mana dan sebanayak apabarang yang harus di konsumsi.

Saya percaya hal ini mudah untuk kita. Saya juga berusaha untuk tetap ingat. Seperti ada kata pepatah, sesuatu yang berlebihan itu juga gak baik lho...

Demi berlangsungnya perekonomian yang baik di negra kita. Seperti yang pernah dibilang orang, agar kita semua sama-sama HAPPY. Pedagang –pembeli, sama-sama happy. Kalau gak mulai dari sekarang, maka bisa saja kita kedapatan kondisi dimana semua hargaakan terus naik dan gak akan ada henti-hentinya. Seperti kata pepatah lagi yang terkahir,Jadi...

Kalau bukan kita siapa lagi yang bertindak...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun