Mohon tunggu...
dhanang dewantoro
dhanang dewantoro Mohon Tunggu... Psikolog - Tertarik dalam hal kesehatan mental

Mulailah kemudian berproses... segala sesuatu ada awal kemudian berakhir. diantaranya adalah proses. nikmati dan jalani proses tersebut

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bolehkah Stres dalam Menghadapi Pandemi?

11 Oktober 2020   10:58 Diperbarui: 12 Oktober 2020   14:11 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjawab pertanyaan ini mungkin sebagian besar jawaban yang muncul adalah tidak boleh. Baiklah sebelum menjawab pertanyaan ini, mari kita coba mencari tahu terlebih dahulu apa itu stress, apa saja macamnya, bagaimana kemunculannya, apa saja akibatnya dan kemudian bagaimana kita bisa mengelolanya sehingga kita bisa menjawab pertanyaan ini.

WHO pada tanggal 30 Januari 2020 menetapkan kondisi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia terkait dengan kemunculan Virus Corona (COVID) (World Health Organization, 2020). 

Pandemi dan wabah COVID-19 yang juga melanda wilayah Indonesia, dikategorikan sebagai bencana non alam yang berdampak pada kesehatan dan juga mempengaruhi penghidupan masyarakat (Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-1, 2020). Hal ini akan mengubah kehidupan manusia sehingga apa yang kita jalani setelah ini akan sangat berbeda dari yang sebelumnya.

Kondisi yang bisa kita temui sebelum pandemi antara lain kegiatan belajar mengajar di sekolah, bekerja di kantor, kegiatan refreshing seperti hari libur jalan-jalan ke mall, berwisata, ataupun bertemu teman dan saudara, semua dilakukan dengan bebas tanpa ada yang membatasi.

Semula dengan bekerja di rumah dianggap sebagai refresing menghindarikan kita dari kerjaan diluar rumah. Namun akhirnya Pandemi membuat kegiatan yang mencakup interaksi langsung dengan orang lain menjadi semakin terbatas.

Pembatasan secara fisik dilakukan pada saat pandemi sehingga semua aktivitas hanya dilakukan di rumah selama berbulan -- bulan. Setelah kondisi new normal kita bisa melakukan aktivitas tetapi dengan batasan tertentu.

Kondisi new normal membuat kita berusaha beradaptasi dengan kebiasaan -- kebiasaan baru seperti menggunakan masker di mana pun kita berada, sering mencuci tangan, ataupun menghindari keramaian seperti mall dan pasar.

Selain kondisi baru tersebut ada beberapa faktor lain yang menjadi pencetus stress yaitu masalah ekonomi (penurunan pendapatan dan PHK), interaksi sosial yang sangat dibatasi, bekerja dari rumah rupanya lebih menyita waktu, kecemasan tertular dan ketidakpastian pandemi akan berakhir.

Perubahan kondisi ini menjadi sumber stress karena membuat kita harus melakukan penyesuaian diri dengan kondisi baru dengan adanya penyebaran virus corona. Stress adalah masalah umum yang muncul dalam kehidupan manusia. Stress sendiri merupakan kondisi menyangkut interaksi individu dan lingkungan, sehingga stress menjadi bagian kehidupan yang tidak terelakan.

Setiap orang akan berbeda menghadapi perubahan kondisi yang mengakibatkan stress ini, tergantung bagaimana faktor psikologis, seperti bagaimana memaknai peristiwa yang menimbulkan stress tersebut (Nevid dkk., 2003).

Sejauh ini kita mungkin fokus pada dampak buruk dari stress, seperti sakit atau penyakit yang merupakan dampak buruknya. Dimana dampak yang muncul akibat stress bisa negatif dan positif (Greenberg, 2017).

Stress akan berdampak negatif bila masalah yang dihadapinya dipandang buruk sehingga menimbulkan respon emosional yang negatif. Dampak negatif stress ini bisa kita sebut dengan distress. Sementara stress positif muncul bila kita memandang dari persepsi positif terhadap masalah, sehingga respon emosional yang tercipta berimbas baik atau positif. Stress positif ini kita sebut Eustress.

Dampak negatif atau distress akan sangat terasa pada beberapa orang yang rawan terhadap kondisi pandemi. Kondisi dimana mereka harus berjuang dengan perubahan hidup di lingkungan itu dan akan selalu dihadapi setiap hari.

Orang tersebut diantaranya adalah yang terkonfirmasi positif COVID-19 dan keluarga mereka, tenaga medis yang menangani COVID-19 dan keluarga mereka, pekerja yang bekerja di kantor, hingga anak yang bersekolah dirumah. Stress yang muncul pada mereka bisa berupa perubahan perilaku, perubahan kondisi fisik dan juga kondisi psikologis.

Stress tidak selalu akan muncul secara negatif, bagi orang yang berpandangan positif terhadap kondisi yang dialami ini, dia akan menjadi waspada dan memberikan respon untuk fokus dan peka tarhadap kondisi yang tidak menguntungkan. Mencari pemecahan masalah untuk melanjutkan hidup dan meningkatkan daya tahan terhadap situasi yang mereka hadapi.

Untuk mampu melihat dampak stress dari dua sisi tersebut maka apa yang bisa kita lakukan?

Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan mengelola stress tersebut dengan benar sehingga dapat berdampak pada kesehatan. Memunculkan eustress dibandingkan distress, bukan malah memunculkan masalah baru dari stress tersebut.

Sering kali orang menghindari stress dengan makan yang berlebihan dan tidak sehat, mengkonsumsi alcohol dan bahkan obat terlarang, serta gaya hidup yang tidak sehat yang sebenarnya tidak menyelesaikan stress.

Ada beberapa cara memanajemen stress dengan baik dan benar agar kita bisa merasa lebih tenang selama menghadapi pandemi (Ayuningtyas, 2020) diantaranya adalah :

  • Kita kenali sumber stress yang dihadapi
  • Menyadari bahwa kenyataannya kita harus beradaptasi dengan kondisi seperti sekarang ini dalam durasi waktu yang lama
  • Mengubah pola pikir negatif yang muncul dengan belajar untuk berpikir positif dalam kondisi ini
  • Bila menggunakan media sosial, bisa dibatasi dan mengurangi membaca berita yang terkadang belum tentu benar. Hal tersebut sering memicu kecemasan
  • Menyalurkan hobby atau apa yang kita minati saat waktu luang
  • Tetap lakukan aktifitas fisik seperti olahraga yang teratur. Aktif bergerak juga dapat menurunkan tingkat stress
  • Belajar melakukan Teknik pernapasan relaksasi

Stress merupakan fakta hidup, tetapi cara kita menghadapi dapat menentukan kemampuan kita untuk mengatasi stress tersebut, maka bolehkah kita stress selama masa pandemi ini?

Jawabannya tergantung kita, stress akan selalu muncul, sehingga harus kita hadapi dengan tetap bisa mengelolanya.

Referensi

Ayuningtyas, & M.Psi., P. (2020). Manajemen Stres Selama Pandemi.

Greenberg, J. S. (2017). Comprehensive Stress Management Fourteenth Edition (Fourteenth, Issue 1). McGraw-Hill Higher Education. 

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-1. (2020). Protokol Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease 2019). 19, 31.

Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2003). Psikologi Abnormal (R. Medya & W. C. Kristiaji (eds.); Edisi Keli). Erlangga : Jakarta.

World Health Organization. (2020). Pertimbangan-Pertimbangan Untuk Karantina Individu Dalam Konteks Penanggulangan Penyakit Coronavirus (COVID-19). 2005, 1--3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun