Mohon tunggu...
Musrianto
Musrianto Mohon Tunggu... Lainnya - Aku tidak pernah membenci siapapun

Pengalaman adalah guru abadi yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, oleh sebab itu bagikan dan amalkanlah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Memahami Makna Militan dan Militansi

15 November 2018   13:26 Diperbarui: 15 November 2018   13:47 3698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjadi militan berarti hidup dengan sebuah nilai. Bahkan orang rela mati demi terwujudnya nilai tersebut. Menjadi militan tidak melulu sama dengan menjadi fundamentalis. Nilai hidup seorang militan lahir dari penempaan kritis dan reflektif.

*Militansi*

Militansi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Nomina (kata benda) ketangguhan dalam berjuang (menghadapi, kesulitan, berperang, dan sebagainya); contoh: kaum wanita harus mempunyai militansi dalam ber-juang membangun masyarakat.

Militansi tak jauh dari makna "Bersemangat" atau "Bergairah" Kamus American Heritage Dictionary mengartikan 'militant' dengan 'fighting or warring' dan 'aggressive'. Jika kata ini digabung dengan akhiran "i" dalam bahasa Indonesia, menjadi 'militansi', dan dalam beberapa hal kata ini menjadi berkonotasi baik. Misalnya, seorang pejuang yang memiliki 'militansi' yang tinggi.

Militansi, diukur dengan loyalitas, kerja keras, bahkan kepatuhan. Selain itu, militansi juga untuk menjaga keberlangsungan praktik demokrasi, diperlukan untuk memastikan pembaruan konseptual terus-menerus.

Militansi itu tidak diukur dari besar atau kecilnya seseorang dan hitam atau putihnya kulit seseorang. Bukan pula dilihat dari banyaknya amanah yang melengkapi curriculum vitae-nya. Bukan juga dirasa dari kerasnya suara lantang diatas mimbar/podium atau cemerlangnya gagasan ketika rapat dan diskusi. Karena militansi itu hanya dapat diukur dari ketulusan dan kejujuran dalam berjuang menjalankan amanah. Serta diukur dengan loyalitas, kerja keras, bahkan kepatuhan. Selain itu, juga menjaga keberlangsungan praktik demokrasi, diperlukan untuk memastikan pembaruan konseptual terus-menerus.

Ada sifat totalitas dan loyalitas pada dirinya. Itu disebabkan adanya ideologi yang kuat. Sehingga tak aneh apabila ia kuat dan tidak mencari-cari alasan, apalagi mengeluh saat berjuang. Ada kejernihan dan keteguhan pada keyakinan, pemikiran, dan sikapnya. Itu semata karena energi perjuangannya hanya karena-Nya dan untuk sesama. Sehingga tidak ada 'topeng' kemunafikan yang kian mengganggu, apalagi melemahkan dirinya.

Pada konsep yang lainnya, militansi dapat pula dikatakan sebagai sebuah kesungguhan.

Sementara Motivator Mario Teguh menjelaskan kesungguhan itu dengan rumus "10+1". Artinya, yang disebut sungguh-sungguh adalah mengoptimalkan kontribusi melebihi potensi yang dimiliki.

Rumus "10+1" adalah bukti, bahwa sudah semestinya perjuangan dan itu diiringi dengan nilai pembelajaran. Karena yang disebut kesungguhan adalah kontribusi utuh yang tidak hanya memberikan apa yang ia bisa atau sesuai kapasitasnya saja, tapi juga termasuk mengusahakan apa-apa yang mampu ia usahakan untuk mencapai mimpi besar yang telah ia yakini adanya.

*penutup*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun