Perlu ditekankan lagi bahwa sel eukariotik mempunyai DNA yang lebih banyak dari sel prokariotik, sebab materi genetic sel prokariotik tersebar di berbagai macam organel seperti inti sel, mitokondria dan juga kloroplas tidak seperti materi genetik sel prokariotik yang hanya terdapat di nucleoidnya saja. Disini kita dapat melihat bahwa peluang DNA eukariotik untuk diserang oleh mutagen (penyebab mutasi) misal: virus, semakin besar. Sebab jika seandainya replikasi DNA prokariotik, sel tersebut dapat lebih mudah untuk memperbaiki dirinya karena hanya ada satu asal replikasi DNA per molekulnya yang sederhana. Atau untuk lebih mudahnya, sesuatu yang lebih sederhana pastinya akan lebih mudah untuk memperbaiki diri daripada sesuatu yang lebih kompleks.
Ada juga peluang dalam melakukan kesalahan saat melakukan proses replikasi juga akan lebih besar sebab bila dilihat replikasi DNA sel prokariotik yang jauh lebih sederhana dibandingkan replikasi DNA milik sel eukariotik. Hal tersebut disebabkan oleh DNA prokariotik hanya berada di dalam nucleoid yang tidak memiliki membran inti sehingga sehingga DNA yang berada di dalam sitoplasma dan sistem replikasi juga akan dilakukan di dalam sitoplasma yang hanya akan terjadi di satu tempat saat itu juga, namun berbeda dengan replikasi sel eukariotik yang memiliki materi genetic di berbagai tempat sekaligus yaitu di inti sel, mitokondria, dan kloroplas.
Perlu diingat juga bahwa ukuran sel prokariotik jauh lebih kecil dari sel eukariotik memberikan keuntungan bagi sel prokariotik yaitu untuk memiliki rasio permukaan area volume yang lebih besar, tingkat metabolisme yang lebih tinggi, tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, dan waktu generasi yang lebih pendek daripada eukariotik. Dengan begitu sel prokariotik dapat melindungi dirinya dengan lebih baik daripada sel eukariotik.
DNA yang berada di mitokondria bertugas untuk mengubah energy kimia dari makanan dalam bentuk yang dapat digunakan oleh sel. Meskipun memiliki peran yang penting, namun DNA mitokondria sebenarnya hanya merupakan sebagian kecil DNA dalam sel eukariotik karena sebagian besar DNAnya terdapat pada inti selnya dan dalam kasus plantae, sebagian besar DNA terdapat dalam kloroplasnya. Seperti yang dapat kita lihat, berbeda dengan organel sel lainnya, mitokondria memiliki materi genetic sendiri yang mempunya karakteristik yang benar-benar berbeda dari dengan materi genetic pada organel lainnya. Ditinjau dari ukuran, jumlah gen, dan bentuk ciri-ciri DNA mitokondria juga sangatlah berbeda dengan DNA nukleus. Besar genom (sel di dalam kromosom) pada DNA mitokondria relative lebih kecil dibandingan dengan DNA pada nukleus. Ukuran DNA mitokondria pun sangatlah bervariasi tiap-tiap organismenya. Perbedaan yang besar pada DNA yang terdapat pada mitokondria dan DNA yang terdapat pada organel lain membuat DNA mitokondria menjadi salah satu tersangka utama yang dapat menyebabkan mutasi di dalam sel. Faktor-faktor yang dapat mendukung pernyataan tersebut adalah kenyataan bahwa mtDNA pada mitokondria tidak memiliki mekanisme reparasiyang efisien, oleh dari itu apabila mtDNA mitokondria mengalami kerusakan yang mengacu pada mutasi maka mtDNA akan sangat sulit untuk melakukan pencegahan maupun penyembuhan diri. DNA pada mitokondria juga tidak mempunyai protein histon yang dapat berfunsi untuk menjaga integritas fungsi dan struktur kromatin. Tidak seperti DNA pada inti sel yang memiliki protein histon yang menjadi salah satu yang menjadikannya bentuk DNA inti berpilin-pilin.
Pada sel eukariotik, dinding sel hanya berupa kitin, selulosa dan lignin. Sedangkan dinding sel pada fungi dan plantae (eukariotik) lebih tipis dibandingkan dengan dinding sel milik sel prokariotik. Sebagian besar dari anggota sel eukariotik berukuran mikroskopis sehingga dinding sel lebih cenderung digunakan untuk memberi bentuk pada sel, seperti bentuk pada animalia, plantae, maupun fungi. Sedangkan pada sel prokariotik yang hanya berupa bakteri yang cenderung tidak berbentuk, maka dinding sel dapat digunakan sebagai alat perlindungan diri, lalu bagaimana dengan lisosom? Bukankan lisosom bertugas untuk mempertahankan diri dari ancaman? Iya memang benar bahwa adanya lisosom di sel eukariotik adalah untuk melakukan pertahanan terhadang ancaman (benda asing yang masuk) namun bila hanya lisosom saja yang bertugas untuk menjaga keamanan sel tentunya lisosom tidak akan kuat sama seperti anti body manusia yang ada kalanya kalah dengan virus yang dating dari luar. Lalu bagaimana dengan sel prokariotik, bukannya dia tidak punya lisosom? Iya dia tidak mempunyai lisosom, namun dinding sel yang tersusun atas lipid sudah membuatnya cukup kuat untuk bertahan dari benda asing/mutagen.
Jadi kesimpulan yang dapat kita ambil adalah, sel eukariotik lebih mudah untuk bermutasi daripada sel prokariotik yang dikarenakan oleh, perbedaan unsur penyusun dinding sel dan hubungannya dengan mutagen/ancaman yang dapat masuk dari luar, banyak dan letak materi genetic/DNA yang terdapat pada nucleoid untuk sel prokariotik dan yang berada di inti sel, mitokondria, dan kloroplas untuk sel eukariotik yang juga berhubungan dengan letak proses replikasi dan peluang akan kegagalannya. Demikian penjelasan saya mengenai hubungan antara sel prokariotik, sel prokariotik, dan mutasi. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca, mohon maaf bila ada kesalahan kata. Demikian, terima kasih.
Sumber :
Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Jakarta. Penerbit Erlangga.
https://en.wikipedia.org/wiki/Prokaryote
https://simple.wikipedia.org/wiki/Eukaryote
https://en.wikipedia.org/wiki/Mutation