Mohon tunggu...
Dimas GhalihPramono
Dimas GhalihPramono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pekerja Swasta yang mempunya sampingan sebagai Mahasiswa.

Cinta bersemayam dalam hati, namun Tuhan membatasi cinta di antara pikiran dan hati. Mengakronimkan nama menjadi Dhalihm, dan cocok karena saya sebagai manusia tak luput dari Ke-Dhalihm-an.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Epilog

15 Juni 2023   22:29 Diperbarui: 15 Juni 2023   23:01 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ada rangkaian paralel yang tak bisa dielak 

Menciptakan semesta yang terjadi begitu saja

Yang setiap saat dilakukan untuk menjadi elok.

Ada masanya diri bermonolog mengisahkan keresahan

Mengungkapkan perasaan dan menyembunyikan peran

Ada hati yang menyimpan ketakutan

Akan terjadinya dialog yang membuyarkan harapan

Lalu pada akhirnya hanya akan menjadi epilog yang tidak diperkirakan

Ada anak remaja di pinggiran kota memandang cakrawala

Di dekat sungai yang memantulkan cahaya rembulan

Mencium aroma senyap pada tiap kalimat yang diceritakan

Ada tatapan mata yang lapar, melihat sepasang kekasih

Saling bersantap rindu dan menyuapi ego di seberang

Ada lampu-lampu kota yang redup dan pecah

Mengisahkan bagaimana hidup di kota yang pongah

Yang tiap-tiap senyum sumringah menutupi gelisah

Ada nama di kota itu yang tak bisa disebut

Setiap ingin disebut nama tapi bukan ia

Pada siapa nama itu akan disebut?

Ada malam dingin yang menguburkan angan

Ingin dikenang namun yang terkenang tidak memikirkan

Ada jejak yang ditinggalkan dalam perjalanan pulang menuju peristirahatan

Menanamkan peristiwa ke hati dan pikiran

Ada siapa? Dan ke siapa saja cerita itu sampai?

Demi waktu, goresan itu akan mengikis setiap rindu yang dibangun  megah

Ada pertanyaan dan pernyataan yang tidak dapat diucap

Dari setiap pertemuan singkat yang mengharu biru

Ada banyak ketidakpastian yang akan kita tulis 

Lembar demi lembar dan pada akhirnya kita tidak bisa menulis seperti apa sinopsisnya

Ada banyak prolog yang dimulai dengan mengisahkan akhir

Namun ada banyak pula akhir yang tidak bisa ditemui akan seperti apa

Ada ketiadaan yang akan terjadi

Dan pada akhirnya setiap kejadian akan menjadi tiada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun